Pengertian Siswa Belajar dan Siswa 1. Pengertian Belajar

Menurut Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan, bahwa kata siswa atau murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan the willer. 50 Menurut Abudin Nata kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh. Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamaknya talamidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya pencari ilmu, pelajar, mahasiswa. Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan, yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik. Sedangkan Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang subjek didik, yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan. 51 Menurut H.M. Arifin, menyebut “murid”, maka yang dimaksud adalah manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya. 52 Akan tetapi dalam literatur lain ditegaskan, bahwa anak didik murid bukanlah hanya anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tua, bukan pula anak yang dalam usia sekolah saja. Pengertian ini berdasar atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna secara utuh, untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayatnya. 50 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hida Karya agung,t.th. 51 Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,Bandung: Citra Umbara, 2003 52 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. H. 109 Penulis menyimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk mengembangkn potensi diri fitrahnya secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Masalah yang berhubungan dengan anak didik murid, merupakan objek yang penting dalam paedagogik. Begitu pentingnya faktor anak dalam pendidikan, sampai-sampai ada aliran pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan aliran child centered. Untuk itulah diperlukan sebuah upaya untuk memahami siapa peserta didik murid. anak didik memiliki sifat-sifat umum antara lain : a. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana statement J.J. Rousseau, bahwa “anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri” b. Peserta didik murid, memiliki fase perkembangan tertentu, seperti pembagian Ki Hadjar Dewantara Wiraga, Wicipta, Wirama c. Murid memiliki pola perkembangan sendiri-sendiri d. Peserta didik murid, memiliki kebutuhan. Diantara kebutuhan tersebut adalah sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pendidikan seperti, L.J. Cionbach, yakni afeksi, diterima orang tua, diterima kawan, independence, harga diri. Sedangkan Maslow memaparkan : adanya kebutuhan biologi, rasa aman, kasih sayamg, harga diri, realisasi. Sedangkan menurut para ahli psikologi kognitif memahami anak didik murid, sebagai manusia yang mendayagunakan ranah kognitifnya semenjak berfungsinya kapasitas motor dan sensorinya. Untuk mengajar dengan baik diperlukan keterangan yang selengkap- lengkapnya tentang murid. Oleh sebab itu sekolah modern dengan saja mengumpulkan keterangan-keterangan itu sejak anak itu masuk sekolah. Keterangan itu senantiasa diperlengkapi selama anak itu belajar di sekolah dan agar dapat sedalam-dalamnya mengenal latar belakang murid. 53 Bila anak itu pindah sekolah, maka kumpulan tentang itu dikirimkan kepada sekolah baru. Secara ideal, kumpulan keterangan itu “mengikuti” anak itu dari Sekolah Dasar sampai Universitas. Tentu saja segala keterangan itu bersifat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kebaikan anak itu. 54 Menganggap siswa sebagai layaknya siswa, manusia yang sedang belajar menuntut ilmu merupakan esensi dari semua penjelasan tentang siswa di atas. Selayaknya anak dan siswa mereka harus dididik dengan yang sebenar-benarnya dengan segala kenyamanan mereka. 53 S. Nasution, Didaktik, Asas-asas Mengajar…, h. 25 54 Ibid, h. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PondokPesantren Al-Haniffiyah Pedurenan Bekasi. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja purposive dengan pertimbnagan efisiensi biaya jarak dan waktu dari peneliti.

B. Paradigma dan desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengaruh disiplin belajar jadi paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivistic sebagai paradigma yang berpengaruh dan dapat melahirkan pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial. 55 Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 56 Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 57 Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan sifatnya adalah kolerasi yaitu mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Karena termasuk katagori penelitian 55 Burhan Bungin, metodologi Penelitian kuantitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005 h. 32-33 56 Jumroni, dkk, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006, h.37 57 Moh. Nazir, Ph. D., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, h. 54 kolerasi maka variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel X dan variabel Y, yang termasuk variabel X adalah pengaruh disiplin belajar dan variabel Y adalah prestasi belajar. Artinya penelitian ini berupaya menghubungkan antara pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar di Panti Asuhan Al-haniffiyah Putra Pedurenan Bekasi.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian. Oleh karenanya, apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut dengan studi populasi atau studi sensus. 58 Populasi dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Islam Al-Hanifiyyah tahun ajaran 2013-2014, yang berjumlah 145 siswa. 59

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili keseluruhan populasi tersebut. Oleh karenanya peneliti yang hanya meneliti sebagian saja dari populasi untuk pada akhirnya digunakan untuk mengeneralisir seluruh populasi, dinamakan penelitian sampel. 60 Pengambilan sampel ini bisa dilakukan ketika populasi dirasa terlalu banyak dan tidak memungkinkan efektifnya sebuah penelitian. Jelasnya, ketika jumlah populasi di bawah 100 maka semua populasi harus diteliti, akan tetapi jika melebihi 100 maka peneliti dibolehkan hanya meneliti sampel yang besarnya antara 10-15 58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001, h. 108 59 Diambil dari data primer lembaga penelitian 60 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 109