Bosi V : Falöwa Perkawinan

faso alat pengganjal dari kayu aren, menyerupai pasak kira-kira sebesar jari telunjuk. Setelah pisau diasah sampai tajam pisau tersebut direndam di dalam air berisi daun zini-zini agar pisau menjadi dingin saat digunakan. Ere yang dibantu oleh dua orang pembantunya akan mengalihkan perhatian si anak dengan berceritera yang lucu-lucu. Saat sunat hendak dilakukan, Ere berpura-pura mengatakan bahwa ia hendak membuat garis untuk menentukan bagian yang akan disunat. Saat si anak lengah, ere bukannya membuat garis namun tiba-tiba mengiriskan pisau dengan kuat. Kulit penispun terbelah dan luka ini akan diobati dengan ramuan tumbuh-tumbuhan sampai luka sembuh. Sunat sebagai salah satu syarat inisiasi dalam proses untuk menuju kedewasaan secara adat. Disamping sunat masih ada syarat lain yakni pemotongan gigi lahozi.Pemotongan gigi ini berlaku bagi anak laki-laki dan anak perempuan yang berusia 12-15 tahun Suzuki 1959; 82. Walaupun tradisi pemotongan gigi ini tidak pernah lagi kedengaran di Nias pada masa sekarang.

2.4.5. Bosi V : Falöwa Perkawinan

Bila seorang anak laki-laki akan memasuki usia perkawinan sekitar 18-25 tahun, maka orang tuanya akan mencari jodoh yang sesuai dengan anaknya. Penentuan jodoh sepenuhnya tergantung kepada orang tua, walaupun anak laki-laki telah menjalin hubungan cinta dengan seorang wanita, persetujuan orang tua masih menentukan bila ia ingin menikahi wanita tersebut. Dalam adat Nias, kawin lari sangat sulit untuk diterima. Seseorang yang kawin tanpa persetujuan orang tua, akan Universitas Sumatera Utara tersingkir dari lingkungan adat, bahkan orang tua bisa saja menyatakan putus hubungan sebagai anak bila anaknya tersebut kawin tanpa restu orang tua. Untuk menentukan jodoh, orang tua terlebih dahulu melihat beberapa kriteria seperti derajat orang tua si gadis, kecantikan, perilaku si gadis dan tingkat pendidikan pada masa sekarang. Biasanya orang tua akan memilih calon dari keluarga yang setaraf dengan derajat bosi mereka. Hal ini sudah menjadi kebiasaan disamping memperkecil faktor penolakan. 5 5 Walaupun lamaran diterima, tetapi penolakan secara halus dapat dilakukan oleh fihak wanita dengan meminta mas kawin bowo tinggi, yang tidak mungkin disanggupi oleh fihak laki-laki. Setelah mendapatkan calon yang dianggap sesuai menurut kehendak pihak laki-laki, maka orang tua akan mengutus salah seorang keluarga terdekat yang akan menjadi penyampai lamaran. Utusan ini disebut si’o yang arti sebenarnya adalah tongkat, namun dalam hal ini si’o diartikan sebagai perantara yang menjembatani dua keluarga. Biasanya si’o dipilih dari keluarga terdekat, yakni adik laki-laki dari ayah si pemuda yang telah berkeluarga. Namun bila tidak memungkinkan, maka akan diutus salah seorang kerabat lainnya. Pada saat menyampaikan lamaran si’o tidak berbicara langsung dengan orang tua si wanita, tetapi ia menyampaikan maksud tersebut kepada salah seorang keluarga terdekat mereka yang nantinya akan menyampaikannya kepada orang tua si wanita. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Bab III. Universitas Sumatera Utara

2.4.6. Bosi VI : Famadadao Omo Membangun rumah