Bisnis Pemasaran Niaga Pertamina - Hubungan Investor

Indonesia mulai menjadi pemain bisnis LNG pada tahun 1973. Kontrak pertama ditandatangani pada tanggal 3 Desember 1973 antara Pertamina sebagai penjual dari Indonesia dan 5 lima perusahaan dari Jepang Barat sebagai pembeli. Cadangan natural gas ditemukan pada tahun 1971 di Arun dan pada tahun 1972 di Bontang. Pengapalan pertama dilakukan pada tahun 1977. Pada era tersebut, Pertamina menjadi salah satu pioner dalam bisnis LNG dunia. Skema bisnis yang diterapkan oleh LNG Indonesia, mulai dari pengaturan gas producer sampai pada penetapan struktur pendanaan pinjaman proyek pembangunan kilang LNG yang terkenal dengan non- recource project finance, menjadi acuan negara-negara lain yang bermain dalam bisnis yang sama. Selain itu, LNG Indonesia juga menjadi penggerak pasar LNG dunia. PT Arun NGL mengoperasikan kilang LNG di Arun dan PT Badak NGL mengoperasikan kilang LNG di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 enam buah train LNG memiliki total kapasitas 12,5 juta ton per tahun, sedangkan kilang LNG Badak di Bontang dengan 8 delapan buah train LNG memiliki total kapasitas mencapai 22,5 juta ton per tahun. Saat ini kilang LNG Arun hanya mengoperasikan 2 dua buah kilang karena berkurangnya pasokan gas dari lapangan gas ExxonMobil Oil Indonesia. Pada tahun 2008, Pertamina mengelola 9 Kontrak Penjualan LNG dengan total volume 22,23 juta ton per tahun 20,33 juta ton per tahun dari Bontang dan 1,9 juta ton per tahun dari Arun. Pasar Jepang adalah pasar terbesar LNG yang ditangani oleh Pertamina dengan porsi 70,8 dari total kuantitas kontrak, sedangkan sisanya ke pasar Korea 13,9 dan pasar Taiwan 15,3. Kansai Electric Power Company EPC, Chubu EPC, Kyushu EPC, Tohoku EPC Tokyo EPC, Tokyo Gas, Osaka Gas, Toho Gas, Hiroshima Gas, Nippon Gas, serta Nippon Steel adalah perusahaan-perusahaan pembeli LNG dari Jepang. Pembeli LNG utama dari Korea adalah Korea Gas KOGAS, dan pembeli utama dari Taiwan adalah Chinese Petroleum Corporation CPC. Guna mendukung implementasi kontrak delivery Ex-Ship, tahun 2008 Pertamina mengelola 11 kapal LNG baik yang berukuran besar maupun kecil. Dalam membantu kelancaran bisnis LNG, Pertamina memiliki anak perusahaan yaitu Nusantara Gas Services NGS yang berkedudukan di Osaka, Jepang dan bertugas mewakili Pertamina dalam proses custody transfer di terminal unloading pembeli di Jepang dan Taiwan, serta menjadi market intelligent Pertamina.

C. BISNIS LIQUIFIED NATURAL GAS LNG

Indonesia began to be LNG player on 1973. The first contract signed on December 3rd, 1972 was between Pertamina as Indonesian seller, and 5 corporations from Western Japan as buyers. Natural Gas Reserve was discovered in 1971 in Arun and in 1972 in Bontang. First shipment was conducted in 1977. In the years, Pertamina became one of the pioneers in the world LNG business. Business schemes applied by Indonesian LNG started from gas producer arrangements up to financing structure for LNG refinery construction loan which is also famously called non-resource project finance. It then became benchmark for other countries that later become involved in the same business. Moreover, Indonesian LNG has been mover of world LNG market. PT Arun NGL operates LNG refinery in Arun and PT Badak NGL operates LNG refinery in Bontang. Arun LNG refinery with 6 LNG trains has total capacity of 12.5 million tonnes yearly, whilst Badak LND refinery in Bontang with 8 LNG trains has total capacity of 22.5 million tonnes yearly. At the moment Arun LNG refinery only operates 2 refineries due to lack of natural gas supply from ExxonMobil Oil Indonesia gas field. In 2008, Pertamina oversees 9 LNG sales contract with total volume of 22.23 million tonnes yearly 20.33 million tonnes yearly from Bontang and 1.9 million tonnes yearly from Arun. Japanese market is the largest LNG market handled by Pertamina at 70.8 of all contract quantity. The rest goes to Korean market 13.9 and Taiwanese market 15.3. Some of the Japanese corporate buyers of Indonesian LNG include Kansai Electric Power Company EPC, Chubu EPC, Kyushu EPC, Tohoku EPC Tokyo EPC, Tokyo Gas, Osaka Gas, Toho Gas, Hiroshima Gas, Nippon Gas, and Nippon Steel. Main corporate buyer from Korea include Korea Gas KOGAS and main corporate buyer from Taiwan is Chinese Petroleum corporateion CPC. To handle ex-ship delivery contracts, in 2008 Pertamina manages 11 LNG vessels from small to large. Further supporting LNG business, Pertamina owns subsidiary Nusantara Gas Services - NGS in Osaka, Japan which has main duty to represent Pertamina in the custody transfer process in buyers unloading port in Japan and Taiwan. NGS also acts as market intelligent gatherer for Pertamina.

C. LIQUIFIED NATURAL GAS LNG BUSINESS

M A N AG E M E N T R E P O R T 105 Perjalanan menuju Kesempurnaan Laporan Tahunan PERTAMINA 2008 | Annual Report 1. BISNIS ANAK PERUSAHAAN PT PERTAMINA PERSERO Pertamina memiliki 19 sembilan belas Anak Perusahaan yang bergerak di berbagai macam industri, jasa pendukung industri minyak dan gas di sektor Hulu dan Hilir, perkapalan, penerbangan, pelabuhan, jasa pemasaran, rumah sakit, kontraktor, pengeboran minyak, pengelolaan dan pengembangan sumberdaya panas bumi, jasa manajemen dan perhotelan. Aktivitas Anak-anak Perusahaan tersebut secara sinergis diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam tubuh Pertamina sekaligus memberikan nilai tambah bagi Pertamina. Profil masing-masing Anak Perusahaan PT. Pertamina EP berdiri tahun 2005 merupakan usaha hulu dibidang minyak dan gas bumi meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi Migas, dengan Penyertaan modal Pertamina sebesar 99,99 dan Koperasi Energy Indonesia sebesar 0,01. PT. Pertamina Hulu Energi berdiri tahun 2002 dh PT Aroma dan bergerak dalam bidang pengelolaan usaha sektor hulu minyak dan gas bumi serta energi lainnya, dengan penyertaan modal Pertamina sebesar 98,72 dan PT. Pertamina Dana Ventura sebesar 1,28. PT. Pertamina EP Cepu berdiri tahun 2005 sebagai anak perusahaan PT. Pertamina EP dan tahun 2007 berubah status menjadi anak perusahaan PT PERTAMINA PERSERO, bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi, kegiatan terkait di wilayah kerja Blok Cepu dan pada akhir tahun 2008 sudah tahap produksi first oil. Penyertaan Modal Pertamina sebesar 99 dan Koperasi Energy Indonesia sebesar 1.

D. BISNIS ANAK PERUSAHAAN DAN PERUSAHAAN PATUNGAN SUBSIDIARIES AND JOINT VENTURE BUSINESSES

1. PT PERTAMINA PERSERO SUBSIDIARIES BUSINESS Pertamina owns 19 subsidiaries in multiple industries such as oil and gas supporting businesses both in upstream and downstream activities, shipping, flight, port, marketing and distribution, hospital, contractor, oil drilling, management and development of geothermal resources, management and hotel. These subsidiaries are expected to sinergize and increase efficiency and effectivity as well as adding value for Pertamina. Subsidiarys Profile PT. Pertamina EP was founded in 2005 and is in upstream oil and natural gas business including exploration, exploitation, and production of oil and gas. Pertamina capital investment is at 99.99 and Indonesian Energy Cooperative Koperasi Energy Indonesia at 0.01 PT. Pertamina Hulu Energi was founded in 2002 formerly PT Aroma and is in the management of upstream oil and natural gas and other energy forms businesses. Pertamina capital investments is at 98.72 and PT Pertamina Dana Ventura at 1.28 PT. Pertamina EP Cepu was founded in 2005 as PT. Pertamina EP subsidiary and in 2007 changed status as PT PERTAMINA PERSERO subsidiary. PT Pertamina EP Cepu is in oil and natural gas management in working area Cepu block. By the end of 2008, they have begun production of first oil. Pertamina capital investments is at 99 and Indonesian Energy Cooperative at 1. PT. Pertamina EP PT. Pertamina HULU ENERGI PT. Pertamina EP CEPU M A N AG E M E N T R E P O R T Perjalanan menuju Kesempurnaan Laporan Tahunan PERTAMINA 2008 | Annual Report 106