ii Jumlah bawang merah cukup banyak dibandingkan dengan konsumsi dan
kebutuhan konsumen. Dalam keadaan surplus disinyalir adanya kontinuitas pengiriman bawang merah impor secara tidak legal ke sentra produksi seperti
Medan dan Brebes, walaupun data menunjukkan bahwa pada bulan-bulan tersebut tidak terjadi impor. Keadaan ini sangat mempengaruhi mekanisme pembentukan
harga bawang merah di tingkat petani.
b. Tenaga Kerja
Input produksi berupa tenaga kerja pengupas bawang merah dan tenaga kerja lainnya yaitu, untuk angkat barang, bongkar muat, supir, pemasaran dan
adminstrasi di daerah penelitian cukup tersedia. Tenaga kerja pengupas bawang merah berjumlah 119 orang, seluruhnya tenaga kerja perempuan dan tenaga kerja
lainnya berjumlah 67 orang berasal dari masyarakat sekitar Kota Medan maupun dari luar Kota Medan.
Tenaga kerja pengupas bawang merah melakukan sortir bawang merah, digunting, ditampi sambil menyortir memisahkan yang busuk kemudian
dimasukkan kembali ke dalam goni atau keranjang. Bawang merah yang telah disortir siap dilakukan pengupasan.
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam usaha pengupasan bawang merah adalah sebagai berikut : a timbangan, b kipas angin, dan c kereta sorong. Sedangkan
bahan penunjang, yaitu a papan, b gunting, c pisau, d tampi, e keranjanggoni dan f plastik.
Hasil wawancara dengan responden baik pengusaha maupun pengupas bawang merah tidak menemukan kendala yang berarti dalam proses produksi
Universitas Sumatera Utara
ii bawang merah kupas. Hanya bahan baku yang kadang-kadang kurang tersedia
secara lokal Samosir, Toba Samosir, Simalungun dan Haranggaol, namun hal ini dapat diatasi dengan cara impor secara lokal dan menunggu bahan baku datang
dari luar kota bagi pengusaha dan pengupas bawang merah tentu menjadi kendala yang bersifat sementara.
Jadi hipotesis 1 yang menyatakan input produksi usaha bawang merah kupas cukup tersedia dapat diterima. Kendala tidak ditemukan secara berarti
dalam memperoleh input produksi, sehingga tidak mengganggu proses pengupasan bawang merah secara menyeluruh.
5.2. Biaya Tata Niaga
Biaya tata niaga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha bawang merah selam satu bulan produksi. Biaya tersebut meliputi; biaya
pembelian bawang merah sebagai bahan baku, biaya penyusutan aktiva, berupa bangunan, kenderaan, biaya lainnya iuran wajib, tagihan listrik, air, telepon dan
biaya tenaga kerja. Biaya ini kemudian dikelompokkan kedalam biaya tetap dan biya variabel. Biaya tetap, yaitu merupakan biaya yang penggunannya tidak habis
dalam satu masa produksi dan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi.
a. Biaya Pembelian Bahan Baku
Bawang merah sebagai bahan baku untuk bawang kupas dibeli secara lokal jika tersedia seperti dari Samosir atau Haranggaol dan kota lainnya di
wilayah pulau Sumatera, namun jika tidak tersedia secara lokal maka pengusaha mengimpor dari pulau Jawa Brebes dengan harga yang bervariasi. Biaya
pembelian Bawang Merah disjakikan pada Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
ii
Tabel 7. Biaya Pembelian Bahan Baku No
Jenis Jumlah Kg
Harga Rp Jumlah Rp
1 Bawang Merah
5.000-20.000 21.500-22.000
7.278.000.000
Rata-rata 242.600.000
Sumber: Data primer, diolah Lampiran 2
Harga bawang merah kisaran Rp.21.500-Rp.22.000 dengan total biaya Rp. 7.278.000.000 dalam satu siklus produksi. Rata-rata biaya pembelian bahan
baku selama satu bulan Rp.242.600.000 untuk 30 orang responden. Sebagian besar pengusaha bawang merah membeli bahan baku dengan modal sendiri dan
sebagian lagi meminjam ke bank untuk mendukung ketersediaan bahan baku secara kontinue.
b. Biaya Bangunan