dengan orientasi elektron dalam ruang di seputar inti. Oleh karena dalam banyak aspek fungsi sudut lebih bermakna pada orientasi elektron, maka orbital atom sering
menunjuk pada fungsi ini; begitu juga kuadrat amplitudonya. Grafik atau gambar yang paling sering dijumpai pada berbagai buku teks biasanya
menunjuk pada
n,
r,
2
n,
r,
,m
φ, dan
2
,m
φ; sangat jarang ditemui
bentuk totalnya sebagai diagram kontur dari
2
n, ,m
r,
φOleh karena itu harus
berhati-hati dalam menginterpretasikan arti dan bentuk suatu orbital atom, dan lebih tepat bila notasi orbital dilengkapi dengan fungsi gelombang yang bersangkutan.
Dalam kesempatan ini hanya dibahas pemahaman orbital atom yang menggambarkan bagian sudutnya saja.
Dengan menggunakan keempat sifat pokok pada sistem koordinat tersebut, harga m atau m dapat diturunkan langsung ke sumbu-sumbu koordinat Cartes dan
selanjutnya dituliskan sebagai subskrip suatu notasi orbital dengan menghilangkan pembagi, r. Sebagai contoh, untuk
=1, terdapat tiga macam harga m yaitu -1, 0, dan +1. Berdasarkan perjanjian sistem koordinat Gambar 3.5, maka m = 0 merupakan
fungsi gelombang yang diturunkan di sepanjang sumbu z, dan m =
1 di sepanjang sumbu x dan y, sehingga notasi orbital ini adalah:
1, 0
= p
z
, dan
1, 1
= p
x
, p
y
Fungsi gelombang bagian polar untuk orbital s, p, d, dan f ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Orbital-orbital yang lain karena sangat sukar digambarkan bentuknya, walaupun secara matematis sudah diketahui persamaannya, tidak dibahas dalam kesempatan ini.
3.7 Bentuk dan sifat simetri orbital atom
Atas dasar fungsi gelombang polar Tabel 3.5, maka dengan memasukkan harga- harga sudut
dan atau φ , bentuk dan sifat simetri orbital-orbital yang bersangkutan
dapat dilukiskan. Sebagai contoh paling sederhana adalah orbital p
z
yang tidak lain adalah cos
Tabel. 3.5. Dengan memasukkan angka = 0-180 , maka kita akan
mendapatkan nilai cos
maupun cos
2
Tabel 3.6. Lalu jika jika data Tabel 3.6 kita lukiskan pada kertas grafik polar polar-graph
dua dimensi, hasilnya sebagaimana ditunjukkan Gambar 3.6. Nah, Anda tentu sudah sangat familiar dengan gambar orbital p
z
bukan? Secara sama semua fungsi gelombang Tabel 3.5 dapat dilukiskan, dan secara kualitatif ditunjukkan pada Gambar 3.7 dan 3.8.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 3.6 Beberapa nilai cos
θ
dan cos
2
θ
θ 15
30 45
60 75
90 cos
θ 1
0,966 0,866 0,707 0,5
0,259 cos
2
θ 1
0,933 0,750 0,5
0,25 0,067
θ 105
120 135
150 165
180 …….
cos θ -0,259 -0,5 -0,707 -0,866 -0,966
-1 ……..
cos
2
θ 0,067 0,25 0,5
0,750 0,933 1
……
+ + + +
s z
+
x
+
y
+
-
+
z
+
y
+
x
+
p
y
- y
+
p
z
+
x
+
z
+
Gambar 3.7 Bentuk irisan dan sifat simetri orbital s, p, dan d
Gambar 3.6 Kertas grafik polar a, dan bentuk orbital polar: fungsi cos θ b dan
fungsi cos
2
θ c atau orbital p
z
beberapa titik nilai 0-90 digambarkan
c
30 60
90 120
150 180
210 240
270 300
330 30
60 90
120 150
210 240
270 300
330 360
+ +
b
30 60
90 120
150 180
210 240
270 300
330 360
30 60
90
120 150
210 240
270 300
330
+
-
a
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Orbital s
Orbital 1s mempunyai fungsi gelombang yang berharga konstan,
4
1
½
, tidak bergantung pada sudut
maupun φ; oleh karena itu, ia berbentuk bola-bulat simetri
dengan tanda positif di segala arah. Istilah simetri dipakai untuk melukiskan kesamaan antara dua titik atau daerah yang terletak pada garis lurus dan saling berseberangan
dengan titik pusat simetri 0,0,0.
Orbital p , d, dan f
Orbital-orbital p, d, dan f, pada dasarnya berbentuk cuping-dumbbell bagai balon terpilin, yang mempunyai orientasi sesuai dengan fungsi gelombang bagian polar yang
bersangkutan. Orbital p
x
, p
y
, dan p
z
secara berturut-turut, masing-masing cuping terletak di sepanjang sumbu x, y, dan z. Dengan mudah dapat ditentukan bahwa cuping di
sepanjang sumbu positif bertanda positif + dan sebaliknya di sepanjang sumbu negatif bertanda negatif
-. Terhadap titik pusat simetri 0,0,0, dikatakan bahwa orbital p bersifat antisimetri, karena kearah yang berlawanan dengan jarak yang sama pada garis
lurus yang melalui titik pusat simetri didapatkan titik-titik atau daerah-daerah yang sama namun berlawanan tanda.
Orbital-orbital d terbagi dalam dua kelompok yaitu 1 d
z
2
dan d
x
2
-y
2
, yang mempunyai cuping-cuping yang terletak di sepanjang sumbu-sumbu Cartes, dan 2 d
xy
, d
xz
, dan d
yz
, yang mempunyai cuping-cuping yang terletak di antara setiap dua sumbu Cartes. Sifat simetri orbital d dengan mudah dapat ditentukan sebagai berikut.
1 Orbital d
z
2
sesungguhnya singkatan dari d
2z
2
-x
2
-y
2
, maka sebagai akibat produk kuadrat masing-masing sumbu, cuping di sepanjang sumbu z bertanda positif
dan sebaliknya ring-donut yang membelah bidang xy bertanda negatif. Secara sama dapat ditentukan bahwa untuk orbital d
x
2
-y
2
, cuping pada sepanjang sumbu x bertanda positif dan pada sepanjang sumbu y bertanda negatif.
2 Untuk orbital d
xy
, d
xz
, dan d
yz
, tanda setiap cuping ditentukan oleh produk dari dua sumbu Cartes yang mengapitnya. Sebagai contoh, setiap cuping yang terletak
antara sumbu x
+
dan y
+
, dan antara sumbu x
-
dan y
-
, keduanya bertanda positif; sedangkan cuping-cuping yang terletak antara sumbu-sumbu x
+
dan y
-
, antara x
-
dan y
+
, keduanya bertanda negatif. Dengan demikian, orbital d bersifat simetri. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
z
+
y
+
x
+
f
z
3
Gambar 3.8 Bentuk dan sifat simetri orbital f model cubic set; orbital f
x
3
dan f
y
3
mempunyai bentuk yang serupa dengan orbital f
z
3
dengan cuping masing-masing terletak di sepanjang sumbu x dan y.
Orbital f dalam medan kubus dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu 1 f
xyz
, 2 f
xz
2
-y
2
, f
yz
2
-x
2
, f
zx
2
-y
2
, dan 3 f
x
3
, f
y
3
, f
z
3
; kelompok 1 dan 2 terdiri atas delapan cuping dan kelompok 3 mirip orbital d
z
2
namun dengan dua ring-donut. Penentuan tanda positif-negatif pada setiap cuping sedikit lebih kompleks, namun pada
f
z x
2
- y
2
y
+
-
x
+
z
+
+ +
+ +
- -
-
f
y z
2
- x
2
y
+
x
+
z
+
+
- -
+
-
-
+ +
-
f
x z
2
- y
2
-
y
+
x
+
z
+
+
-
+
- -
+ +
y
+
-
x
+
z
+
+ +
+ +
- -
-
f
xyz
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dasarnya sama dengan cara yang terdahulu yaitu merupakan produk dari sumbu-sumbu Cartes yang mengapitnya. Tanda positif-negatif bagi setiap cuping dapat pula
ditentukan dengan memasukkan harga-harga
dan φ bagi setiap posisi cuping menurut
persamaan fungsi gelombang polar dari orbital yang bersangkutan. 1
Untuk orbital f
xyz
, cuping yang diapit oleh tiga sumbu positif x
+
- y
+
- z
+
, bertanda positif, demikian juga cuping yang diapit oleh dua sumbu negatif dan satu sumbu
positif; sedangkan cuping yang diapit oleh tiga sumbu negatif bertanda negatif, demikian juga cuping yang diapit dua sumbu positif dan satu sumbu negatif.
2 Untuk orbital kelompok kedua, misalnya f
xz
2
- y
2
, sumbu x menghasilkan dua macam daerah positif dan negatif, tetapi semua daerah sepanjang sumbu z
bertanda positif dan semua daerah sepanjang sumbu y bertanda negatif sebagai akibat produk kuadratnya. Oleh karena itu, cuping-cuping yang diapit oleh sumbu
x
+
dengan sumbu y keduanya bertanda negatif, tetapi bagi kedua cuping yang diapit oleh sumbu x
-
dengan sumbu y bertanda positif. Demikian seterusnya cuping-cuping yang lain dapat dikenali tandanya, dan dengan cara yang sama
dapat diidentifikasi cuping-cuping orbital f
yz
2
-x
2
yang terdiri atas sumbu-sumbu y
+
, y
-
, z
+
, dan x
-
, dan orbital f
zx
2
-y
2
yang terdiri atas sumbu-sumbu z
+
, z
-
, x
+
, dan y
-
. 3
Orbital-orbital f
x
3
, f
y
3
, dan f
z
3
dapat diidentifikasi tandanya seperti halnya pada orbital p karena produk pangkat satu mempunyai tanda yang sama dengan
produk pangkat tiga. Ring pada daerah sumbu positif bertanda negatif, demikian pula sebaliknya sebagai akibat produk dari
- r
2
dengan salah satu sumbunya; hal ini dapat pula diturunkan dari bentuk rumusan orbital yang sesungguhnya,
misalnya orbital f
z
3
adalah singkatan dari orbital f
z5z
2
-3r
2
atau f
z2z
2
- 3x
2
-3y
2
Tabel 3.5. Jadi, orbital f bersifat antisimetri. Istilah lain yang dipakai untuk melukiskan sifat
kesimetrian suatu orbital adalah sifat gerade bahasa Jerman disingkat
g
yang artinya even atau genap bagi orbital yang bersifat simetri, dan un-gerade disingkat
u
yang artinya odd atau gasal bagi orbital yang bersifat antisimetri. Ada hubungan antara
harga bilangan kuantum sekunder, , dengan sifat kesimetrian orbital yang bersangkutan yaitu bersifat
g
untuk berharga genap, dan bersifat
u
untuk berharga PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
gasal. Jadi, orbital s = 0 dan d = 2 bersifat simetri atau gerade,
g
, dan orbital p = 1 dan f = 3 bersifat antisimetri atau un-gerade,
u
. Tabel 3.7 Fungsi gelombang polar untuk orbital s, p, d, dan f yang
diturunkan dari atom bak-hidrogen hydrogen-like atom Notasi
a
Fungsi gelombang dengan faktor normalisasi 1 satu
b
Orbital m Bentuk sudut
Bentuk Cartes s
14
½
p
z 1
34
½
cos
34
½
r z
p
x 1
1 34
½
sin
cos φ
34
½
r x
p
y 1
1 34
½
sin
sin φ
34
½
r y
d
z
2
c 2
516
½
3
cos
2
-
1 516
½
2 2
2
3 r
r z
d
xz 2
1 154
½
sin
cos φ cos
154
½
2
r xz
d
yz 2
1 154
½
sin
sin φ cos
154
½
2
r yz
d
x
2
- y
2
2 2
1516
½
sin
2
cos
2
φ
1516
½
2 2
2
r y
x
d
xy 2
2 1516
½
sin
2
sin
2
φ
1516
½
2
r xy
f
z
3
d 3
716
½
5
cos
3
-
3
cos
716
½
3 2
2
3 5
r r
z z
f
x
3
3 1
10516
½
sin
cos
cos
2
sin
2
sin
2
φ
10516
½
3 2
2
r y
z x
f
y
3
3 1
10516
½
sin
sin φ
cos
2
sin
2
cos
2
φ
10516
½
3 2
2
r x
z y
f
zx
2
-y
2
3 2
10516
½
cos
sin
2
cos
2
φ
10516
½
3 2
2
r y
x z
f
xyz 3
2 10516
½
sin
2
cos
sin
2
φ
10516
½
3
r xyz
f
xz
2
-y
2
3 3
716
½
sin
cos φ
5
sin
2
cos
2
φ
-
3 716
½
3 2
2
3 5
r r
x x
f
yz
2
-x
2
3 3
716
½
sin
sin φ
5
sin
2
sin
2
φ
-
3
716
½
3 2
2
3 5
r r
y y
Catatan:
a Nilai positif dan negatif bilangan kuantum
m
masing-masing menunjuk pada cos m φ
atau sumbu x
dan sin m φ
atau sumbu y b Untuk membandingkan fungsi gelombang yang satu terhadap yang lain diperlukan faktor
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
normalisasi sedemikian sehingga:
d
v =
faktor normalisasi, dimana d
v
= r
2
sin d d
φdr adalah diferensial volume, dan integral diambil pada semua ruang;
merupakan kompleks konyugasi dari
dan sering
= sehingga
.
=
. Pauling mengambil harga faktor normalisasi satu 1 untuk fungsi gelombang secara keseluruhan, sedangkan Einstein mengambil
harga 4
untuk fungsi gelombang polar saja. c Orbital dz
2
sesungguhnya merupakan singkatan dari orbital d3z
2
- r
2
atau d
2
z
2
- x
2
- y
2
yang tidak lain merupakan hasil kombinasi linear penjumlahan dari orbital dz
2
- y
2
dan orbital dz
2
-x
2
. d Orbital f mempunyai dua macam fungsi gelombang yaitu fungsi gelombang umum general set
dan fungsi gelombang kubus cubic set; dalam tabel ini adalah fungsi gelombang cubic set.
3.8 Bilangan kuantum