Bosi X : Fa’amokhö kekayaan Bosi XI : Mame’e gö banua menjamu orang sedesa Bosi XII : Mame’e gö nöri menjamu orang satu öri

2.4.10. Bosi X : Fa’amokhö kekayaan

Sebagai bukti seseorang itu benar-benar kaya, ia akan memamerkan semua harta bendanya seolah-olah menjemur di panas matahari berupa perhiasan emas, perak dan benda-benda berharga lainnya. Dengan demikian ia akan mendapat pujian dan rasa kagum dan mungkin juga rasa iri dari orang-orang sedesanya. Pada saat seperti ini biasanya juga masyarakat diundang untuk menyaksikan pameran harta benda tersebut. Dengan kesaksian dari orang yang diundang, secara otomatis status orang tersebut akan naik di mata masyarakat.

2.4.11. Bosi XI : Mame’e gö banua menjamu orang sedesa

Seseorang yang benar-benar kaya akan mengadakan acara ini, yaitu menjamu makan semua penduduk desa untuk mengukuhkan dan menaikan statusnya lebih tinggi lagi. Semakin banyak orang yang diundang dan diberi makan, semakin tinggi pula status orang tersebut.

2.4.12. Bosi XII : Mame’e gö nöri menjamu orang satu öri

Pada masa lampau beberapa banua dapat menggabungkan diri menjadi satu bentuk pemerintahan yang lebih luas yang disebut öri. Pemimpin öri disebut Tuhenöri tuhe artinya tunggul kayu yang kokoh yang dipilih di antara pemimpin- pemimpin banua yang bergabung tadi. Tuhenöri harus mengadakan pesta besar owasa dengan mengundang semua penduduk sewilayah orinya. Pesta ini merupakan pengukuhan sebagai tuhenöri, disamping sebagai pemberitahuan bahwa telah diangkat pemimpin baru yang berkuasa penuh. Universitas Sumatera Utara Dari status-status yang telah disebutkan di atas, maka tuhenöri adalah merupakan status tertinggi yang dimiliki oleh seseorang di lingkungan masyarakat sekitarnya. Boleh dikatakan hanya orang-orang tertentu yang dapat menjadi tuhenöri, yaitu telah memenuhi dua belas tingkatan atau bosi seperti telah dijelaskan di atas. Dengan masuknya kekristenan di Nias tahun 1865 melalui missionaris Jerman lihat halaman 48, maka lambat laun penduduk mulai meninggalkan kepercayaan sukunya dan beralih ke agama Kristen. Agama Kristen mengajarkan bahwa manusia di hadapan lowalangi Tuhan sama derajatnya, sedangkan dalam agama suku tidak demikian halnya. Secara bertahap konsep bosi ini mulai ditinggalkan oleh penganut agama Kristen. Pada masa kini semua orang dianggaptemasuk golongan orang biasa dengan bosi VII niha mbanua. Hal ini disebabkan bukan hanya akibat peralihan agama penduduk, namun faktor lain juga turut menentukan, antara lain sistem pemerintahan, kemajuan zaman dan semakin terbukanya jalur komunikasi dari dan ke Pulau Nias, yang memungkinkan pendudukan pulau Nias dapat berhubungan dengan penduduk di luar pulau Nias.

2.5. Sistem Religi