2
LARUTAN ASAM-BASA
A. Pendahuluan
Asam dan basa pertama-tama dedefinisikan secara organoleptis yaitu asam adalah zat yang rasanya masam sedangkan basa adalah zat yang rasanya pahit. Zat yang biasa
ditentukan sifat asam-basanya dengan cara seperti itu adalah zat yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari seperti rasa jeruk, rasa sabun, dan sebagainya. Namun tidak
semua zat kimia dapat ditentukan dengan cara seperti itu karena akan sangat berbahaya. Untuk menentukankannya digunakan indikator zat penunjuk sifat asam atau basa. Salah
satu indikator adalah kertas lakmus merah dan biru. Berdasarkan perubahan warna kertas lakmus merah dan biru dalam larutan asam dan basa maka asam didefinisikan sebagai zat
yang mengubah kertas lakmus biru menjadi merah dan basa adalah zat yang mengubah kertas lakmus merah menjadi biru. Sedangkan larutan yang bersifat netral tidak akan
menyebabkan perubahan warna kertas lakmus merah maupun biru. Disamping kertas lakmus merah dan biru dikenal juga larutan indikator asam-basa lihatTabel 4 pada Parwa
1. Namun indikator asam-basa ini sulit digunakan sebagai penentu sifat larutan karena perubahan warna indikator ini ditentukan oleh keasaman pH larutan. Indikator
fenolptalein PP, misalnya, akan berwarna merah pink pada pH di atas 10 dan akan tidak berwarna pada pH di bawah 8. Hal ini berarti bahwa apabila suatu larutan ditetesi PP dan
warna PP tidak berwarna maka sifat larutan itu belum tentu asam, tetapi ada kemungkinan bersifat basa dengan pH 7,5, atau dapat juga bersifat netral. Indikator asam-basa seperti PP
itu hanya cocok untuk mengetahui titik ekivalen atau titik akhir titrasi Apa yang menyebabkan larutan suatu zat bersifat asam, basa, atau netral?
Pada tahun 1980, dengan diterimanya teori disosiasi Arrhenius, asam didefinisikan sebagai zat yang terdisosiasi menjadi ion hidrogen dan anion-anion,
jika dilarutkan ke dalam air.
Oleh karena diketahui basa bereaksi dengan asam
membentuk garam dan air, maka basa didefinisikan sebagai zat yang terdisosiasi menjadi ion hidroksida dan kation-kation, jika dilarutkan ke dalam air
. Definisi asam-basa ini sangat signifikan tetapi tidak dapat menerangkan sifat zat yang tidak
mengandung hidrogen ataupun ion hidroksida di dalam rumusnya seperti Na
2
CO
3
, NH
4
Cl, PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NaCl. Disamping itu untuk larutan yng sangat encer seperti larutan HCl 10
-10
M akan sulit ditentukan keasamannya bila hanya melihat zat terlarut. Dengan hanya melihat zat terlarut
keasamannya sangat tidak logis. Permasalahan ini diatasi oleh teori asam basa Bronsted- Lowry. Teori asam basa Bronsted-Lowry hanya melihat pemberian dan penerimaan ion
hidrogen proton untuk mendefinisikan asam dan basa. Zat-zat yang tidak mempunyai ion hidrogen di dalam rumusnya umumnya garam-garam, dapat menerima ion hidrogen dari
pelarut zat itu. Pelarut, dengan demikian, punya peranan yang penting di dalam menentukan sifat larutan. Pada Parwa 2 ini akan dibahas penentuan keasaman larutan
dengan teori asam-basa Bronsted-Lowry. Sebelum membahas keasaman larutan akan dibahas terlebih dahulu kesetimbangan larutan beserta tetapan kesetimbangannya K.
Adapun Kompetensi Dasar dan indikator yang ingin dicapai dalam pembahasan keasaman lautan ini secara rinci sebagaimana berikut ini.
Kompetensi Dasar Mengetahui penggunaan nilai Tetapan Kesetimbangan K untuk menentukan konsentrasi
kesetimbangan suatu zat dari konsentrasi analitiknya dan memahami peran konsep asam basa Bronsted-Lowry dalam menentukan sifat larutan dan menentukan pH larutan asam,
basa, garam, maupun campurannya. Indikator
1. Menghitung konsentrasi kesetimbangan suatu kesetimbangan kimia, dengan menggunakan nilai tetapan kesetimbangan.
2. Mendefinisikan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.
3. Menentukan asam-basa konjugat dalam kesetimbangan asam-basa. 4. Menentukan sifat larutan garam dengan konsep asam basa Bronsted-Lowry.
5. Menghitung pH larutan asam, basa, garam, maupun campurannya dengan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.
B. Konsep Kesetimbangan Kimia