Job Stress Tinjauan Literatur

32

8. Job Stress

Stres kerja adalah suatu konsekuensi yang berhubungan dengan kejadian-kejadian di sekitar lingkungan kerja sehingga mengakibatkan suatu ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan kerja individu baik secara fisik maupun psikologis Rohman, 2004. Stres kerja tidak hanya berpengaruh terhadap individu, tetapi juga terhadap organisasi dan industri. Stres kerja menurut Ulfa Sumitro, dkk 2009:7 adalah tingkat penyesuaian individu terhadap kondisi yang tidak menyenangkan sebagai akibat adanya ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan individu dengan tuntutan kerja yang diberikan sehingga berpengaruh pada kondisi fisik, psikologis, dan perilaku anggota organisasi. Dengan adanya tingkat stres kerja pada auditor akan berdampak buruk pada kinerja auditor itu sendiri, sehingga akan merugikan tujuan-tujuan dari profesi akuntan dan Kantor Akuntan Publik tempatnya bekerja. Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Aspek intrinsik dalam pekerjaan yang berkaitan dengan stres kerja salah satunya yaitu tuntutan tugas Munandar, 2001:381. Tuntutan tugas meliputi beban kerja, beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres, timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu dan jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas. 33 Dessler 2007:296 mengungkapkan bahwa tidak ada dua orang yang bereaksi dengan cara yang sama terhadap pekerjaan, karena faktor pribadi juga mempengaruhi tekanan. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. Menurut Robbins 2006:794 sumber-sumber stres kerja antara lain dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. e. Faktor lingkungan seperti ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, dan ketidakpastian teknologi. f. Faktor organisasi seperti tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi, dan tahap perkembangan organisasi. g. Faktor individu seperti masalah keluarga, masalah ekonomi, dan kepribadian. Menurut Rahim 1996 dalam Umar Assegaf 2005:96, karakteristik pekerjaan yang menyebabkan pekerjaan itu menimbulkan stres kerja secara konseptual terdiri dari lima yaitu antara lain: Physical Environment, Role Conflict, Role Ambiguity, Role Overload, Role Insufficiency. a. Physical Environment, dimana lingkungan tempat bekerja yang tidak mendukung terselenggaranya proses bekerja yang baik. 34 b. Role Conflict, yaitu mengindikasikan suatu tingkatan dimana individu mengalami ketidaksesuaian antara permintaan dan komitmen dari suatu peran. c. Role Ambiguity, mengindikasikan suatu kondisi dimana kriteria prioritas, harapan expectation, dan evaluasi tidak disampaikan secara jelas kepada pegawai. d. Role Overload, yaitu mengindikasikan suatu tingkatan dimana permintaan kerja melebihi kemampuan pegawai dan sumber daya lainnya. e. Role Insufficiency, yaitu kondisi dimana pendidikan, training, keterampilan dan pengalaman pegawai tidak sesuai dengan job requirement. Gejala-gejala stres kerja sendiri tampak dari tiga hal, yaitu fisiologis, psikologis, dan perilaku. Fisiologis meliputi perubahan metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung. Psikologis meliputi menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan, muncul ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan. Perilaku meliputi perubahan produktivitas, absensi, dan tingkat keluar-masuknya karyawan, juga perubahan kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur Robbins 2006:800. 35 Menurut Dwiyanti 2001:75, terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik tempat kerja, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan, aturan yang dikeluarkan oleh manajemen maupun waktu yang diberikan. Sedangkan faktor personal dapat berupa tipe kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun kondisi sosial ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri.

9. Audit Judgment

Dokumen yang terkait

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

Analisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik segabai variabel moderating: studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

0 5 148

Pengaruh penerapan EDP AUDIT, Kompentensi dan idependensi auditor terhadap tingakt materialitas dalam audit laporan keuangan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

1 12 123

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh profesionalisme, karakteristik personal auditor. dan batasan waktu audit terhadap kualitas audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta

3 10 134

Pengaruh kompetensi, independensi dan due professional care terhadap kualitas audit : studi empiris pada kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan Tangerang

0 24 0

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

Analisis pengaruh perencanaan audit dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik : Studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta

0 4 92

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah).

0 2 11

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

0 0 23