Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau

Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, orang Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia, dan Singapura Sjarifoedin, 2011.

3. Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau

Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah keragaman budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara ini. Di antara berbagai kelompok etnis yang mendiami nusantara, terdapat satu etnis yang sejak dahulu banyak dibicarakan dan diteliti oleh banyak kalangan, yaitu Minangkabau. Hal ini disebabkan oleh keunikan sistem kekerabatan yang dianut masyarakatnya yaitu matrilineal. Sebagai kelompok masyarakat yang dominan menganut ajaran Islam, dapat diprediksi bahwa sistem kekerabatan yang dianut adalah menurut garis keturunan bapak. Tetapi tidak demikian halnya yang terjadi di Minangkabau, sebaliknya masyarakat Minangkabau menarik garis keturunan dari ibu. Berdasarkan tingkat adatnya, sistem kekerabatan matrilineal ini termasuk ke dalam adat yang akan lestari sepanjang masa karena telah dimantapkan oleh nenek moyang masyarakat Minangkabau yaitu Datuk Ketumanggungan dan Datuk Parpatiah nan Sabatang. Adat-adat yang lestari tidak dianggap bertentangan dengan ajaran Islam sehingga selagi masyarakat Minangkabau taat memeluk agama Islam dan beriman serta bertakwa kepada Allah maka nilai-nilai yang terkandung dalam adat akan lestari sepanjang masa Sjarifoedin, 2011. Prinsip kekerabatan matrilineal membuat individu melihat dirinya sebagai keturunan ibu dan neneknya tanpa melihat keturunan bapaknya. Bagi masyarakat Universitas Sumatera Utara Minangkabau, yang disebut sebagai keluarga adalah nenek dari ibu beserta saudara-saudaranya, serta anak laki-laki dan perempuan dari neneknya sendiri Chairiyah, 2008. Sistem kekerabatan matrilineal memiliki tiga unsur yang paling dominan, yaitu: 1 garis keturunan menurut garis ibu; 2 perkawinan harus dengan kelompok lain di luar kelompok sendiri eksogami dengan sistem matrilokal; 3 ibu memegang peran sentral dalam pendidikan, pengamanan kekayaan dan kesejahteraan keluarga Sjarifoedin, 2011. Garis keturunan ini memiliki arti pada penerusan harta warisan, dimana seorang anak akan memperoleh warisan menurut garis ibu. Warisan yang dimaksud adalah berupa harta peninggalan yang sudah turun-temurun menurut garis ibu. Secara umum, harta warisan pusaka dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pusaka tinggi dan pusaka rendah Sjarifoedn, 2011. Harta pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi secara turun-temurun dari beberapa generasi menurut garis keturunan ibu. Adanya harta pusaka tinggi berkaitan dengan sejarah lahirnya kampuang kampungdan koto kotayang diikuti dengan membuka sawah dan ladang sebagai sumber kehidupan. Harta pusaka tinggi yang berupa material, seperti sawah, ladang, kebun, dan lain-lain. Sedangkan harta pusaka tinggi berupa moril adalah gelar pusaka kaum yang diwarisi secara turun-temurun, yang disebut sako. Seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, akan mendapat warisan gelar dari mamak saudara laki-laki dari ibuistri Chairiyah, 2008. Universitas Sumatera Utara Harta pusaka tinggi berupa material akan jatuh pada anak perempuan. Anak perempuan mempunyai hak memiliki sampai diwariskan pula kepada anak- anaknya. Anak laki-laki tidak mempunyai hak memiliki, tetapi mempunyai hak untuk mengelola. Hak kepemilikan harta pusaka tinggi ini berada di tangan perempuan tertua pada setiap tingkatan pengelompokan mereka. Hasil-hasil usaha pertanian atau komersialisasi dari pusaka tinggi disimpan dan dikeluarkan oleh perempuan tertua tersebut. Sedangkan pengaturan pengelolaan pusaka tinggi terdapat di tangan laki-laki yang diberikan kepercayaan dalam komunitas mereka Sjarifoedin, 2011. Selain itu, menurut sistem matrilineal perempuan memiliki hak penuh di rumah gadang, dan kaum laki-laki hanya menumpang. Rumah gadang merupakan sebuah rumah adat suku Minangkabau yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan adat dan tempat tinggal. Keluarga yang mendiami rumah gadang adalah orang- orang seketurunan yang disebut saparuik dari satu perut atau setali darah menurut garis keturunan ibu. Sedangkan seorang laki-laki tidak termasuk keluarga di rumah gadang istrinya, tetapi menjadi anggota keluarga dari paruik rumah gadang ibunya Sjarifoedin, 2011. Harta pusaka rendah merupakan warisan dari hasil usaha ibu dan bapak selama mereka terikat perkawinan. Harta pusaka jenis ini juga cenderung diwariskan oleh seorang bapak kepada anak perempuannya Sjarifoedin, 2011.

4. Sistem Perkawinan Suku Minangkabau