Aspek kemenarikan tampilan Aspek keseluruhan

106

c. Aspek kemenarikan tampilan

Hasil penilaian aspek kemenarikan tampilan berdasarkan perhitungan skor data menggunakan skala linkert dengan rentang skor 1 sampai 5 untuk aspek kemudahan produk dioperasikan berjumlah 12 pernyataan, maka diperoleh skor minimum 1 x 12 = 12, skor maksimum 5 x 12 = 60, Mi Mean ideal = 36, dan Sdi Standar Deviasi ideal = 8. Kriteria keterbacaan media pembelajaran prakarya membatik berbasis adobe flash ditinjau dari aspek kemenarikan tampilan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 26. Kriteria Keterbacaan Media Pembelajaran Berbasis Adobe Flash Pada Uji Kelompok Besar Siswa Kriteria Kemenarikan Tampilan Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase X 50,40 Sangat layak 13 52.0 40,80 X ≤ 50,40 Layak 8 32.0 31,20 X ≤ 40,80 Cukup layak 4 16.0 21,60 X ≤ 31,20 Kurang layak 0.0 X ≤ 21,60 Sangat kurang layak 0.0 Jumlah 25 100 Berdasarkan keterbacaan media pembelajaran berbasis adobe flash ditinjau dari aspek kemenarikan tampilan pada uji kelompok besar yang ditinjau dari siswa sejumlah 25 orang siswa dengan skor rata-rata adalah 48,88, sehingga apabila dilihat pada kriteria kemenarikan tampilan dalam kategori “layak”.

d. Aspek keseluruhan

Perhitungan skor dengan skala linkert dengan rentang skor 1 sampai 5 untuk 875 butir soal dan jumlah responden 25 siswa, maka diperoleh skor minimum 1 x 35 = 35, skor maksimum 5 x 35 = 35, Mi Mean ideal = 105, dan Sdi Standar Deviasi ideal = 23,33. sehingga 107 kriteria keterbacaan media pembelajaran berbasis adobe flash ditinjau dari aspek keseluruhan oleh siswa dapat dilihat pada tabel: Tabel 27. Kriteria Keterbacaan Media Pembelajaran Berbasis Adobe Flash Dari Aspek Keseluruhan Pada Uji Kelompok Besar Siswa Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase X 147,00 Sangat layak 11 44.0 119,00 X ≤ 147,00 Layak 10 40.0 91,00 X ≤ 119,00 Cukup layak 4 16.0 63,00 X ≤ 91,00 Kurang layak 0.0 X ≤ 63,00 Sangat kurang layak 0.0 Jumlah 25 100 Hasil kelayakan uji kelompok besar dari 25 siswa responden pada aspek keseluruhan yaitu aspek kemudahan produk dioperasikan, kemudahan produk dipelajari isinya, dan aspek kemenarikan tampilan dengan kategori sangat layak 44, layak 10, cukup layak 4, kurang layak 0, dan sangat kurang layak 0, skor rata-rata dari 25 siswa adalah 142,5. Nilai terendah dari keseluruhan uji kelompok besar ada pada nomor 24 dengan nilai 91 yaitu pada aspek kemenarikan tampilan penggunaan foto atau gambar, maka dari itu perlu adanya perbaikan pada foto dan gambar yang digunakan. Keseluruhan nilai yang diperoleh dari uji kelompok besar oleh siswa menyatakan bahwa media pembelajaran prakarya membatik berbasis adobe flash termasuk dalam kategori “layak”, Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa responden menyatakan aspek keseluruhan pada media pembelajaran prakarya membatik berbasis adobe flash layak digunakan sebagai media pembelajaran baru di SMP Dr. Wahidin. C. Kajian Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah media pembelajaran prakarya membatik berbasis adobe flash untuk siswa kelas VII di 108 SMP Dr Wahidin. Media pembelajaran prakarya membatik dengan kompetensi mengidentifikasi konsep dasar batik yaitu pengertian batik, sejarah batik, macam motif batik dan filosofinya, alat yang diperlukan dalam pembuatan batik, bahan yang diperlukan dalam pembuatan batik, dan proses membatik. Media pembelajaran ini berbentuk CD pembelajaran dengan proses perlangkah dengan menampilkan gambar yang disertai keterangan dalam menjelaskan materi pembelajaran. Media pembelajaran ini disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, serta dilengkapi dengan contoh-contoh gambar untuk memperjelas materi dan membangkitkan minat belajar siswa dalam mempelajari pelajaran prakarya membatik yang disusun dalam tombol yang apabila dibuka akan menampilkan keterangan dari gambar. Selain itu media pembelajaran ini dilengkapi dengan tombol petunjuk, kompetensi, materi, quis, tugas, profil, referensi. Media pembelajaran prakarya membatik ini dibuat sesuai dengan analisis kebutuhan siswa dimana sebelumnya belum tersedia di SMP Dr Wahidin. Berdasarkan hasil nilai teori dan praktek siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak karena kurang memahami teori pembelajaran prakarya membatik. Pelaksanaan kegiatan belajar masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari teori mata pelajaran prakarya membatik. Alat pembelajaran berupa job sheet dan papan tulis yang digunakan guru untuk mengajar kurang menarik, dan cenderung monoton sehingga siswa jenuh dan tidak tertarik untuk belajar. Ketersediaan sarana dan prasarana di SMP Dr. Wahidin berupa viewer LCD kurang dimanfaatkan secara maksimal, dibuktikan dengan guru yang menggunakan media klasik. Adanya buku penunjang yang tersedia di perpustakaan masih kurang lengkap, kurangnya contoh gambar sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi. Hal ini dijadikan alasan untuk dilakukan 109 pembuatan media pembelajaran prakarya membatik yang bertujuan agar dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengembangan media pembelajaran prakarya membatik berbasis

adobe flash Proses pembuatan media pembelajaran berbasis adobe flash melalui tahap pengembangan model pengembangan Luther yang dikutip oleh Iwan Binanto 2010: 259. Tahapan pada pengembangan ini terdiri dari 6 tahap yaitu: concept pengonsepan, design pendesainan, material collecting pengumpulan materi, assembly pembuatan, testing pengujian, dan distribution pendistribusian. a. Concept Tahap ini merupakan tahapan awal atau tahap perencanaan yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari mata pelajaran prakarya membatik di SMP Dr. Wahidin. Pada tahap ini diadakan proses pembuatan konsep berupa rancangan dengan menentukan tujuan media pembelajaran, penggunaan program, karakteristik pengguna, jenis aplikasi, tujuan aplikasi, dasar perancangan media pembelajaran seperti teks, tampilan, bahasa, warna. Output tahapan yang berupa dokumen bersifat naratif digunakan untuk mengungkapkan tujuan project yang ingin dicapai pada media pembelajaran prakarya membatik. b. Design Setelah tahap concept pengonsepan dan pengumpulan data kemudian dilakukan tahap design pendesainan. Tahap ini merupakan tahap perancangan produk yaitu pembuatan storyboard yang