Data Wawancara Responden IV

d. Data Wawancara

1 Latar Belakang Keluarga Kelahiran Ridho dan Rizky di Medan sekitar 23 tahun yang lalu, bisa dibilang merupakan suatu ketidak sengajaan. Pada hari itu, seharusnya orang tua mereka berdua masih berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tapi ternyata, orang tua mereka berdua mendapat kabar bahwa sang kakek dalam keadaan kritis. Kabar buruk itu yang membuat kedua orang tuanya harus terbang ke Medan, walau sang ibu dalam keadaan hamil tua. Siapa yang sangka kalau ternyata setelah sampai di Medan, sang ibu masuk rumah sakit dan harus melakukan proses kelahiran. Tak lama setelah kelahiran Ridho dan Rizky, kira-kira sekitar dua hari kemudian, sang kakek pun meninggal. Ridho dan Rizky hidup dan tumbuh di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ayahnya adalah seorang PNS, sedangkan sang ibu merupakan seorang ibu rumah tangga biasa. Selayaknya anak-anak kecil pada umumnya, mereka selalu saja bermain bersama teman-teman sebayanya. Keduanya selalu pergi dan pulang bermain bersama. Ridho dan Rizky kecil mempunyai hubungan yang sangat akrab. Ridho dan Rizky adalah sepasang anak kembar. Tak jarang, banyak perlakuan yang sama yang diberikan oleh orang tua dan keluarga dekat lainnya. Tak hanya perlakuan yang sama yang diberikan kepada mereka berdua. Kedua abang adik ini pun sering mendapatkan barang-barang yang sama. Ketika mereka berdua masih kecil, tentu saja hal ini tidak pernah menjadi masalah. Universitas Sumatera Utara ”.. Baju, kadang-kadang sama kalo kayak di beli baju sama orang tua sama..” R3. W1 b. 19-21 hal 1 “..apapun disamakan, mulai dari pakaian, perlakuan, ee.. itu aja si kayakanya.. cuma untuk pakaian kan masih kecil.. Kita ngomongin dari kecil dulu, fokusnya sama mau pakaian, mau perlakuan sama..” R4. W1 b. 14-21 hal 1 Perlakuan sama yang diberikan oleh orang tua dan keluarga dekatnya, sering sekali membuat keduanya merasa tidak nyaman. Rasa malas pun mulai timbul karena mereka berdua selalu saja disamakan oleh keluarga-keluarga dekatnya. Rizky sendiri dalam hal ini mengakui bahwa dia tidak merasa senang kalau harus selalu disamakan dengan Ridho. Masih berasal dari pengakuan Rizky, Ridho juga kurang menyukai persamaan-persamaan yang diberikan keluarganya kepada mereka berdua. ”..kalo aku sih sebenarnya malas kalo harus sama.. tapi ya karena keadaan aku sering disama-samain.. tapi rata-rata emang males sih.. si Ridho juga males..” R3. W1 b. 32-27 hal 1-2 Sewaktu kecil, Ridho dan Rizky mempunyai hubungan yang sangat akrab. Saat SD mereka selalu bermain dan berkumpul bersama-sama. Kedekatannya sewaktu kecil ini membuat mereka merasakan pengalaman yang unik. Pengalaman-pengalaman yang mereka rasakan ini adalah pengalaman yang biasanya khas ditemui pada anak kembar. Orang awam umumnya mengatakan hal itu sebagai fenomena anak kembar. Salah satu fenomena kembar yang dirasakan oleh Rizky adalah ketika mereka berdua berbicara dengan bahasa Universitas Sumatera Utara yang kurang bisa dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya. Komunikasi yang dilakukan keduanya hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua dan ibunya. Di lain pihak, Ridho menceritakan pengalaman lain yang dirasakannya sebagai anak kembar. Ridho selalu bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rizky. Apabila Rizky menangis, secara otomatis Ridho juga bisa menangis, walau mereka sedang berada di tempat yang berbeda. “..Misalnya dia nangis dimana gitukan, aku juga ngerasain..nah.. itu pas SD.. itu sampe SMP lah aku rasain, pokoknya semenjak SMA udah gak lagi ngerasain kayak gitu..” R4. W1 b. 193-198 hal. 5 “dulu waktu masih kecil banget, mama sering, bisa gini.. misal aku ma Ridho pas belum bisa ngomong ya.. sering cakap ntah bahasa apa gak tau.. tapi yang ngerti cuma aku, Ridho sama mamak ku.. naah.. gitu aja sih.. kalo yang lain gak sih..” R3. W1 b. 61-68 hal. 2 Keduanya tumbuh dan besar di Kupang, NTT. Tetapi saat memasuki masa SMA, orang tua Ridho dan Rizky diharuskan pindah tugas ke Medan. Karena alasan itulah akhirnya mereka berdua tinggal di Medan sampai sekarang. Setelah pindah ke Medan, hubungan keduanya pun mulai berubah. Ridho dan Rizky tidak lagi seakrab dulu. Mereka berdua mulai pergi dan jalan sendiri- sendiri. Keakraban mereka di saat kecil sudah mulai berkurang. Untuk bertemu saja, terkadang mereka tidak bisa. Keduanya sekarang lebih sering menghabiskan waktu untuk ngumpul bersama teman-temannya. ”..jarang ketemu iya.. kayak itulah kalo bukan aku pasti Ridho yang pagi- pagi udah cabut, pulangnya selalu malam.. jadi kan paling-paling ketemunya ya kalo gak pagi ya malem-malem itu..” R3. W2 b. 479-483 hal. 12 Universitas Sumatera Utara “..dulu kenapa akrab kan, karna kan teman sepermainana.. jadi mau kemana-mana, kan kawan dia sama kawan ku sama tuh.. jadi mau kemana, main tuh sama dengan dia.. tapi semenjak.. SMA lah, kan kami pindah SMA kesini, dulu kami kan di Kupang.. pas udah SMA, ya kawannya udah laen, kawanku juga laen..” R4. W1 b. 37-46 hal. 2 Hubungan keduanya pun mulai merenggang. Tidak pernah ada lagi waktu duduk bersama-sama dan saling bercerita. Mereka berdua juga jarang berada di rumah. Keduanya lebih memilih untuk berada diluar rumah, apabila mempunyai waktu luang. Hubungan yang mulai diantara keduanya mulai menimbulkan rasa segan. Menurut Rizky, rasa segan itu timbul karena sejak kecil mereka sering sekali berantem. Hal ini yang kemudian terbawa hingga sekarang, dan membuat hubungan keduanya menjadi renggang. “..Iya, kayak yang tadi aku cerita juga.. dulu waktu kecil itu kan kami deket kali..jadi apa yang aku rasain sama dia ya ku rasain juga.. tapi mulai besar kayak gini emang udah agak renggang gitu lah..” R4. W1 b. 181-186 hal. 5 “..karna kebawa waktu masih kecil gitu sering berantem kan jadi agak agak segan gitu.. Segen gimana ya.. hanya gak bisa curhat aja..sama abang tentang sesuatu yang mendalam atau apa gak pernah.. mungkin ya karena sering berantem waktu kecil itu jadi kerekam sampe sekarang.. kalo sekarang misal ketemu di jalan pun paling cuma nanya mau kemana aja..” R3. W3 b.1591-1603 hal. 35 2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Pasangan pada Kembar Usia Ridho dan Rizky sudah berada pada tahap dimana mereka mulai dituntut untuk mencari pasangan hidup. Dipilih dan memilih yang terbaik, Universitas Sumatera Utara bukan hanya sekedar mencari pasangan. Pemilihan pasangan adalah hal yang penting untuk dilakukan. Rizky sendiri menganggap ketika memilih pasangan, bukan hanya sekedar ada yang sesuai dengannya lantas bisa langsung bisa dijadikan pasangan. Memilih seseorang dan menjalin hubungan agar bisa berlanjut ke tahap serius itulah yang penting. Biasanya yang sekedar asal- asalan saja dalam memilih pasangan adalah orang yang hanya mau senang- senang saja. Di lain pihak Ridho, mengatakan bahwa memilih pasangan harus sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukannya. Kesesuaian kriteria itu perlu dilakukan agar hubungan terjalin dengan langgeng. Bukan putus nyambung, putus dan nyambung lagi. “.. wajib sih kalo orang milih pasangan.. kan kita memilih kan sesuai dengan yang cocok ma kita, bukan ada cewek langsung jadi pacar kita, padahal kita, gaya hidupnya ma dia belum tentu cocok ma kita kan.. apa gak cocok kan gitu, makanya kenapa kita harus milih supaya hubungannya nanti gak.. emm.. apa langgeng lah, gak asal pacaran aja.. Kalo mungkin ada orang yang bilang gak terlalu penting memilih, hanya memilih berdasarkan fisik aja wajah cantik, ganteng mungkin hanya… seneng- seneng aja.. Jika kepengen hubungan yang panjang, ya terpakasa mesti milih yang betul-betul buat kita merasa nyaman, cocok.. gitu aja..” R3. W2 b. 565-582 hal. 13-14 “..milih pasangan..penting sih..emang kalo dibilang penting..penting,, kan nyari kan maksudnya bukan asal dapat gitu..ntar kalo udah gak enak putus.. itu kan nyari nyari gampang kali.. ini maksudanya gimana ya, agak.. supaya gak terlalu ribet lah.. maksudnya ntar kalo udah jadian rupanya gak cocok, gak cocok nanti ujungnya putus lagi, gitu kan.. jadi bagusan kan, nyari yang sesuai dengan kriteria, jadi kan bisa.. maksudnya udah ada persiapan lah, kan udah gitu mau ku jadi ya aku dah bisa bayangin lah, nantinya gimana, kayak gitu..” R4 W1 b. 143-159 hal. 4 Universitas Sumatera Utara a Latar Belakang Keluarga Latar belakang keluarga dari pasangan sering sekali menjadi pertimbangan bagi setiap orang sebelum memilih pasangan. Ridho sendiri menganggap latar belakang dari keluarga pasangan adalah prioritas utama yang harus diperhatikan. Menurutnya, sebagai seorang pacar, sudah seharusnya ia mengenal seluruh anggota keluarganya. Dimulai dari orang tua, saudara bahkan hingga ke hobi dari pasangannya. Mengetahui dan mengenal silsilah dari keluarga pasangannya ditujukan agar Ridho bisa menjelaskan kepada orang tuanya. “..masa aku jadian ma dia aku saudara-saudaranya gak ada yang ku kenal gitu kan.. hobinya dulu kayak gimana aku gak tau.. kan.. maksudnya gak mungkin juga nanti orang tua aku tuh nanyanya sama dia, pasti kan sama aku juga.. jadi kalo misalnya orang tua nanya aku jawab gak tau, kan nanti pasti bos aku juga ngerasa kalo ini gak jelas gitu kan.. pastinya ceweknya kayak gini-gini.. kan udah membangun persepsi lain jadinya untuk mereka.. jadinya kenapa aku harus tau.. biar aku bisa jelasin juga lah sama orang tua aku gimana..” R4. W2 b. 753-770 hal. 18-19 Berbeda dengan abangnya, Rizky mengatakan bahwa latar belakang keluarga bukanlah prioritas utama untuknya. Lebih tepatnya diperhatikan, tapi tidak terlalu menjadi masalah untuknya. Bagi Rizky, yang paling penting adalah bagaimana sifat pasangannya nanti. Biasanya apabila ia sudah menyukai seseorang, ia tidak lagi memikirkan bagaimana latar belakang dari keluarga pasangannya. Baginya, ketika ia sudah menyukai seorang wanita, dan wanita itu juga menyukainya itu sudah cukup. Orang tuanya mungkin akan memperhatikan bagaimana latar belakang keluarga dari pasangannya, tetapi hal itu tidak menjadi prioritas utama bagi Rizky sendiri. Segala sesuatu Universitas Sumatera Utara yang berhubungan dengan latar belakang keluarga pasangannya masih bisa dibicarakan dengan keluarga. “..gak ada liat itu.. tapi kalo setelah, bukan memilih tapi ya.. cuma sekedar tau aja, iya.. Kalo sebelum sih cari tau latar belakang tapi bukan sebagai patokan utama sih..” R3. W1 b. 208-212 hal. 5 “..Kalo biasanya kita udah suka sama cewek atau seseorang, kadang- kadang emang udah gak kita pikirkan bagaimana.. kecuali kalo misalnya latar belakang keluarganya udah kayak romeo dan Juliet yang udah berantem, ya udahlah tertawa itu emang gak mungkin.. trus kalo misal latar belakang orang tuanya yang kena masalah hukum misalnya.. kalo bagi aku sendiri sih gak terlalu ku pikirkan.. beda lah mungkin kalo orang tua aku ada pemikiran kesitu.. tapi kalo aku gak ada..” R3.W3b.1136-1150hal. 25 1 Status Sosioekonomi Status sosioekonomi sering sekali dikatakan sebagai pendukung dari terjalinnya hubungan ke arah yang lebih baik. Bagi Ridho dan Rizky, status sosioekonomi bukanlah jaminan hubungan akan berjalan lebih lama. Lebih lanjut Ridho mengatakan bahwa mau bagaimanapun status sosioekonomi pasangannya, kalau mereka sudah menikah, kehidupan sosioekonomi akan berada di tanganya. Menurut Ridho, masalah status sosioekonomi ini juga dikembalikan lagi kepada sikap keluarga masing-masing dalam menghadapinya. Kalau keluarga menuntut adanya persamaan status dengan pasangan, hal ini pun akan dipertimbangkannya kembali. Namun, bagi Ridho sendiri, status sosioekonomi dari pasangannya bukan masalah sama sekali. “..Kalo ekonomi sih gak, karna ujung-ujungnya pun kalo aku nikah ma dia, aku yang bayarin tertawa ya kan? tertawa jadi kalo ekonomi sih gak terlalu.. Universitas Sumatera Utara R4. W1 b. 278-287 hal. 7 “..kalo yang itu sih.. semuanya tergantung orangnya tergantung keadaannya juga.. kalo pun misal kelas sosialnya sama tapi ada lah banyak pertentangan.. maksudnya kalo ada yang bilang kayak gitu itu terlalu pukul rata karna itu semua tergantung keadaan dan kembali kepada keluarga juga.. kalo misalnya kelas sosialnya berbeda tapi keluarganya menerima gapapa, tapi kalo misalnya kelas sosialnya sama tapi masih banyak pertentangan, kayaknya misalnya agama beda, suku beda, itu kan tergantung orang tua juga, kalo emang gak bisa ya tetap gak bisa juga..” R4. W2 b. 844-861 hal. 20-21 Rizky pun mengatakan hal yang sama. Menurutnya, status sosioekonomi dari pasangan bukanlah hal yang penting. Tidak pernah terlintas sedikitpun dibenaknya untuk mencari pasangan yang status sosioekonominya lebih tinggi. Masalah ekonomi ini nantinya berhubungan dengan gengsi yang dimiliki oleh para pria dan bagaimana pandangan lingkungan terhadapnya. Ada kalanya juga, lingkungan akan memandang negatif apabila pihak perempuan memiliki status sosioekonomi yang lebih tinggi daripada pria. Namun, walaupun begitu ada sedikit terbersit keinginan dari Rizky untuk memilih pasangan yang mempunyai status sosioekonomi yang sama untuk mencegah pandangan negatif dari lingkungan di sekitarnya. “..minimal itu bisa sama ato cowoknya yang lebih tinggi.. karena itu masalah gengsi cowok.. gengsi cowok sama memang pandangan masyarakat kita seperti itu..” R3.W3b.13260-1331hal. 29 “..Kalo si istri lebih tinggi penghasilannya, em.. emang pandangan masyarakat Indonesia juga yang negatif.. kalo misalnya ceweknya yang lebih tinggi, pasti ada yang berpikiran ni cowok pake guna-guna ya kan.. cowok kok bisa.. pokoknya hal-hal negatif yang bisa mempengaruhi si cewek.. gitu aja.. makanya kalo.. makanya kalo terpaksa.. karena faktor lingkungannya juga sih yang buat kayak gitu.. kalo cowok yang harus lebih tinggi, minimal sama..” Universitas Sumatera Utara R3.W3b. 1334-1348 hal. 29-30 2 Pendidikan dan Inteligensi Mempunyai pasangan dengan latar belakang pendidikan yang sama adalah tuntutan dari orang tuanya. Untuk hal ini, Ridho dan Rizky menyanggupi permintaan orang tuanya tersebut. Bagi Ridho sendiri, pendidikan juga merupakan hal yang sangat ia pertimbangkan sebelum memilih pasangan hidup. Dengan mempunyai pasangan yang latar belakang pendidikan sama, Ridho percaya bahwa ia dan pasangan lebih mempunyai pemikiran yang sama dalam menghadapi suatu permasalahan. Ada kekhawatiran sendiri dari dirinya, apabila pasangannya nanti hanya tamatan SMA, atau lebih rendah daripada itu. Ridho takut kalau nantinya ia dan pasangannya mendapat masalah dan mengakibatkan hubungannya berakhir. Alasan itulah yang membuat Ridho lebih memilih pasangan dengan minimal pendidikan D3, sama seperti dirinya. “..karna gini, kalo menurut aku kan kalo yang tamatan SMA, kuliah gitu pemikirannya pasti beda gitu kan.. kalo pendidikan yang SMA gitu kan, bukannya aku bilang bodoh atau gimana kan, tapi takutnya gak sejalan, gak nyambung gitu.. jadi bagusnya ada kuliah, ada titelnya, jadi lebih sejalan lah..” R4. W2 b. 1203-1211 hal. 28 Rizky pun memiliki pandangan yang sama mengenai pendidikan. Pendidikan adalah hal penting untuknya ketika akan memilih pasangan. Ada perasaan gengsi di dalam dirinya apabila pasangannya tidak berlatar belakang pendidikan yang sama dengannya. Selain karena gengsi dan tuntutan dari Universitas Sumatera Utara orang tua, pendidikan menjadi hal yang penting karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki seseorang, pemikirannya pun akan semakin luas. Hal ini pun berlaku sebaliknya, apabila pendidikannya rendah, maka pemikirannya pun akan lebih sempit. “..Bisa dibilang gengsi juga kali ya tertawa” R3.W3b. 1175-1176hal. 26 “..Loh? Gengsi kenapa?..” peneliti “..Kita udah kuliah S1.. apalagi kalo cewek wajib lah minimal pacarnya setara atau lebih tinggi kan kalo cewek.. kalo aku ya gitu juga pemikirannya..” R3.W3b. 1178-1182hal.26 “..Kalo itu emang udah dari dulu.. bos cewek la yang bilang.. ya karena aku udah kuliah, minimal cari cewek itu ya yang D3 atau S1 dan memang ku iyakan.. karena pemikiran kita kan semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang kan semakin luas, semakin terbuka pikirannya.. kalo pendidikannya yang dibawahnya.. ya pemikirannya ya agak.. apa.. ya gak mau kebuka eh terbuka lebar gitu pemikirannya..” R3.W3b. 1184-1196 hal. 26 3 Usia Usia dari pasangan juga menjadi pertimbangan setiap orang dalam memilih pasangan. Kebanyakan pria akan lebih memilih pasangan yang mempunyai usai lebih muda daripadanya. Sama halnya dengan apa yang diharapkan oleh Rizky dan Ridho. Keduanya lebih memilih pasangan yang usianya lebih muda, atau maksimal seumuran dengannya. Tetapi, kalau nanti pasangannya berusia lebih tua, mereka berharap perbedaan usia itu hanya berselisih dua tahun saja. Walau sebenarnya, usia pasangannya nanti tidak terlalu menjadi masalah bagi mereka berdua. Untuk Rizky sendiri, dia Universitas Sumatera Utara menganggap berapapun usia pasangannya nanti, yang paling penting pasangannya tidak bersikap kekanak-kanakan. “...maksimal seumuran lah.. kalo harus yang lebih tua, maksimal 2 tahun diatas, tapi lebih bagus kalo dapat yang lebih muda..” R4. W2 b. 1221-1224 hal. 29 “..Em.. kalo usia usia mungkin.. kalo dia lebih tinggi.. kalo sebenarnya sampe sekarang aku gak mau kalo lebih tinggi, tapi kalo alasannya kenapa aku sendiri gak tau kenapa.. tunggu ya berpikir dulu tertawa kalo aku sendiri sih jujur gak terlalu masalah kali.. kalo dianya lebih tua 1 atau 2 tahun sih gak masalah, tapi kalo sampe 5, 7 tahun akunya yang gak mau tertawa gapapa sih kalo lebih tua tapi itu aja.. asal beda 1, 2 tahun aja.. yang paling penting cara berpikir dia sih.. cara berpikir pasangannya.. jangan kekanak-kanakan..” R3.W3b.1379-1395 hal. 30-31 4 Agama Agama juga merupakan salah satu pertimbangan yang paling penting sebelum memilih pasangan. Orang tua mereka berdua juga menginginkan anaknya mempunyai pasangan dengan latar belakang agama yang sama. Rizky sependapat dengan hal ini. Alasan lainnya, orang tua Rizky, khususnya sang ibu, adalah orang yang sangat taat dalam beribadah. Dalam beberapa hal mungkin Rizky sering mengecewakan ibunya, karena itulah ia berusaha untuk tidak mengecewakan ibunya dalam untuk masalah ini. Selain karena tuntutan orang tua, Rizky pun menganggap bahwa agama memang faktor yang penting sebelum memilih pasangan. “..Kalo agama ini pertama ke orang tuaku dulu aja.. karena memang apalagi khususnya bos cewek betul-betul taat jadi agak ini.. apa namanya.. gak mau.. ada mungkin beberapa bagian yang gak papa ku kecewain bos cewek.. tapi untuk yang ini jangan..” R3.W3 b. 1294-1301 hal. 29 Universitas Sumatera Utara Sedikit berbeda dengan apa yang diinginkan oleh adiknya, Ridho menganggap bahwa agama tidak menjadi permasalahan bagi dirinya. Selama mereka berdua saling menyukai, agama dari pasangannya tidak terlalu menjadi masalah. Agama ini kemudian baru akan menjadi pertimbangan bagi dirinya, apabila orang tua menginginkannya mempunyai pasangan dengan agama yang sama. Dibalik itu semua, Ridho tetap menganggap agama tidak menjadi permasalahan yang penting untuknya. “..Kalo agama sendiri, jujur sih gak terlalu masalah, kalo aku pribadi.. tapi kalo untuk dibawa ke orang tua nanti kurang tau.. apa pendapat orang tua nanti kalo beda agama, tapi kalo aku pribadi gak masalah.. yang penting dia beragama..” R4. W1 b. 317-323 hal. 8 b Karakteristik Personal 1 Suku dan Ras Dalam menjalani suatu hubungan, pasti ada kalanya menjumpai permasalahan. Secara umum, masalah yang sering dijumpai apabila sudah berhubungan dengan keluarga. Ada beberapa keluarga yang menuntut adanya persamaan dalam suku ketika memilih pasangan. Hal ini juga pernah dibicarakan oleh keluarga dari Ridho dan Rizky. Menurut pengakuan Ridho, ayahnya menginginkan pasangannya berasal dari ras chiness. Namun, hal ini juga belum dibicarakan secara serius dalam keluarga Ridho dan Rizky. “..kata bapak.. cari cewek orang cina tertawa.. kata bapak dulu gitu, orang cina, soalnya pande ngitung duit gitu..” R4. W1 b. 329-333 hal. 8 Universitas Sumatera Utara “..Gak tau.. dulu sih dia ngomongnya kayak gitu.. gak tau maen-maen apa gak.. tapi dia bilang, cari orang cina, biar pande dia ngitung duit, gitu..” R4. W1 b. 335-339 hal. 8 Walaupun ayahnya mengatakan tuntutan yang seperti itu kepada Ridho, suku tidaklah menjadi permasalahan dalam hubungannya mencari pasangan. Secara umum, Ridho menerima apapun keadaan pasangannya. Sesekali dengan nada bercanda Ridho mengatakan tidak menginginkan pasangan dengan suku yang berasal dari Papua. “..Kalo aku sih, sebenarnya gak papa sih.. asal gak.. apa tuh suku yang di Papua, yang item.. kayak-kayak gitu lah.. nah itu janganlah tertawa..” R4. W1 b. 343-347 hal. 8 Sependapat dengan Ridho, kedua orang tua mereka pun pernah membicarakan hal yang sama mengenai suku pasangan. Sang ibu menginginkan anaknya memilih pasangan yang berasal dari suku karo. Hal ini agar dapat mempermudah urusan saat keduanya akan menikah. Di lain pihak, sang ayah justru tidak menginginkan anaknya memilih pasangan dari suku karo. Menurut ayahnya, memilih pasangan yang berasal dari suku karo malah akan membuat urusan dalam pernikahannya nanti menjadi lebih susah. “..katanya supaya gak susah kalo nikah nanti.. Soalnya kan kalo orang karo kan kalo pesta, kan banyak tuh adat-adatnya.. Kalo sama orang karo kan enak jadi yang kita kerjakan dibagi, yang cocoknya ngerjain ini, yang ceweknya gini-gini juga..untuk pesta nanti.. tapi kalo misalnya Cuma salah satunya, yang cowok karo yang cewek batak, ato apa.. orang karo aja yang kerja nanti.. itu kalo pemikiran bos cewek..kalo bos cowok bilang jangan orang karo, kenapa.. malah lebih parah lagi nanti adat-adatnya, makanya jangan orang karo tertawa bakalan lebih parah lagi tuh..” R3. W1 b. 698-713 hal. 16-17 Universitas Sumatera Utara 2 Sikap dan Tingkah Laku Tidak hanya masalah fisik yang akan diperhatikan setiap orang saat memilih pasangan, tapi juga masalah sikap yang dimiliki pasangannya nanti. Rizky sendiri menginginkan pasangan yang dapat menyeimbangi sifat dan sikap yang dimilikinya. Rizky mempunyai sifat yang sangat pendiam. Untuk alasan itulah Rizky merasa perlu mencari seseorang yang dapat mencairkan sifatnya yang pendiam, sehingga ketika mereka sedang bersama tidak tercipta suasana yang kaku. Hal inilah yang membuat Rizky merasa perlu mencari pasangan yang mempunyai sifat yang ceria dan pengertian, agar pasangannya tidak merasa sakit hati terhadap sikapnya. ”.. kalo sifat ya itu, harus ceria sama pengertian.. karena awak orangnya agak cuek gitu kan.. kalo dapat yang gak pengertian, udah awak cuek, udah habis deh.. tertawa.. Bakal sakit hati dia, maksudnya susah kalo udah sakit hati.. trus nyari cewek yang gak gampang sakit hati..” R3. W1 b. 600-607 hal. 14 Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ridho. Menurutnya, fisik bukanlah masalah utama dalam memilih pasangan. Sikap dan sifat yang dimiliki pasangan lebih penting untuk diperhatikan. Ridho sendiri lebih memilih pasangan yang dapat bersikap dan berpakaian sesuai dengan keadaan. Menarik tapi tidak terlalu berlebihan, dan mampu membawa dirinya sesuai dengan situasi yang dihadapi. “..sikapnya itu dulu.. trus cara berpakaiannya gimana.. maksudnya biasa, tapi gak terlalu berlebihan..” R4. W1 b. 230-233 hal. 6 Universitas Sumatera Utara “Kalo seksi, gapapa.. tapi gimana ya.. diam maksudnya dia kalo berpakaian.. Soalnya aku pernah kan sama temen ketemu cewek, dia seksi, tapi adalah gitu yang gak sesuai ma dia.. gimana ya.. diam.. ya pokoknya gitu lah.. dia pande membawakan diri, sikap dan sifat dia.. itulah yang pertama kali dilihat..” R4. W1 b. 241-250 hal. 6 3 Kesamaan Sikap dan Nilai Saat sudah menemukan pasangan yang sesuai dengan kriteria, hal ini akan membuat satu sama lain menjadi dekat. Kedekatan antara pasangan ini akan menimbulkan kenyamanan di antara keduanya. Ketika kenyamanan sudah tercipta, maka ada rasa yang ingin dibagi dengan pasangan. Rasa ingin berbagi ini juga dirasakan oleh Rizky dan Ridho. Walau demikian, menurut Rizky hal- hal yang ingin dibagi dengan pasangan hanya sebatas mengenai orang tua dan keluarganya saja. Selain itu, bagi Ridho kenyamanan sebenarnya bukanlah suatu hal yang dapat dijelaskan dengan kata-kata. Karena semua itu berhubungan dengan apa yang dirasakan di dalam hatinya. Baginya, ketika nyaman dengan pasangannya, tidak perduli apapun yang terjadi, asalkan berdua dengannya semuanya akan terasa sangat nyaman. “..Emang sih kalo sama dia, ada beberapa hal yang enak ngomongnya tapi beberapa hal lain lebih enak ngomong sama temen sih.. Kalo misal kayak ngomongin tentang orang tua, keluarga lebih sama pacar, tapi kalo ngomongin tentang teman atau lingkungan ya lebih enak sama temen..” R3. W1 b. 330-338 hal. 8 “..Em, gimana ya.. kalo menurut aku bukan nyaman tapi senang.. senang itu kalo sama sikap dia, seneng liat sifat sama sikap dia.. agak susah si jawabnya.. karena ini yang ngerasain menunjuk ke arah dada tertawa dalem ya.. tapi ya nyaman itu ketika.. apa ya.. kalo aku nyaman itu ketika sama dia, duduk ma dia.. gak ada lagi sih.. harus gini-gini dulu baru kerasa nyaman, gak juga.. kayak dulu kan waktu sekolah, sama—sama ngerjain tugas ato makan sama-sama udah senang sih rasanya..” Universitas Sumatera Utara R3.W3b 1437-1451 hal. 32 Bagi Ridho, dalam suatu hubungan diperlukan adanya toleransi dalam melakukan penyesuain dengan pasangan. Hal ini berkaitan dengan sikap dan sifat yang berbeda yang dimiliki. Suatu hubungan akan lebih berjalan bila ada perasaan untuk saling menghargai satu sama lain. Termasuk dalam berbagi cerita bersama. Ketika toleransi itu terjadi, maka hubungan itu pun akan berjalan dengan nyaman. “..Kalo misalnya dalam hubungan tidak ada toleransi sama sekali.. oke, misalnya dengan jalannya masing-masing kan, hubungan itu gak akan berjalan.. suatu hubungan itu bisa berjalan, karna suatu hubungan itu baru bisa berjalan kalo saling menghargai, saling mengerti dan saling toleransi.. itu kalo menurut aku..” R4. W2 b. 873-882 hal. 21 4 Peran Gender dan Sikap Pribadi Saat memulai suatu hubungan, pemikiran untuk ke tahap yang lebih serius juga akan mulai muncul. Seperti yang dikataka oleh Ridho dan Rizky, bahwa untuk usia saat ini, pemikiran untuk membuat suatu hubungan yang serius sudah mublai ada, Mulai ada harapan-harapan dan perencanaan-perencanaan yang dibuat. Mulai ada pembicaraan ke arah yang serius yang akan dilakukan. Gambaran mengenai bagaimana keluarga yang akan dibangun sedikit terlintas mulai ada dalam pikirannya. Seperti halnya pembagian tugas di dalam rumah tangga nantinya dan apakah sang istri nantinya diperbolehkan untuk bekerja atau tidak. “..kalo calon istriku nanti emang udah punya kejaan kantor atau apa.. kalo untuk awal-awal mungkin kubiarin dulu lah, kerja gitu.. soalnya dia Universitas Sumatera Utara kuliah, kan juga pasti ada tujuan dia untuk kerja kan, jadi ya biarin aja lah dulu dia kerja gitu.. itu tergantung kondisi..” R4. W1 b. 535-543 hal. 12-13 “yang penting aku gak disuruh ganti popok lah.. tertawa yang laen oke lah, gapapa gak ada maslah.. asal gak ganti popok.. tertawa” R4. W1 b. 549-553 hal. 13 Dalam bayangannya, Rizky menginginkan keluarganya nanti berada dalam keadaaan bahagia dan segala kebutuhan rumah tangganya terpenuhi. Pada awalnya, mungkin Rizky mengizinkan istrinya bekerja. Tetapi ketika mereka sudah mempunyai anak, Rizky tidak mengharapkan istrinya kembali bekerja. Kalaupun nantinya sang istri ingin bekerja, itu adalah ketika mereka berdua sudah yakin anaknya bisa dilepas. Untuk masalah yang berkaitan dengan pembagian kerja di dalam rumah, Rizky sendiri tidak mengalami masalah. Kalaupun nantinya sang istri ingin ada pembagian kerja dalam rumah tangganya, Rizky tidak menganggap ini sebagai satu masalah yang besar. Tergantung bagaimana kondisi pada saat itu. “..Gambaran ketika udah.. aku sih cuma pengen bahagia, kebutuhan rumah tangga bisa tercukupi.. terus kalo istri gak bekerja sih gak papa.. kalo dia bekerja ee.. mungkin ada tahapnya dia bisa bekerja.. kalo udah anak mungkin dia gak ku kasih kerja.. soalnya kalo nanti kami pekerjakan baby sitter lebih deket dia sama baby sitternya.. kerja ada saatnya nanti.. misalkan dah ada rencana, oke punya dua anak aja.. trus nanti kalo udah punya dua anak dia bekerja, bisa.. ketika si anak dah bisa lah kita lepas..” R3.W3b.1767-1782 hal. 39 “..Dibicarain sih.. ee.. gak tau ya,, bakal dibicarain apa gak, tergantung gimana nanti aja gimana tertawa tapi pada intinya sih aku gak masalah, selama emang ada waktu, ntah-ntah hari minggu kalo kayak aku PNS, ya gak apa-apa.. kecuali kalo ada pembantu.. ngapai dikerjain..” R3.W3 b. 1805-1814 hal. 40 Universitas Sumatera Utara

3 Proses Pemilihan Pasangan

a The Field of Eligibles Area yang ditentukan Agar hubungannya bisa terjalin dengan langgeng, mereka berdua lebih memilih untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya. Bagi Ridho, hal pertama yang dapat membuat ia tertarik dengan seseorang adalah ketika wanita itu mempunyai sikap yang hiperaktif. Hiperaktif yang dimaksud oleh Ridho adalah orang yang dapat menciptakan suasana yang gembira, sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya, khususnya Ridho tidak cepat merasa bosan. Hiperaktif ini juga bisa disebut dengan seseorang yang penuh dengan rasa senang. “..kalo yang ini..maksudnya dia gak terlalu pendiam, pokoknya agak hiperaktif..ah.. karna aku kadang-kadang orangnya pendiam, makanya harus cari yang hiperaktif..” R4. W1 b. 99-104 hal. 3 “..Hiperaktif itu maksudnya kayak.. apa ya.. bisa membangun suasana lah biar aku gak cepet bosan..” R4. W2 b. 456-458 hal. 11 Sama halnya dengan Ridho. Rizky pun menginginkan seorang wanita yang mampu menciptakan suasana menjadi lebih hidup bila sedang bersamanya. Hal ini dikarenakan Rizky mempunyai sifat yang terlalu pendiam, sehingga membutuhkan seseorang yang ceria untuk menutupi sifatnya tersebut. Saking pendiamnya, setiap orang yang baru pertama sekali berjumpa dengannya pasti akan mengira bahwa ia adalah orang yang jaim. Untuk itulah, semakin cerewet pasangannya, hal itu akan semakin bagus. Ceria sendiri diartikan Rizky sebagai seseorang yang senang melakukan hal-hal yang lucu. Dengan memilih Universitas Sumatera Utara seseorang yang bisa memeriahkan suasana, Rizky berharap hubungan yang dijalinnya tidak menemui kejenuhan atau kebosanan. “..Em.. eh.. yang paling pertama sih biasanya emang paling suka sama cewek yang ceria..udah gitu aja yang paling penting.. kalo baek, manis tapi pendiam aduh.. gak lah.. itu sih sebenarnya prioritasnya yang ceria..” R3. W2 b.622-627 hal. 13 “..Cerianya seneng ngelucu..” R3. W2 b. 927 hal. 21 Terpenuhinya kriteria-kriteria yang diharapkan dari Ridho dan Rizky tentunya akan membuat suatu hubungan bertahan lebih lama. Karena keduanya mendapatkan kriteria sesuai yang diharapkannya. Hal ini menandakan kualitas dari seorang pasangan lebih menentukan dibanding dengan kuantitas dari lamanya suatu hubungan. Bagi Ridho pribadi, kua litas dari pasangan itu lebih kepada pendidikan yang dimiliki pasangan. Sebaliknya dengan Rizky yang lebih menganggap kualitas itu sebagai dasar dari sikap seseorang. ”.. kualitas.. lebih ke pendidikan dia juga.. kalo pendidikan dia bagus, jadi ya pemikirannya juga bagus..” R4. W1 b. 639-642 hal. 15 ”.. Ya lebih milih kualitas dari cewek itu, lebih milih sifat-sifatnya..” R3. W2 b. 659-660 hal. 15 b Kedekatan atau Propinquity Ridho dan Rizky sendiri mengaku bahwa jarak merupakan suatu pemicu masalah dalam suatu hubungan. Bagi keduanya lebih baik mempunyai pacar yang berada di satu kota yang sama dibanding mempunyai pacar yang berada di luar kota. Ridho sendiri sudah pernah mengalami hal seperti ini Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Hubungannya dengan sang pacar harus kandas di tengah jalan. Padahal hubungan yang dijalin dengan sang pacar sudah terjadi selama kurang lebih 2 tahun. Hal ini dikarenakan Ridho dan pacarnya berada di dua kita yang berbeda, sehingga mereka berdua mengalami masalah komunikasi. Masalah itu kemudian mengakibatkan hubungan yang dijalaninya harus berakhir. Sependapat dengan Ridho, Rizky pun lebih memilih pasangan yang berada dekat dengannya. Rizky sendiri menganggap bahwa mempunyai hubungan dengan pasangan yang berada di kota yang berbeda, dapat menimbulkan banyak godaan. “..1 kota, karna udah pernah kejadian juga.. trus kalo dua kota kan, pikirannya kemana-mana, istilahnya kan disini bebas lah kan, tapi bebas pun dianya gak ada, tapi tetep ada keterikatan gitu kan.. jadi susah lah untuk ngelakuin apapun.. trus kan jadi kepikiran gitu, dia disana gitu kan, makanya kalo jarak jauh gak lah, kalo beda kota gak.. gak mau lah kejadian kayak gitu lagi..” R4. W2 b. 217-228 hal. 6 “..kalo kayak Medan-Kabanjahe.. diam. Em.. kalo emang Medan- Kabanjahe, Medan-Kabanjahe, malas lah, yang deket-deket aja lah.. banyak ntar godaannya..” R3. W1 b. 160-165 hal. 6 Bagi Ridho dan Rizky, adalah hal yang tak mungkin kalau mereka berdua bisa menyukai orang dalam satu kali perjumpaan. Cinta pada pandang pertama tidak akan pernah dirasa, begitulah yang dituturkan oleh Rizky. Baginya, intensitas pertemuan dengan seseorang lah yang dapat membuatnya tetarik untuk menjalin suatu hubungan. Ridho pun mengatakan bahwa hal seperti ini bukanlah hal yang mungkin akan terjadi dengannya. Karena Ridho merasa dia bukanlah tipe yang mudah tertarik dengan seseorang. Universitas Sumatera Utara “..udah sering ketemu lah.. kalo cinta pada pandangan pertama tak pernah dirasa tertawa..” R3. W1 b. 138-141 hal. 4 “..Mungkin gak kalo ketemu orang untuk pertama kali itu langsung suka? peneliti..” “..Gak, gak bisa kayak gitu soalnya aku..” R4. W1 b. 646-647 hal. 13 c Daya Tarik atau Attaraction Dalam satu hubungan pasti akan timbul ketertarikan. Hal yang mustahil dapat menjalin hubungan bila tidak ada rasa ketertarikan didalamnya. Ketertarikan mereka berdua pada seseorang lebih dikarenakan orang tersebut mempunyai sifat yang menyenangkan.. Menyenangkan dalam artian dapat membangun suasana menjadi lebih cerah. Mereka berdua sama-sama menginginkan pasangan yang dapat menyeimbangkan sifat pendiam yang ada dalam dirinya. Ketertarikan yang paling pertama dilihat biasanya adalah ketertarikan secara fisik. Bagi Rizky, ia lebih tertarik dengan pasangan yang mempunyai wajah yang manis, dan tidak melebihi tinggi badannya. Alasannya, agar ketika mereka sedang jalan berdua, dapat terlihat lebih serasi. Begitu halnya dengan Ridho yang tidak ingin mempnyai pasangan yang postur tubuhnya lebih tinggi daripadanya. Lain dari itu, ia menganggap fisik bukan hal yang terlalu penting. “..pengennya sih yang lebih tinggi dari aku, dikit aja tapi.. tapi fisik sebenarnya gak terlalu penting sih.. jangan terlalu pendek aja.. yang laen sih tetep yang tadi itu.. R4 W1 b. 601-605 hal. 14 Universitas Sumatera Utara “..kalo fisik, fisik.. gak kepengen sih yang gendut, yang proposional lah.. proposional, trus rambut.. rambut.. terserah, mau panjang pendek, gak masalah.. itu fisik.. kalo sifat ya itu, harus ceria sama pengertian.. karena awak orangnya agak cuek gitu kan.. kalo dapat yang gak pengertian, udah awak cuek, udah habis deh.. tertawa.. Bakal sakit hati dia, maksudnya susah kalo udah sakit hati.. trus nyari cewekk yang gak gampang sakit hati..” R3. W2 b. 593-604 hal. 14 d Kecocokan atau Compatibility Ketertarikan yang terjadi dalam setiap pasangan, akan menimbulkan kecocokan di antara keduanya. Saat keduanya merasa cocok dengan pasangannya, mereka mampu untuk saling berbagi. Untuk Ridho sendiri, hal yang membuat ia merasa cocok, bukanlah ketika ia dapat saling berbagi. Kecocokan itu akan timbul ketika ia sudah mengetahui bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya, dan bagaimana silsilah dari keluarga pasangannya. Ketika sudah mengetahui bagaimana semua itu, barulah kemudian ia akan merasakan yang namanya kecocokan. Lain dengan apa yang dikatakan oleh Rizky. Bagi Rizky kecocokan antara ia dan pasangannya lebih disebabkan oleh yang telah ditentukannya. Apabila pasangannya nanti mempunyai karakter yang sesuai dengan apa yang diinginkannya barulah ia dapat merasa cocok dengan pasangannya. Minimal, pasangannya nanti memiliki setengah dari apa yang diharapkan Rizky dari calon pasangannya. “..masih sampe kepribadiannya cocok, keluarganya jelas, Dianya jelas hidupnya gimana..” R4. W1 b. 562-564 hal. 4 “..Wajib la lewat dari setengah itu tertawa Intinya.. baik sama periang aja..tertawa..” R3. W2 b. 802-804 hal. 19 Universitas Sumatera Utara e Homogamy dan Heterogamy Kecocokan yang terjadi di dalam suatu hubungan akan menimbulkan kenyamanan tersendiri bagi pasangan. Ridho dan Rizky akan merasa sangat nyaman dengan pasangannya ketika mereka mampu menyesuaikan diri dengan pasangannya. Hal-hal yang berbeda yang terjadi di antara mereka dengan pasangannya yang akan membuat variasi dalam hubungan yang dijalani. Menurut Ridho, dengan perbedaan-perbedaan didalam hubungannya itu yang membuat segala sesuatunya menjadi lebih indah. Walaupun tak bisa dipungkiri, Ridho juga menginginkan adanya persamaan dalam perbedaan yang terjadi di antaranya dan pasangannya. Memiliki pandangan atau pemikiran yang sama bila menghadapi suatu masalah, adalah persamaan yang Ridho harapkan dari pasangannya. “..Kemaren sih agak beda emang, tapi gak beda kali juga.. kalo beda kali kan gak nyambung ntar.. Jadi tetep ada perbedaannya, tapi persamaannya juga ada dikit.. R4. W1 b. 438-441 hal. 10 “..maksudnya sama dalam berpikir.. maksudnya kan kadang-kadang.. misalnya untuk menghadapi suatu permasalahan gitu kan, aku ma dia itu bisa punya pemikiran yang sama.. Susah sih bilanginnya tertawa Kira- kira sih seperti itu lah..” R4. W1 b. 463-470 hal. 11 Perbedaan adalah hal yang diharapkan ada dalam hubungannya nanti. Bagi Rizky, dengan adanya perbedaan di dalam hubungan mereka, baik hobi, sifat atau hal lainnya, akan membuat hubungannya menjadi saling melengkapi. Mempunyai terlalu banyak persamaan dengan pasangan, juga akan membuat Universitas Sumatera Utara hubungannya menjadi terlalu monoton. Tidak ada bedanya dengan melakukan kegiatan sehari-hari. Untuk alasan itulah, Rizky lebih memilih pasangan yang mempunyai sifat, hobi yang berbeda dengannya. Walaupun begitu, tetap saja Rizky merasa kalau perbedaan seperti kesukaan pasangannya untuk berbelanja, akan menyusahkannya. Tetapi, itulah yang kemudian membuat hubungannya menjadi lebih bervariasi. Ada kalanya, Rizky menginginkan pasangannya mempunyai ketertarikan yang sama dengannya, seperti menonton bola. Tetapi, hal ini tidak menjadi prioritas utama dalam pemilihan pasangan yang dilakukannya. “..Hampir sama sih kalau sama ato bedanya.. kalo hobi.. hobi aja sih.. gak masalah.. maksudnya supaya aku, hobi aku kegiatan aku.. gak itu-itu aja yang ku lakukan.. kecuali kalo dia hobi belajar itu gak mungkin aku ikuti tertawa hobi yang lain lah.. yang gak terlalu menyusahkan aku juga..” R3. W3b.1225-1233hal. 27 “..kayak cewek ini suka banget belanja.. ngemall.. tertawa nah gini.. kalo cowok sama teman-temen cowok ini ke mall.. bisa lah pengeluaran itu dibawah 50.. bisa juga 20.. tapi kalo sama cewek waw.. lumayan tertawa itu yang.. itu lah makanya gapapa hobi dia berbeda kan.. supaya gak gitu- gitu aja hidup aku.. biar melengkapi.. biar melengkapi gitu aja..” R3.W3b. 1240-1251hal.27-28 f The Filter Process Ridho dan Rizky memilih proses pacaran sebagai langkah untuk menentukan siapa pasangan hidupnya kelak. Melalui proses pacaran, Ridho dapat lebih mengetahui bagaimana karakter yang dimiliki pasangannya. Selain itu, ia juga bisa lebih mengetahui lebih dalam sifat, baik luar maupun dalam dari pasangannya. Hal ini penting, karena pacaran sebagai jalan untuk menuju tahap yang serius. Ketika hubungan ini sudah berjalan dengan serius, pasti Universitas Sumatera Utara orang tua juga akan ikut andil dalam hubungan ini. Untuk itulah, Ridho merasa perlu mengetahui bagaimana karakter dan latar belakang dari keluarga pasangannya, agar ia dapat mempertanggung jawabkan di hadapan kedua orang tuanya. “..kalo itu kan, pasti udah ada pemikiran tuk ke depan.. gak mungkin kita kan pacaran gak kenal dia luar dalam.. itu musti ada..kayak dulu yang aku bilang, ee..itu kan pasti berhubungan dengan orang tua kita nanti jadi maksudnya biar gak terjadi apa-apa untuk kedepannya, biar gak terjadi komplain tuk kedepannya, udah kenal dari luar dan dalam, udah kenal secara pasti, tepat.. tertawa yah udah kenal lah secara luar dalam untuk kedepannya biar gak terjadi apa-apa.. takutnya udah jadi malah nanti ada complain, kok pacarmu kayak gini, kayak gitu..” R4. W2 b. 726-741 hal. 18 Seperti halnya Ridho, Rizky juga menginginkan terjadinya proses pacaran sebelum akhirnya ia memilih siapa pasangannya. Pacaran itu sendiri dilakukan Rizky agar ia mendapat dorongan untuk melakukan hal-hal yang lebih baik lagi. Pacar berfungsi sebagai pelengkap hidup dan pendorongnya, selain orang tua. Selain itu dengan mempunyai pacar, Rizky dapat mencegahnya untuk melakukan hal-hal yang buruk. Dengan proses pacaran, Rizky juga berharap hubungannya dapat berjalan ke tahap yang lebih serius. “..kita itu pacaran supaya ada.. selain ada dorongan kita untuk ke hal yang lebih baik selain dari orang tua.. jadi kan kalo.. jarang kan si ya kalo pacaran tapi untuk ke arah yang lebih buruk, jarang lah tu.. mungkin ada tapi jarang.. itu lebih kayak supaya ada pendorong kita aja.. kayak punya pacar di sekolah makin maju lah kita di sekolah.. kalo sekarang berpikir untuk apa itu pacaran.. emm.. pacaran itu suatu periode untuk mengarah ke tahap selanjutnya.. itu pacaran kalo menurut aku..” R3.W3b.1007-1122hal.24-24 Universitas Sumatera Utara Tabel. 7 Rekapitulasi Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Pasangan yang dilakukan oleh Responden III Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pasangan Faktor-faktor Pengaruh dalam Pemilihan Pasangan

1. Faktor Latar Belakang