Tahap Pencatatan Data Prosedur Analisa Data

3. Tahap Pencatatan Data

Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.

4. Prosedur Analisa Data

Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif adalah berupa kata-kata. Untuk itu perlu melakukan analisis data. Analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif yaitu suatu analisa data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan obyek penelitian berdasarkan faktor yang ada kemudian pemaknaan data yang disesuaikan dengan makna yang terkandung di dalamnya secara objektif Nawawi, 1993. Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2007, yaitu : a. Organisasi data Organisasi data secara rapi, sistematis, dan selengkap mungkin untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisa yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisa yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Universitas Sumatera Utara Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode- kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. Peneliti melakukan organisasi data secara sistematis untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian. b. Koding Setelah melakukan organisasi data, peneliti melakukan koding dan analisis. Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Koding dan analisa, dilakukan dengan menyusun transkrip verbatim atau catatan lapangan sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip untuk tempat kode-kode atau catatan tertentu, kemudian secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip, lalu memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu c. Pengujian terhadap dugaan Peneliti kemudian melakukan pengujian terhadap dugaan. Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data peneliti mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Universitas Sumatera Utara Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Berbagai perspektif harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh peneliti. d. Analisis tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. e. Tahapan interpretasi Setelah itu, peneliti melakukan interpretasi data. Interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Peneliti beranjak melampaui apa yang secara langsung dikatakan responden untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak segera tertampilkan dalam teks data mentah atau transkrip wawancara. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri self understanding, yaitu interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, Universitas Sumatera Utara melainkan dikembalikan pada pemahaman diri responden penelitian. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis criticial commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman responden, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan responden, baik dengan memfokuskan pada ‘isi’ pernyataan maupun pada responden yang membuat pernyataan. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri responden ataupun penalaran umum. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan teori-teori pemilihan pasangan yang dikemukakan oleh Degenova 2008. Peneliti menggambarkan data penelitian dalam tiga tema utama. Ketiga tema tersebut mendukung peneliti untuk mengungkap gambaran proses pemilihan pasangan pada kembar, diantaranya adalah : - Latar belakang keluarga - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pasangan pada kembar - Proses pemilihan pasangan yang dilakukan oleh kembar Data yang berkaitan dengan gambaran proses pemilihan pasangan pada kembar akan dijabarkan, dianalisa dan diinterpretasi per responden.

A. Analisa Data

1. Responden I

a. Identitas diri

Nama : Mari bukan nama sebenarnya Usia : 23 tahun Suku : Batak toba Agama : Islam Pendidikan : S1 Universitas Sumatera Utara