commit to user 54
1. Analisis Surplus Pendapatan di Kabupaten Temanggung
Setiap komoditi pertanian unggulan akan menghasilkan surplus pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi pertanian tersebut mampu
memenuhi kebutuhan wilayah kecamatan tersebut dan mampu mengekspor ke luar wilayah kecamatan tersebut. Komoditi pertanian unggulan yang diekspor ke
wilayah lain akan menghasilkan pendapatan sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah yang bersangkutan. Sebaliknya, jika
komoditi pertanian tersebut merupakan komoditi bukan unggulan maka nilai surplus pendapatan komoditi tersebut bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa
komoditi pertanian tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan wilayah kecamatan tersebut bahkan masih mengimpor dari wilayah lain untuk memenuhi
kebutuhan wilayah kecamatan tersebut. Semakin besar nilai surplus pendapatan, maka semakin besar peranan komoditi pertanian unggulan terhadap
perekonomian wilayah Kabupaten Temanggung dimana nilai ekspor komoditi pertanian unggulan tersebut semakin besar sehingga pendapatan yang diperoleh
juga semakin besar. Surplus pendapatan setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dilihat secara lebih rinci pada Tabel 15.
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa secara umum surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung tahun 2008
sebesar Rp 373.471.938.761,62 dengan suplus pendapatan rata-rata komoditi pertanian unggulan tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung sebesar
Rp 18.673.596.938,08. Kecamatan Kranggan memiliki nilai surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan terbesar yaitu sebesar Rp 57.356.669.623,05 atau
dengan kata lain Kecamatan Kranggan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan surplus pendapatan total komoditi pertanian unggulan di
Kabupaten Temanggung yaitu sebesar 15,36. Sedangkan Kecamatan Bejen memiliki nilai surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan terkecil yaitu
sebesar Rp 2.479.486.796,21 atau dengan kata lain Kecamatan Bejen
commit to user 55
memberikan kontribusi terkecil dalam pembentukan surplus pendapatan total komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu sebesar 0,66.
Tabel 15. Surplus Pendapatan Tiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2008
No Kecamatan
Surplus Pendapatan Rp Prosentase
1. Kranggan
57.356.669.623,05 15,36
2. Tretep
46.706.695.810,32 12,51
3. Gemawang
29.182.942.248,45 7,81
4. Kaloran
25.247.760.770,36 6,76
5. Tembarak
23.492.393.222,35 6,29
6. Kandangan
22.188.805.407,62 5,94
7. Selopampang
20.541.503.918,23 5,50
8. Bulu
17.656.237.914,30 4,73
9. Wonoboyo
17.596.066.534,01 4,71
10. Tlogomulyo
16.069.666.324,40 4,30
11. Kledung
15.936.401.161,73 4,27
12. Temanggung
15.513.210.074,99 4,15
13. Kedu
14.150.100.349,08 3,79
14. Candiroto
13.535.107.618,38 3,62
15. Ngadirejo
9.258.567.124,18 2,48
16. Pringsurat
7.921.500.635,61 2,12
17. Parakan
7.506.354.980,51 2,01
18. Jumo
6.172.021.173,54 1,65
19. Bansari
4.960.447.074,30 1,33
20. Bejen
2.479.486.796,21 0,66
Kabupaten Temanggung 373.471.938.761,62
100,00
Rata-rata
18.673.596.938,08
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 Secara ideal, semakin banyak komoditi pertanian unggulan yang
dihasilkan oleh suatu kecamatan maka semakin besar pula surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan yang dihasilkan. Namun, hal tersebut tidak berlaku
secara mutlak. Pada penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Kecamatan Bejen yang menghasilkan 18 jenis komoditi pertanian unggulan
memiliki surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan sebesar Rp 2.479.486.796,21 atau menduduki peringkat terakhir yaitu peringkat ke dua
puluh di tingkat kabupaten. Sedangkan Kecamatan Tretep yang hanya menghasilkan 7 jenis komoditi pertanian unggulan memiliki surplus pendapatan
komoditi pertanian unggulan yang lebih besar dibandingkan Kecamatan Bejen yaitu sebesar Rp 46.706.695.810,32. Hal ini dikarenakan komoditi unggulan
commit to user 56
yang dihasilkan di Kecamatan Tretep memiliki nilai produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai produksi komoditi unggulan yang dihasilkan di
Kecamatan Bejen. Jadi meskipun komoditi unggulan yang dihasilkan banyak tetapi jika nilai produksinya rendah, maka akan kalah oleh kecamatan lain yang
memiliki lebih sedikit komoditi unggulan tetapi nilai produksinya lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
Kecamatan Kedu yang memiliki komoditi pertanian unggulan terbanyak yaitu 28 jenis komoditi unggulan hanya mampu menghasilkan surplus pendapatan
komoditi pertanian unggulan sebesar Rp 14.150.100.349,08 atau menduduki peringkat ke tiga belas di tingkat kabupaten. Sedangkan Kecamatan Kranggan
yang hanya memiliki 12 jenis komoditi unggulan saja mampu menghasilkan surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan sebesar Rp 57.356.669.623,05
atau menduduki peringkat pertama di tingkat kabupaten. Hal tersebut terjadi karena surplus pendapatan dipengaruhi oleh besarnya pengeluaran. Nilai
pengeluaran merupakan balas jasa yang harus dibayarkan untuk membeli komoditi dari wilayah lain untuk mencukupi kebutuhan suatu komoditi, yang
dalam hal ini bisa dikatakan merupakan komoditi bukan unggulan bagi wilayah yang harus membeli dari wilayah lainnya. Pada Lampiran 4 diketahui bahwa
pengeluaran di Kecamatan Kranggan sebesar Rp 6.515.067.093,90 lebih kecil jika dibandingkan dengan pengeluaran di Kecamatan Kedu yaitu sebesar Rp
10.108.700.929,21. Jadi meskipun suatu wilayah memiliki komoditi unggulan banyak sehingga menghasilkan surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan
yang banyak, tetapi jika pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan akan komoditi pertanian bukan unggulan juga besar maka sisa surplus pendapatannya juga akan
kecil. Sisa surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan yang mempunyai nilai negatif hanya dimiliki oleh 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ngadirejo,
Kecamatan Jumo, dan Kecamatan Bejen. Sedangkan 17 kecamatan lainnya yang terdapat di wilayah Kabupaten Temanggung mempunyai sisa surplus pendapatan
komoditi pertanian unggulan yang bernilai positif. Sisa surplus pendapatan yang bernilai negatif menunjukkan bahwa pengeluaran yang digunakan untuk
commit to user 57
membeli komoditi bukan unggulan dari wilayah lain guna memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri lebih besar dibanding surplus pendapatan yang diperoleh
daerah tersebut dan tidak ada kemungkinan adanya investasi komoditi pertanian di wilayah tersebut. Sedangkan sisa surplus pendapatan yang bernilai positif
menunjukkan bahwa pengeluaran yang digunakan untuk membeli komoditi bukan unggulan dari wilayah lain guna memenuhi kebutuhan di wilayahnya
sendiri lebih kecil dibanding surplus pendapatan yang diperoleh daerah tersebut dan memungkinkan adanya investasi komoditi pertanian di wilayah tersebut
yang dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Jadi, di 17 kecamatan yang memiliki sisa surplus pendapatan komoditi
pertanian unggulan bernilai positif tersebut memungkinkan untuk dilakukan investasi komoditi pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
Kabupaten Temanggung secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena 17 kecamatan tersebut letaknya dekat dengan pusat kota di Kabupaten Temanggung
sehingga aksesibilitas pasar mudah untuk dijangkau.
2. Analisis Pengganda Pendapatan di Kabupaten Temanggung