Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD, pasal 1 no 1. Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan bertujuan untuk melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak; mengoptimalkan perkembangan anak secara holistik dan integratif; dan mempersiapkan pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD. Masa keemasan anak agar dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan dan stimulasi yang tepat bagi anak sejak dini. Pendidikan Anak Usia Dini dapat dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-Kanak TK atau Raudatul Athfal RA atau Bustanul Athfal BA, Kelompok Bermain KB, Taman Penitipan Anak TPA, dan Satuan PAUD Sejenis SPS. Lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 empat tahun sampai dengan 6 enam tahun Permendikbud 84 tahun 2014 tentang Pendirian 2 Satuan PAUD. Dengan kata lain, Pembelajaran Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga yang diarahkan pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan yang dikategorikan pada usia 4 empat tahun sampai dengan 6 enam tahun agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Dasar SD ataupun Madrasah Ibtidaiyah MI. Potensi yang dikembangkan di dalam pembelajaran di Taman Kanak- Kanak meliputi beberapa aspek yaitu aspek nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni. Aspek-aspek yang dikembangkan tersebut merupakan aspek yang penting bagi perkembangan anak. Seperti halnya aspek perkembangan motorik yang juga penting untuk dikembangkan dalam diri anak usia dini. Sumantri 2005: 47 mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan menyertai terjadinya proses menua menjadi tua. Dapat dikatakan bahwa perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan kemampuan anak dalam melakukan keterampilan motorik dimulai dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks, serta adanya bantuan dari orang lain. Keterampilan motorik dapat diperoleh anak dengan melakukan gerakan yang melibatkan anggota tubuhnya baik motorik kasar dan motorik halus. 3 Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang penting bagi anak usia dini khususnya anak Kelompok Bermain KB dan Taman Kanak-kanak TK. Para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak usia 3 tahun memiliki tingkat aktivitas tinggi dari seluruh masa hidup manusia Santrock, 2002: 225. Sejalan dengan Santrock, Martini 2006: 6 mengemukakan bahwa pada usia 4 empat sampai dengan 5 lima atau 6 enam tahun, anak usia dini memiliki energi yang tinggi dan energi tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik baik melalui kegiatan yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus. Penyaluran perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para guru atau orangtua baik dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat, bagaimana latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia anak. Apabila anak tidak dapat mengendalikan atau menyalurkan aspek perkembangan motorik tersebut maka anak tidak mampu melakukan gerakan fisik secara optimal dan menimbulkan ketidakpercayaan diri untuk melakukan gerakan fisik yang umumnya akan mempengaruhi perilaku anak. Gerakan fisik atau motorik kasar tidak dapat berkembang secara otomatis dengan bertambahnya usia tanpa adanya bantuan dari orang lain yang ada di sekitar anak, seperti bimbingan dari guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang Sujiono, dkk 2005: 2.3 bahwa anak usia Taman Kanak-kanak adalah anak-anak yang masih sangat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari yang lebih tua, dan salah satu cara belajar anak Taman Kanak-kanak yaitu dengan cara meniru perbuatan orang-orang yang lebih tua, misalnya guru anak. Agar dapat 4 berkembang secara optimal maka saat berada di Taman Kanak-kanak, gurulah yang bertanggung jawab mengembangkan motorik kasar anak. Sehingga guru harus dapat memilih kegiatan motorik kasar apa yang sesuai dengan tingkat usia anak, perkembangan dan kemampuan anak, serta situasi dan kondisi dari masing- masing TK. Pengembangan motorik kasar pada anak usia dini harus memperhatikan unsur-unsur perkembangan motorik kasar. Seperti yang dikemukakan oleh Bambang Sujiono, dkk 2005: 7.1 bahwa dengan memperhatikan unsur jasmani dalam aktivitas motorik dapat membantu anak usia dini menjalankan akivitas belajar dan bermain anak. Unsur-unsur tersebut antara lain kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi. Tanpa adanya unsur perkembangan motorik kasar tersebut maka perkembangan motorik kasar belum terbentuk dengan sempurna. Seperti dalam melatih unsur kelentukan pada anak usia dini yang juga penting untuk dilatih. Hal ini dikarenakan melatih kelentukan menurut Bambang Sujiono, dkk 2005: 11.10 itu sangat penting dalam rangka membina dan meningkatkan kebugaran jasmani anak-anak dan mencegah adanya kecelakaan pada saat melakukan gerak. Walaupun dalam melatih kelentukan tersebut tidak hanya dengan aktivitas mencium lutut, masih ada kegiatan lainnya seperti mengayunkan lengan, meliuk-liukkan tubuh. Pengembangan motorik kasar yang ada di TK juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing TK. Menurut Bambang Sujiono, dkk 2005: 11.2-11.3 Taman Kanak-Kanak yang belum mempunyai sarana prasarana yang memadai dapat mengembangkan motorik kasar tanpa alat, dengan 5 alat atau dengan senam atau dengan bermain yang terpenting kegiatan tersebut mengembangkan jasmani anak seperti melatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan, dan lain sebagainya. Selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing TK, metode pembelajaran motorik yang digunakan juga harus sesuai dan menarik. Menurut Bambang Sujiono, dkk 2005: 2.12 metode yang sesuai untuk mengembangkan motorik anak, antara lain metode bermain, karya wisata, demonstrasi, proyek atau pemberian tugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 Februari 2016 yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa proses pembelajaran di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo terkait dengan perkembangan motorik kasar anak usia dini ada yang telah dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak dan ada yang belum dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak. Pembelajaran motorik yang diberikan oleh guru di TK segugus 2 Panjatan kebanyakan pada kegiatan motorik halus sedangkan motorik kasar hanya satu atau dua kali saja dalam seminggu bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH yang ada di TK yang lebih menggunakan motorik halus daripada motorik kasar. Perkembangan motorik kasar yang ada di TK ABA Depok masih ada anak yang belum berkembang dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Menurut kepala TK ABA Depok Md hal tersebut dikarenakan anak tidak ada kemauan atau kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu dalam melihat perkembangan motorik kasar TK ABA Depok biasanya dilihat ketika anak bermain permainan 6 fisik dan tidak setiap hari ada. Sedangkan menurut kepala TK PKK Tayuban Nr dalam melihat perkembangan motorik kasar biasanya dilihat dari kegiatan senam, karena lebih banyak menggunakan motorik kasar dan masih banyak anak yang saat melakukan aktivitas motorik kasar seperti terburu-buru menjadikan anak kurang fokus dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Perkembangan motorik kasar anak di TK ABA Pleret ada yang sudah berkembang dan ada yang belum berkembang dan tidak dilakukan setiap hari. Menurut salah satu guru TK ABA Pleret Er pembelajaran motorik kasar setiap hari tidak ada dan ada satu anak yang kondisi fisiknya lemah serta kurangnya kasih sayang dari orangtuanya menjadikan aktivitas pembelajaran terganggu contohnya aktivitas motorik kasar. Perkembangan motorik kasar di TK ABA Pleret antara anak perempuan dan laki- laki lebih unggul yang laki-laki, sedangkan yang perempuan lebih cenderung pada perkembangan motorik halusnya. Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan motorik kasar di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan antara lain memanjat, bergantung, bermaian bola, berjalan di garis lurus, berayun, senam, berlari, bermain memindahkan balok, dan lain sebagainya. Sedangkan aktivitas pembelajaran motorik kasar yang dilakukan di TK kebanyakan dilakukan saat di awal pembelajaran yaitu setelah selesai berdo’a. Hal tersebut dilakukan agar anak lebih fokus dalam pembelajaran motorik kasar dan saat di awal pembelajaran kondisi anak masih segar. Pembelajaran motorik kasar yang diberikan guru pada anak TK di gugus 2 Panjatan sebagain besar belum memfokuskan pada unsur jasmani, contohnya 7 dalam memberikan aktivitas motorik kasar mencium lutut untuk melatih kelentukan. Guru di TK ABA Pleret Er dan TK PKK Tayuban Nr mengatakan bahwa guru belum pernah memberikan kegiatan motorik kasar seperti mencium lutut, hal ini dikarenakan guru kurang dapat mempraktikkannya, sehingga guru tidak memberikannya. Padahal aktivitas mencium lutut merupakan salah satu kegiatan motorik kasar yang dapat melatih kelentukan pada anak. Serta ada anak yang belum dapat melakukan gerakan mencium lutut dengan baik, karena anak masih kesusahan untuk mencium lututnya sendiri. Selain aktivitas mencium lutut ada juga aktivitas senam. Di mana saat kegiatan senam masih banyak anak-anak yang tidak melakukan gerakan senam dengan benar, anak malah bergerak sendiri- sendiri tanpa sesuai dengan gerakannya. Sarana prasarana yang ada di beberapa TK se-gugus 2 Panjatan berdasarkan observasi kurang memadai. Di mana ada beberapa alat bermain yang sudah tidak layak pakai untuk aktivitas motorik kasar, namun tetap digunakan. Serta dalam melakukan aktivitas motorik kasar TK banyak guru yang hanya memanfaatkan sarana prasarana yang telah tersedia seperti, simpai, bola, bola dunia, panjatan kotak untuk aktivitas motorik kasarnya. Guru jarang melakukan aktivitas motorik dengan cara bermain atau permainan. Walaupun ada TK yang melakukan kegiatan permainan, namun itupun tidak setiap minggunya ada kegiatan permainan. Padahal menurut Bambang Sujiono 2005: 2.12 metode yang sesuai untuk mengembangkan motorik anak, antara lain metode bermain, karya wisata, demonstrasi, proyek atau pemberian tugas. Menjadikan kegiatan 8 motorik kasar yang dilakukan anak kurang menarik karena kegiatannya hanya itu- itu saja tanpa adanya sesuatu yang lebih menantang bagi anak usia dini. Perkembangan motorik kasar anak usia dini diharapkan dapat terjadi secara optimal, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi anak sehari-harinya Bambang Sujiono, 2005: 1.4. Secara langsung, anak akan dapat menentukan keterampilannya dalam melakukan gerak. Sedangkan secara tidak langsung, perkembangan motorik kasar akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang sejauh mana perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian “Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak TK Kelompok B 5-6 tahun Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta ”.

B. Identifikasi Masalah