b. Kedekatan Propinquity
Proses pemilihan pasangan juga mempertimbangkan kedekatan yang akan terjadi pada pasangan. Kedekatan yang ada dalam tahap kedua proses
penyaringan pasangan ini diartikan sebagai suatu tempat dimana pasangan dapat saling bertemu dan menjalin hubungan Degenova, 2008. Hubungan
jarak jauh atau dekat, tidak terlalu mempengaruhi Mari dalam proses ta’aruf yang akan dilakukannya. Bagi Mari yang paling penting adalah pasangannya
berasal dari lingkungan pengajian. Mari lebih memilih orang yang berada dalam lingkungan pengajian karena Mari ingin pasangannya nanti mempunyai
pandangan yang sama dengannya mengenai agama. Ada perasaan khawatir yang muncul dari dirinya bila pasangannya tidak berasal dari lingkungan yang
sama. Mari khawatir bila pasangannya tidak berasal dari lingkungan pengajian, segala kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya dapat
terhambat. Senada dengan apa yang dikatakan Mari, hal ini juga diungkapkan oleh
Davis-Brown, Salamon Surra dalam Degenova, 2008. Di dalam Degenova 2008 dikatakan bahwa kedekatan propinquity merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi proses pemilihan pasangan. Propinquity menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan karena kebanyakan individu bertemu
dengan pasangan di lingkungan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Daya Tarik Attraction
Tahap proses pemilihan pasangan yang ketiga adalah mengenai daya tarik atau ketertarikan. Mari selalu merasa tertarik dengan seseorang yang
mempunyai hal yang unik pada fisiknya. Keunikan yang dimaksud itu misalnya seperti gingsul. Mari juga merasa tertarik dengan individu yang
mempunyai janggut tipis di wajahnya. Sebenarnya ini bukan hal mutlak yang menyebabkan Mari menyukai seseorang, tapi umumnya orang-orang yang
dasar agamanya sudah baik, akan memiliki penampilan seperti itu. Ketertarikan secara fisik juga bukanlah hal utama yang dapat membuat
Mari tertarik dengan seseorang. Kepribadian dan sikap dari seseorang juga dapat membuat Mari tertarik untuk menjalin hubungan. Mari lebih merasa
tertarik dengan individu yang mempunyai sikap yang soleh. Soleh sendiri diartikan Mari sebagai seseorang yang sudah mempunyai dasar agama yang
kuat. Dengan dasar agama yang kuat, Mari percaya bahwa pasangannya merupakan orang yang dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan
keluarganya. Senada dengan apa yang diungkapkan dalam Degenova 2008. Degenova
mengatakan bahwa hubungan antara dua individu itu dapat terjalin apabila mereka mempunyai ketertarikan masing-masing. Biasanya, ketertarikan itu
akan dimulai dari fisik yang dimiliki individu tersebut. Setelah sudah mempunyai rasa tertarik itu, maka ia akan mulai melihat sikap dan
Universitas Sumatera Utara
kepribadiannya. Bila kepribadiannya juga dirasakannya cocok, maka keribadian itu juga bisa menjadi daya tarik bagi setiap individu.
d. Homogamy dan Heterogamy