41 Sedangkan pada penelitian Aditya Dwi Nugroho sama-sama berfokus pada unsur
jasmani  anak.  Perbedaan  penelitian  Yetty  Isna  Wahyuseptiana  dengan  yang dilakukan  peneliti  yaitu  gerakan  motorik  kasar  untuk  anak  kelompok  B  5-6
tahun pada penelitian Yetty Isna Wahyuseptiana  lebih  secara umum. Sedangkan peneliti lebih  mengobservasi gerakan motorik kasar untuk anak kelompok B 5-6
tahun  dilihat  dari  kelentukan,  kelincahan,  keseimbangan,  koordinasi,  dan kekuatan.  Sedangkan pada  penelitian  Aditya Dwi Nugroho metode penelitiannya
mengunakan  tes  sedangkan  peneliti  menggunakan  observasi.  Jika  dilihat  dari beberapa  penelitian  terdahulu  maka  penelitian  tentang  tingkat  kemampuan
motorik  kasar  anak  penting  diketahui,  agar  dapat  mengetahui  seberapa  jauh kemampuan anak tersebut.
D. Kerangka Pikir
Perkembangan  motorik  kasar  adalah  gerakan  yang  melibatkan  seluruh otot-otot  besar  seperti  otot  tungkai,  lengan,  bahu  dan  lain  sebagainya  yang
digunakan  untuk  melakukan  gerakan  melempar  tangkap  bola,  berlari,  berjalan, mendorong.  Aktivitas  motorik  kasar  tersebut  sangat  memerlukan  energi  lebih
sehingga penting dikembangkan pada anak usia dini, hal ini dikarenakan anak usia dini memiliki energi yang tinggi sehingga perlu adanya penyaluran energi. Seperti
yang dikemukakan Martini 2006: 6 bahwa pada usia 4 empat sampai dengan 5
lima atau 6 enam tahun, anak usia dini memiliki energi yang tinggi dan energi tersebut  memerlukan  penyaluran  melalui  berbagai  aktivitas  fisik  yaitu  melalui
kegiatan motorik kasar. Penyaluran perkembangan motorik kasar pada anak perlu
42 adanya  bantuan  dari  para  guru.  Apabila  anak  tidak  dapat  mengendalikan  atau
menyalurkan  aspek  perkembangan  motorik  kasar  tersebut  maka  secara  langsung maupun  tidak  langsung  akan  mempengaruhi  anak  sehari-harinya  Bambang
Sujiono,  2005:  1.4.  Secara  langsung,  anak  akan  dapat  menentukan keterampilannya  dalam  melakukan  gerak.  Sedangkan  secara  tidak  langsung,
perkembangan  motorik kasar akan  mempengaruhi  cara anak  memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Pengembangan  motorik  kasar  yang  dilakukan  oleh  guru  TK  harus memperhatikan  prinsip,  faktor-faktor  perkembangan  motorik  kasar  dan  unsur
kebugaran  jasmani,  seperti  kekuatan,  kelincahan,  keseimbangan,  kelentukan, koordinasi,
kecepatan. Namun
di lapangan
diketahui bahwa
dalam mengembangkan  perkembangan  motorik  kasar  guru  kurang  memfokuskan  pada
unsur  kebugaran  jasmani  anak.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  guru  tidak  pernah memberikan  aktivitas  motorik  kasar  dalam  mencium  lutut  dan  ada  anak  yang
belum  bisa  mencium  lututnya.  Padahal  kurangnya  stimulasi  yang  diberikan  guru kepada anak usia dini akan berpengaruh pada peningkatan perkembangan motorik
kasar  anak.  Peningkatan  tersebut  dapat  dilatih  dari  gerakan-gerakan  yang  dasar atau  sederhana  ke  arah  gerakan  yang  lebih  terkoordinasi  dan  lebih  bervariasi.
Seperti  perkembangan  motorik  kasar  anak  usia  5  lima  tahun  sampai  dengan  6 enam  tahun  yang  mengacu  pada  Bambang  Sujiono,  dkk  2005  dalam  hal
melatih  kelentukan,  keseimbangan,  kekuatan,  dan  kelincahan,  serta  koordinasi. Adapun  setiap  aktivitas  motorik  kasar  yang  melatih  kelentukan,  keseimbangan,
kelincahan, koordinasi, dan kekuatan, antar lain: a melatih kelentukan yang akan
43 dipraktikkan dengan mencium lutut, b melatih keseimbangan yang dipraktikkan
dengan  berjalan  di  atas  garis  lurus  dan  berdiri  di  atas  satu  kaki,  c  melatih kelincahan  yang  dipraktikkan  dengan  lari  bolak-balik  memindahkan  bola,  d
melatih  koordinasi  yang  dipraktikkan  dengan  menangkap  bola  dan  menendang bola, e melatih kekuatan yang dipraktikkan dengan dorong mendorong teman.
Berdasarkan  observasi  pada  anak  TK  kelompok  B  segugus  2  Panjatan belum diketahui seberapa tinggi tingkat penguasaan perkembangan motorik kasar
yang  diberikan  oleh  guru  TK  terutama  dalam  melatih  unsur  jasmani  anak.  Oleh karena  itu,  perlu  adanya  penelitian  atau  observasi  lebih  lanjut  untuk  mengetahui
perkembangan  motorik  kasar  anak.  Dari  penjelasan  di  atas  dapat  dibuat  menjadi bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
E. Pertanyaan Penelitian