dibedakan atas dua belas tingkat yang berbeda itu, adalah sebagai berikut: fangaruwusi, tumbu, famatörö döi, famoto, falöwa, famadadao omo, fa aniha
mbanua, famaoli, fangai töi, fa’amakhö, mame’e gö mbanua, dan mame’e gö nöri.
2.4.1. Bosi I: Fangaruwui memperlihatkan kandungan
Ibu yang sedang hamil akan diperiksa oleh solomö dukun bersalin untuk menentukan usia kandungan sudah berusia tiga sampai lima bulan orang tua akan
berkunjung ke rumah mertuanya orang tua istri yang disebut sebagai uwu
3
3
Perkawinan dengan sendirinya akan menimbulkan hubungan kekerabatan dimana setiap menantu pria akan menyapa orang tua istrinya mertuanya dengan sebutan uwu yang artinya paman. Sedangkan
mertuanya akan menyapa menantunya dengan istilah umönö yang artinya menantu.
.Tujuan kedatangan ini adalah untuk memohon berkat agar anak yang masih dalam
kandungan tersebut kelak akan lahir dengan selamat dan sehat. Pada acara ini diadakan jamuan akan dengan memotong seekor anak babi.
Selesai acara makan uwu memberkati kandungan ibu dengan cara memercikkan air dari atas piring. Piring tadi berisi air, daun zini-zini tumbuhan
sejenis cocor bebek, dan 5 lima keping uang perak Belanda floring, harga satu keping mata uang ini pada masa sekarang adalah Rp. 5.000,-. Air adalah lambang
kesucian, daun zini-zini adalah lambang kesehatan daun ini merupakan salah satu bahan campuran obat-obatan dan uang perak adalah persembahan bagi para Dewa.
Dimasa lampau ere yakni iman religi Sanömba Adu akan membuat sebuah adu atau patung pelindung untuk bayi dalam kandungan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Selama ibu mengandung kandungan harus dijaga dari akibat-akibat buruk. Orang tua sedapat mungkin menghindari apa yang disebut sebagai amonita. Amonita
adalah tabu atau pantangan yang tidak boleh dilanggar, sebab apabila dilanggar dapat menimbulkan akibat yang tidak baik pada sifat-sifat dan perilaku si anak nantinya
setelah ia lahir. Pantangan tersebut antara lain tidak boleh membunuh binatang seperti ular, monyek, babi, tidak boleh berjalan di tempat bekas pembunuhan, tidak boleh
duduk di depan pintu dan pantangan lainnya Suzuki, 1959: 78. Salah satu contoh apabila orang tua membunuh seekor-monyet saat sedang terjadi kehamilan maka bila
anaknya lahir, sifat-sifat anak itu akan mirip dengan monyet; tidak dapat bicara, dan bertingkah laku seperti monyet.
Selain menghindari apa yang disebut amonita Ibu hamil mesti dilindungi dari gangguan matiana. Matiana adalah roh wanita yang mati melahirkan dan dapat
dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu dalam rupa seekor burung untuk tujuan- tujuan jahat yang salah satu diantaranya adalah mencelakakan ibu yang sedang
mengandung. Matiana biasanya datang pada malam hari, dan akan berkicau di sekitar rumah. Bila beberapa hari kemudian si ibu hamil sakit, maka penyakitnya bisa saja
dihubung-huhungkan dengan matiana yang berkicau beberapa hari yang lalu di sekitar rumah. Penyakit ini bisa menjadi masalah lain bila penyakit tersebut dianggap
sebagai “kiriman”dan tetangga atau orang lain yang dicurigai. Kepercayaan akan matiana ini umumnya masih ada di desa-desa, ia dipercaya sebagai sumber penyakit
dan orang tua mungkin saja akan menakut-nakuti anaknya yang tidak mau tidur dengan mengatakan kalau tidak mau tidur, nanti akan dimakan oleh matiana.
Universitas Sumatera Utara
Usia kehamilan biasanya di rahasiakan. Tujuannya adalah menghindari niat jahat orang lain yang ingin mencelakan kandungan tersebut melalui perantaraan
dukun. Keseluruhan usaha melindungi ibu yang sedang hamil jelas merupakan upaya menyelamatkan bayi dalam kandungan dan melindungi ibu hamil yang memang
kondisi fisiknya tidak begitu kuat. Upaya pencegahan dilakukan dengan menghindari beberapa pantangan dan larangan seperti yang sudah disebutkan diatas.
2.4.2. Bosi II : Tumbu lahir