Sumber-Sumber Marital Power Marital Power

Oleh karena itu, Rothschild menyatakan bahwa untuk memahami marital power, peneliti juga harus memperhatikan komponen lain di dalamnya dalam Scanzoni dan Letha, 1988. Kompenen tersebut adalah: a. Authority Authority berarti siapa yang memiliki hak untuk mengambil keputusan dalam perkawinan berdasarkan norma budaya atau sosial. b. Decision-making Decision-making berarti siapa yang mengambil keputusan dan bagaimana frekuensinya dalam mengambil keputusan. c. Influence Influence berarti siapa yang memiliki derajat kemampuan yang paling tinggi untuk mempengaruhi sudut pandang pasangan dalam menanggapi peristiwa atau membuat keputusan.

3. Sumber-Sumber Marital Power

Banyak penelitian dilakukan untuk mencari tahu apa yang membuat suami dan istri memiliki kekuasaandalam hubungan perkawinan. Terdapat beberapa sumber marital power yang teridentifikasi, yaitu norma budaya, sumber daya ekonomi, norma gender, pendidikan dan pengetahuan, karakteristik kepribadian, kemampuan komunikasi, faktor emosional, postur dan kekuatan tubuh, kondisi hidup, serta anak DeGenova, 2008. Universitas Sumatera Utara 1. Norma Budaya Budaya menentukan siapa yang berkuasa di dalam sebuah keluarga. Beberapa budaya menganggap laki-laki sebagai pemegang otoritas dan figur kekuasaan dalam keluarga dan meyakini bahwa perempuan harus tunduk kepada laki-laki patriarchal. Pada beberapa budaya lain, keluarga menempatkan wanita sebagai kepala keluarganya matriarchal dimana perempuan membantu dalam hal pengasuhan anak dan pemenuhan kebutuhan ekonomi sehingga mereka memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih besar daripada laki-laki Burton, 1995, dalam Mabry, Beth, Giarrusso, Bengston, 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Rodman di Jerman, Amerika Serikat, Perancis, Denmark, Belgia, Yunani, dan Yugoslavia mencoba memahami ketidakkonsistenan budaya dalam hubungan antara sumber daya dan marital power. Rodman mengajukan theory of resources in cultural context yang menjelaskan bahwa distribusi kekuasaandalam perkawinan tidak hanya berasal dari kontribusi dari sumber daya, melainkan juga dipengaruhi oleh konteks budaya dimana perkawinan itu berada. Dengan kata lain, jika budaya mengharapkan suami untuk memiliki kekuasaanyang lebih besar, norma ini dapat memiliki dampak dalam marital power melebihi sumber daya. Namun di sisi lain, dalam budaya yang memiliki sudut pandang egalitarian terhadap perkawinan, kekuasaantidak didapat dengan mudah melainkan harus dicari. Pada budaya inilah sumber daya dari suami dan istri memiliki pengaruh yang lebih besar dalam Scanzoni dan Letha, 1988. Pratto juga menemukan bahwa di dalam lingkungan Universitas Sumatera Utara yang mendukung dominasi pria, suami memiliki kekuasaanyang lebih besar daripada istri dalam DeGenova, 2008. Berbeda dengan penelitiannya yang dilakukan di Amerika Serikat dan Perancis, Rodman menemukan perbedaan hasil di negara-negara berkembang. Di negara-negara berkembang, seperti Yunani dan Yugoslavia, dengan tradisi patrilinealyang kuat dimana norma sosial mendukung hak suami untuk mendominasi, kelas sosial dari suami membuatnya memandang perkawinan dari sudut pandang yang lebih modern dan egalitarian. Dengan demikian di kedua negara tersebut, suami yang memiliki pendidikan dan status pekerjaan yang lebih tinggi lebih mengizinkan istri untuk memiliki kekuasaandan mengurangi kekuasaandirinya sendiri dalam perkawinan Scanzoni dan Letha, 1988. 2. Sumber Daya Ekonomi Sumber daya ekonomi dari suamiistri dapat menjadi sumber kekuasaan dalam perkawinan.Pihak yang memiliki kontrol terhadap sumber daya bernilai yang dibutuhkan oleh anggota keluarga, khususnya uang dan properti, merupakan pihak yang memiliki kontrol terhadap anggota keluarga itu deTurck Miller, dalam DeGenova, 2008. Istri yang tidak mencari uang untuk keluarganya tidak akan mendapatkan kekuasaanyang sama dengan suaminya jika suaminya tidak mengizinkannya DeGenova, 2008. Blood dan Wolfe mencetuskan resource theory untuk menjelaskan marital power. Menurut teori ini, kekuasaandalam perkawinan berasal dari kontribusi sumber daya, khususnya pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan, ke dalam perkawinan tersebut dalam Ponzetti, 2003. Ketika suami meningkatkan sumber Universitas Sumatera Utara daya ekonomi di dalam perkawinan, istri akan meningkatkan kemauannya untuk mematuhi keinginan suaminya dan menjadikan suaminya memiliki hak satu- satunya dalam mengambil keputusan. Begitu juga dengan istri, istri yang memiliki pencapaian pendidikan dan pekerjaan di dalam perkawinan akan memiliki kesempatan yang lebih besar terhadap keseimbangan kekuasaandikarenakan sumber daya tersebut dalam Scanzoni dan Letha, 1988. Penelitian di Amerika Serikat dan Perancis juga menemukan bahwa semakin tinggi status suami maka semakin besar kekuasaanyang dimilikinya dalam perkawinan dalam Scanzoni dan Letha, 1988. 3. Norma Gender Norma gender dapat menjadi sumber kekuasaan melalui proses sosialisasi. Sosialisasi peran gender yang menekankan kepasifan, kepatuhan, dan ketergantungan perempuan akan menguatkan posisi laki-laki sebagai pemegang otoritas dan figur kekuasaan. Norma gender tradisional biasanya telah membagi area tanggungjawab pada suami dan istri. Suami membuat keputusan dalam hal finansial dan melakukan pekerjaan luar yang berat, sementara istri merawat anak dan melakukan pekerjaan di dalam rumah DeGenova, 2008. 4. Pendidikan dan Pengetahuan Di dalam lingkungan yang menghargai pendidikan, pasangan yang lebih tinggi tingkat pendidikannya serta memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai satu hal spesifik yang berkaitan dengan rumah tangga akan memiliki sumber kekuasaan yang penting. Universitas Sumatera Utara 5. Perbedaan Personal Perbedaan personal juga mempengaruhi kekuasaan. Perbedaan usia antara pasangan mempengaruhi kekuasaan, dimana pasangan yang lebih tua lebih berkuasa atas pasangannya yang lebih muda. Terlepas dari usia, beberapa orang memiliki karakter dominasi yang lebih besar yang membuatnya lebih berpengaruh dalam suatu hubungan. Derajat kekuasaan juga bergantung pada besarnya motivasi seseorang untuk memperolah kekuatan dan kontrol. Beberapa orang berusaha untuk memperoleh kekuasaan untuk menutupi perasaan lemah dan tidak aman dari dirinya DeGenova, 2008. 6. Kemampuan Komunikasi Kemampuan komunikasi juga merupakan sumber kekuasaan di dalam sebuah perkawinan. Di dalam perkawinan, salah satu pasangan suamiistri memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dari pasangannya. Pasangan yang memiliki kemampuan komunikasi lebih baik mampu mengkomunikasikan ide-ide mereka dengan lebih baik sehingga dapat meyakinkan anggota keluarga lain bahwa ia memiliki kekuasaan melalui kata-katanya DeGenova, 2008. 7. Faktor Emosional Dalam sebuah perkawinan, setiap pasangan berbeda pula kondisi emosionalnya. Pasangan yang memiliki cinta dan kebutuhan emosional yang paling besar akan memiliki kekuasaan yang paling kecil. Pasangan yang memiliki cinta dan kebutuhan emosional yang lebih besar akan sangat bergantung terhadap pasangannya dan akan rela melakukan apapun untuk menyenangkan pasangannya Warner, Lee, dan Lee, dalam DeGenova, 2008. Universitas Sumatera Utara 8. Postur dan Kekuatan Tubuh Ada jenis kekuasaan yang didapat melalui hukuman yang diberikan kepada orang lain. Salah satu jenis hukuman itu berupa ancaman hukuman fisik. Postur tubuh yang menunjukkan kekuatan dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan karena salah satu pasangan meyakini bahwa postur tubuh demikian dapat memberikan hukuman fisik baginya DeGenova, 2008. 9. Kondisi Hidup Semakin sedikit pilihan hidup yang dimiliki seseorang maka semakin sedikit pula kekuasaan yang dimiliki. Jika seseorang merasa bahwa pasangannya tidak akan meninggalkannya karena pasangannya tidak lagi memiliki keluarga, teman, ataupun kerabat yang dapat memberikan dukungan emosional dan finansial maka orang tersebut memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam perkawinannya. Ketidakmampuan fisik atau penyakit yang diderita seseorang akan membuat pasangannya mengambil peran dominan atas dirinya DeGenova, 2008. 10. Anak Anak dalam sebuah perkawinan memiliki kekuasaannya sendiri. Oleh karena itu, perilaku maupun pendapat seorang anak akan memberikan pengaruh yang penting pada keputusan yang dibuat oleh kedua orangtuanya maupun anggota keluarga lain DeGenova, 2008. Universitas Sumatera Utara

4. Tipe Marital Power