Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ke bawah di kabupatenkota, ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian daerah kabupaten
kota setelah mendapat pertimbangan dari baperjakat instansi daerah kabupatenkota. Khusus untuk pengangkatan sekretaris daerah kabupatenkota
ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian daerah kabupatenkota setelah mmendapat persetujuan dari pimpinan DPRD kabupatenkota, setelah terlebih
dahulu dikonsultasikan secara tertulis kepada Gubernur. Dalam setiap keputusan tentang pengangkatan dalam jabatan struktural,
harus dicantumkan nomor dan tanggal pertimbangan baperjakat, eselon dan
besarnya tunjangan jabatan struktural. 3.
Pelantikan
PNS yang diangkat dalam jabatan struktural, termasuk PNS yang menduduki jabatan struktural yang ditingkatkan eselonnya, selambatnya 30 hari
sejak penetapan pengangkatannya wajib dilantik dan diambil sumpahnya oleh pejabat yang berwenang. Demikian juga yang mengalami perubahan nama
jabatan atau perubahan fungsi dan tugas jabatan maka PNS yang bersangkutan dilantik dan diambil sumpahnya kembali.
4. Pendidikan dan Pelatihan
PNS yang akan atau telah menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan lulus diklat kepemimpinan Diklatpim sesuai dengan kompentensi yang
ditetapkan untuk jabatan tersebut. Artinya, PNS dapat diangkat dalam jabatan
Universitas Sumatera Utara
struktural meskipun yang bersangkutan belum mengikuti dan lulus Diklatpim. Namun demikian untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan menambah
wawasan, maka kepada PNS yang bersangkutan tetap diharuskan untuk mengikuti dan lulus Diklatpim yang dipersyaratkan untuk jabatannya.
5. Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural karena: a. Mengundurkan diri dari jabatannya.
b. Mencapai batas usia pensiun. c. Diberhentikan sebagai PNS.
d. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional e. Cuti diluar tanggungan negara kecuali cuti diluar tanggungan negara
karena persalinan. f. Tugas belajar lebih dari enam bulan.
g. Adanya perampingan organisasi pemerintah. h. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani.
i. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku. Pemberhentian PNS dari jabatan struktural ditetapkan dengan keputusan
pejabat yang berwenang setelah melalui pertimbangan Komisi Kepegawaian
Universitas Sumatera Utara
Negara Baperjakat disertai alasan yang jelas atas pemberhentiannya. PNS yang meninggal dunia dianggap telah diberhentikan dari jabatan strukturalnya
6. Perangkapan Jabatan
Untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat struktural serta menyadari akan keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki
jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan struktural lain maupun jabatan fungsional. Rangkap jabatan hanya diperbolehkan
apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur dengan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah.
D. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Work Engagement Pada
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai yang memiliki work engagement tinggi akan bekerja lebih dari kata “cukup baik”, mereka bekerja dengan berkomitmen pada tujuan,
menggunakan intelegensi untuk membuat pilihan bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas, memonitor tingkah laku mereka untuk memastikan
apa yang mereka lakukan benar dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan akan mengambil keputusan untuk mengkoreksi jika diperlukan Thomas, 2009.
Menurut Hewitt 2012, pegawai yang memiliki work engagement yang tinggi akan secara konsisten mendemonstrasikan tiga perilaku umum, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Say – secara konsisten berbicara positif mengenai organisasi dimana ia bekerja kepada rekan sekerja, calon pegawai yang potensial dan juga
kepada pelanggan. 2. Stay – Memiliki keinginan untuk menjadi anggota organisasi dimana ia
bekerja dibandingkan kesempatan bekerja di organisasi lain. 3. Strive – Memberikan waktu yang lebih, tenaga dan inisiatif untuk
dapat berkontribusi pada kesuksesan bisnis organisasi. Robertson Markwick 2009 berpendapat bahwa pegawai yang engaged
menunjukkan antusiasme, hasrat yang nyata mengenai pekerjaannya dan untuk organisasi yang mempekerjakan mereka. Pegawai yang engaged menikmati
pekerjaan yang mereka lakukan dan berkeinginan untuk memberikan segala bantuan yang mereka mampu untuk dapat mensukseskan organisasi dimana
mereka bekerja. Pegawai yang engaged juga mempunyai level energi yang tinggi dan
secara antusias terlibat dalam pekerjaannya Schaufeli Salanova, 2007. Leiter Bakker 2010 menyatakan bahwa ketika pegawai engaged, mereka merasa
terdorong untuk berusaha maju menuju tujuan yang menantang, mereka menginginkan kesuksesan.
Lebih lanjut, work engagement merefleksikan energi pegawai yang dibawa dalam pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri pegawai yang engaged tidak
hanya mempunyai kapasitas untuk menjadi energik, tetapi mereka secara antusias mengaplikasikan energi yang dimiliki pada pekerjaan mereka Leiter Bakker,
2010.
Universitas Sumatera Utara
Work engagement memiliki banyak dampak positif terhadap organisasi dan juga individu, oleh karena itu level work engagement harus ditingkatkan untuk
mencapai produktifitas yang maksimal. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor yang mendorong tingkat work engagement Saks, 2006.
Beberapa hasil studi penelitian menunjukkan banyaknya faktor-faktor yang menjadi pendorong pegawai untuk menajadi lebih engaged. Salah satu faktor yang
mendorong work engagement adalah pengembangan karir. Organisasi yang memiliki tingkat work engagement yang tinggi menyediakan kesempatan kepada
pegawai untuk mengembangkan kemampuan mereka, belajar keterampilan baru, memperoleh pengetahuan baru dan menyadari potensi mereka. Ketika organisasi
memiliki perencanaan pengembangan karir terhadap pegawai, maka pegawai tersebut akan memberikan kontribusi terbaik mereka Hewitt, 2012.
Pegawai akan bertahan dalam sebuah organisasi tergantung bagaimana mereka melihat masa depan mereka yang ada pada organisasi tersebut Kraemer,
2000 ; Zulkarnain, 2013. Dengan adanya pengembangan karir yang jelas dan sesuai akan sangat mempengaruhi seorang pegawai untuk lebih memiliki
semangat kerja yang tinggi dan termotivasi untuk bekerja. Pengembangan karir juga merupakan salah satu cara bagi organisasi untuk menarik dan
mempertahankan pegawai yang berbakat dalam organisasi Robbins Coulter, 1999 ; Zulkarnain, 2013.
Pengembangan karir yang dikemukakan oleh Noe 2002 menyatakan bahwa ada pihak-pihak yang mendukung terwujudnya pengembangan karir yaitu
peran pegawai, peran atasan dan peran organisasi. Pengembangan karir
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu yang dapat meningkatkan level work engagement Markos, 2010.
Pegawai memiliki peran dalam hal mengidentifikasi kebutuhan karir dirinya sendiri sehingga mereka mengetahui jenjang karir yang harus mereka
capai selama bekerja Noe, 2002. Hakanen, Perhoniemi Toppinen-Tanner 2008 menyatakan bahwa individu adalah salah satu faktor utama yang
merasakan engaged terhadap pekerjaannya. Mereka merasakan bangga terhadap pekerjaannya sehingga dapat memberikan kinerja terbaik untuk dirinya sendiri
dan untuk organisasi. Sesuai dengan aspek yang dikemukakan oleh Schaufeli, Salanova, Gonzales-roma Bakker 2002 yaitu vigor bahwa orang-orang yang
memiliki skor vigor yang tinggi akan akan bekerja dengan gigih dan semangat. Karena mereka merasa dengan adanya semangat yang tinggi dalam diri mereka,
akan memberikan keuntungan baik bagi dirinya sendirinya maupun bagi organisasi.
Organisasi yang memiliki level work engagement yang tinggi memiliki pimpinan yang peduli terhadap pengembangan karir pegawai dan dapat dijadikan
acuan bagi pegawai yang membutuhkan informasi Vance, 2006. Dengan adanya dukungan dari atasan, akan menjadikan seseorang pegawai merasa terinspirasi dan
akan menimbulkan skor absorption yang tinggi serta akan mengacu pada konsentrasi yang penuh dan mendalam karena pegawai merasa atasan memiliki
kepedulian terhadap perkembangannya Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma Bakker, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi juga harus memiliki perencanaan yang teratur untuk mendorong pengembangan karir pegawainya Macleod, 2009. Karena dengan
pengelolaan sumber daya yang baik, organisasi akan memiliki orang-orang yang kompetitif yang akan memberikan hasil terbaik untuk dirinya dan untuk organisasi
Wagner Harter, 2011. Sesuai dengan aspek dedication yang diungkapkan oleh Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma Bakker 2002 yaitu bahwa mereka
merasa pekerjaan mereka adalah sebuah inspirasi. Ketika organisasi menyediakan perencanaan yang teratur terhadap pengembangan karir, akan menjadikan para
pegawai merasa tertantang. Organisasi yang menyediakan kesempatan untuk berkembang bagi
pegawainya akan menjadikan pegawai tersebut bekerja dengan penuh konsentrasi Noe, 2002. Konsep ini mirip dengan aspek yang dikemukakan oleh Schaufeli,
Salanova, Gonzales-Roma Bakker 2002 yaitu absorption, dimana ketika seorang pegawai itu bekerja dengan konsentrasi yang tinggi maka mereka merasa
waktu akan berlalu begitu cepat dan sulit untuk memisahkan diri dari pekerjaannya.
Pentingnya untuk menyediakan kesempatan untuk pengembangan karir telah diketahui oleh pemerintah. Akan tetapi, banyak instansi pemerintahan yang
belum menjalankannya sesuai dengan Undang-undang. Oleh sebab itu, banyak keluhan dari masyarakat tentang buruknya kinerja pada pegawai yang bekerja di
instansi pemerintahan yang disebut sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS Napitupulu, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kinerja yang baik adalah hal yang dituntut kepada PNS karena ketika mereka memberikan kinerja yang baik terhadap organisasi, maka mereka akan
menjalankan tugasnya dengan tanggung jawab Mangkunegara, 2005. Kinerja baik yang ditunjukkan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil akan memberikan
produktifitas kerja pegawai setelah mengikuti pengembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat, fungsi suatu pekerjaan maka berarti
metode pengembangan yang ditetapkan cukup baik Hasibuan, 2007. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Bates 2004 ;
Kular, 2008 yang menyatakan bahwa work engagement dapat memprediksi peningkatan produktivitas pada pegawai, peningkatan motivasi serta keberhasilan
untuk organisasi dengan adanya diberikan kesempatan pengembangan karir bagi pegawainya.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa pengembangan karir memiliki pengaruh terhadap work engagement, oleh karena itu peneliti ingin membuktikan
secara empiris mengenai pengaruh persepsi pengembangan karir terhadap work engagement.
Universitas Sumatera Utara
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : - Ada pengaruh positif persepsi pengembangan karir terhadap work
engagement pada PNS. Semakin terbukanya kesempatan untuk mengembangkan karir, maka akan meningkatkan work engagement pada
pegawai.
- Ada pengaruh aspek-aspek pengembangan karir yang dikemukakan oleh
Noe 2002 terhadap work engagement pada PNS.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu
faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi Suryabrata, 2008. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, alat ukur penelitian, validitas, reliabilitas, uji daya beda aitem dan metode
analisis data.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang akan diteliti Suryabrata, 2008. Identifikasi variabel digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini, terdiri
dari : Variabel kriteria
: work engagement Variabel prediktor
: persepsi pengembangan karir
B. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel- variabel penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan di
Universitas Sumatera Utara
ukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian Azwar, 2007.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Work Engagement
Work engagement adalah derajat perasaan nyaman dan senang yang dirasakan oleh pegawai terhadap pekerjaannya yang bekerja dengan penuh
semangat, memiliki rasa bangga terhadap pekerjaan serta bekerja dengan penuh konsentrasi. Work engagement di ukur dengan menggunakan skala berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, dan Bakker 2002 yang dikarakteristikkan dengan adanya vigor, dedication dan
absorption. Pengisian skala work engagement berupa self report, yaitu subjek diminta untuk merespon pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skor total keseluruhan skala work engagement, maka akan semakin tinggi tingkat work
engagement yang dimilikinya. 2.
Persepsi Pengembangan Karir
Persepsi pengembangan karir adalah tingkatan persepsi pegawai terhadap kenaikan jabatan atau posisi yang telah diatur secara terencana oleh organisasi.
Persepsi pengembangan karir di ukur dengan menggunakan skala persepsi pengembangan karir yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Noe 2002 yaitu peran karyawan, peran atasan dan peran organisasi. Pengisian skala persepsi pengembangan karir ini berupa self report,
Universitas Sumatera Utara
yaitu subjek diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan yang ada pada skala sesuai dengan keadaan dirinya. Semakin tinggi skor total yang dicapai
seseorang, maka akan semakin baik persepsinya terhadap kesempatan pengembangan karir yang disediakan oleh organisasi.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah bertempat di instansi pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan yang
berdomisili di Jln. H.M.Yamin No.40 Medan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian