D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe marital power yang muncul secara dominan pada perkawinan antara suku Minangkabau dengan suku lain
adalah tipe yang tidak dapat terkategori 68.67. Begitu juga bila ditinjau dari beberapa sumber kekuasaan, tipe marital power yang dominan muncul pada tiap
sumber kekuasaan tersebut adalah tidak terkategori. Munculnya tipe ini disebabkan oleh salah satu skor power suami atau istri, atau kedua skor power
suami dan istri tidak masuk ke dalam kategori tinggi maupun rendah. Berdasarkan kategorisasi skor power, hasil menunjukkan bahwa jumlah istri yang memiliki
power tinggi lebih sedikit 7.22 dibandingkan dengan jumlah suami yang memiliki power tinggi 36.14. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sumber
kekuasaan tidak berpihak kepada istri, meskipun lebih banyak subjek yang terdiri dari istri yang bersuku Minangkabau 61.44. Hasil penelitian ini dapat
dijelaskan melalui beberapa hal. Pertama, perubahan di dalam lingkungan budaya matrilineal mulai terlihat
dari tahun ke tahun Vidyarthi dan Rai, dalam Das, 2001. Berdasarkan konteks wilayah pengambilan data, Sawahlunto merupakan salah satu kota yang tinggi
tingkat migrasinya di Sumatera Barat. Ketika migrasi terjadi, hubungan dengan penduduk asli maupun pendatang lainnya sangat tidak mungkin untuk dihindari.
Hubungan yang terus menerus ini membuat individu mempelajari karakteristik dari budaya lain, atau yang disebut dengan akulturasi. Akulturasi ini tidak hanya
terjadi pada penduduk pendatang, tetapi dialami pula oleh penduduk asli Hogg
Universitas Sumatera Utara
Vaughan, 2002. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat Minangkabau di Sawahlunto. Keragaman suku di Sawahlunto membuat masyarakatnya
mengadopsi nilai-nilai budaya selain Minangkabau sehingga warna budaya Minangkabau, yang tercermin dari sistem matrilineal dan matrilokal, mulai luntur.
Kedua, selain terjadinya migrasi, masyarakat Minangkabau juga terkenal dengan budaya merantau, baik untuk tujuan pendidikan maupun pekerjaan
Sjarifoedin, 2011. Masyarakat Minangkabau yang kembali dari perantauan akan membawa norma dan nilai budaya dari daerah lain Das, 2001. Hal ini juga bisa
menjadi penyebab lunturnya nilai matrilineal dan matrilokal pada masyarakat Minangkabau.
Hal ketiga yang ditemukan Das 2001 yang dapat mengubah sistem matrilineal dan matrilokal adalah perkawinan antarkelompok etnis. Perkawinan
ini memasukkan unsur budaya selain Minangkabau di dalam keluarga sehingga anak dari perkawinan ini akan mengadopsi campuran budaya dari kedua
orangtuanya. Hal terakhir yang sangat dominan menyebabkan perubahan pada sistem
budaya Minangkabau adalah perubahan pola tempat tinggal Das, 2001. Hal ini juga terjadi pada subjek penelitian. Di Sawahlunto sudah jarang ditemukan
keluarga yang masih tinggal bersama keluarga besar istri di rumah gadang. Hal ini biasanya dikarenakan lokasi kerja suami dan istri jauh dari rumah gadang tersebut
sehingga mereka memutuskan untuk keluar dari rumah gadangnya. Keluarnya pasangan suami dan istri dari rumah gadang istri akan mengurangi intervensi dari
Universitas Sumatera Utara
keluarga istri dalam perkawinan tersebut. Pasangan suami dan istri ini akan membentuk budaya keluarga yang baru, termasuk pembagian kekuasaan.
E. Keterbatasan Penelitian