Minimisasi Kecelakaan Akibat Kerja dengan Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA) untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana
MINIMISASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
ROTUA PANJAITAN NIM. 060403083
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
MINIMISASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
ROTUA PANJAITAN NIM. 060403083
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Parsaoran Parapat, M.Si Ir. Dini Wahyuni, MT
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala berkat dan anugerahNya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana dengan baik.
Laporan tugas sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. laporan tugas sarjana ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Minimisasi Kecelakaan Akibat Kerja dengan Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA) untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pengerjaan Laporan Tugas Sarjana ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan laporan ini dan semoga laporan tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS. Juli 2011
(4)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spiritual, informasi, administrasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Mangara Tambunan, M.Sc dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. selaku Ketua Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
4. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana.
5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana.
(5)
6. Seluruh Pegawai Departemen Teknik Industri dan Fakultas (Kak Dina, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Ani, Bang Nur, Bang Bowo) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi selama pengerjaan laporan ini. 7. Bapak Francis Rajagukguk selaku Kepala Bagian Produksi yang telah
membantu memberikan informasi dan data kepada penulis dalam melaksanakan penelitian Tugas Akhir pada PT. Morawa Electric Transbuana. 8. Kepada Bapak B. Panjaitan dan Ibu L. Br Siburian selaku orangtua dan
kepada Sinta, Patar dan Sudung selaku saudara dari penulis yang menjadi sumber semangat dan inspirasi bagi penulis dan juga yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk doa dan materi selama mengerjakan penelitian Tugas Akhir.
9. Sahabat-sahabat yang terkasih yang selalu memberikan dukungan doa, perhatian dan semangat selama mengerjakan Tugas Akhir ini (Natalin Siregar, Rini Sipahutar, Eva Marpaung, D’Clara Purba, Sisca Panjaitan, Jeni Aritonang dan Hendro Manurung)
10.Teman-teman stambuk 2006 yang telah mendukung dalam memberikan motivasi dan doa kepada penulis.
11.Seluruh teman-teman sepelayanan di PD/PA Filipi yang selalu memberikan semangat untuk tetap berjuang mengerjakan Tugas Akhir dan dukungan doa untuk tetap berpengharapan hanya kepada Yesus Kristus.
12.Teman-teman kost Wisma Kasih, khususnya yang sama-sama sedang berjuang mengerjakan Tugas Akhir (Rini, Wenny, Inta, dan Rina) yang menjadi motivator bagi penulis dam menyelesaikan Tugas Akhir.
(6)
13.Adik-adik kelompokku (Irekha Parapat, Nova Simanjuntak dan Citra Ambarita) yang selalu mendukung dalam doa dan semangat bagi penulis.
14.Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi yang sangat berharga selama penulis menyeslesaikan Tugas Akhir.
(7)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
(8)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2
2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric
Transbuana ... II-3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-3 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-5 2.3.3.2. Jam Kerja... II-5 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-7 2.4. Proses Produksi ... II-8 2.4.1. Bahan ... II-8 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-8 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-10 2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-12 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-13 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-14 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-25 2.5.1. Mesin…...…... II-25 2.5.2. Peralatan ... II-28 2.6. Tata Letak Pabrik... II-30
(9)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
III LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... III-1 3.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja ... III-1 3.1.2. Tujuan Keselamatan Kerja ... III-2 3.1.3. Pengertian Kesehatan Kerja ... III-2 3.1.4. Tujuan Kesehatan Kerja ... III-3 3.2. Program Keselamatan Kerja... III-4
3.2.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja
Menurut Hammer ... III-4 3.2.2. Unsur Keselamatan Kerja ... III-5 3.3. Unsur-Unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja ... III-10 3.4. Faktor Manusia dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja….… III-12 3.5. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja .... III-14 3.6. Sebab-sebab Kecelakaan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.... III-15 3.7. Pencegahan-Pencegahan Kecelakaan Kerja……… III-16 3.8. Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja ... III-19 3.9. Hubungan antara Produktivitas dengan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ... III-23 3.10. Fault Tree Analysis (FTA)……… III-26
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.4. Objek Penelitian ... IV-3 4.5. Variabel Penelitian ... IV-3 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... .. IV-5 4.8. Pengolahan Data . ………. IV-6 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-7 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-7
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Data Umum Perusahaan ... V-1 5.1.1. Jumlah Tenaga Kerja ... V-1 5.1.2. Jam Kerja Karyawan ... V-1 5.1.3. Usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja pada
PT. Morawa Electric Transbuana ... V-2 5.2. Data Khusus Perusahaan ... V-5 5.2.1. Jumlah Kecelakaan Kerja ... V-5
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN 5.2.2. Total Jam Kerja Karyawan ... V-6 5.2.3. Jumlah Jam Kerja yang Hilang ... V-6 5.2.4. Jumlah Karyawan yang Mengalami Kecelakaan
pada Tahun 2007-2010 ... V-7 5.2.5. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja ... V-7 5.3. Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan (F) ... V-10 5.4. Pengukuran Tingkat Severity atau Keparahan Kecelakaan (S)... V-12 5.5. Pengukuran Nilai T-Selamat ... V-15 5.6. Pengukuran Produktivitas ... V-18 5.7. Kondisi Lingkungan dan Aktivitas Kerja pada Stasiun Kerja
PT. Morawa Electric Transbuana ... V-22 5.8. Analisis Kecelakaan Kerja dengan Fault Tree Analysis (FTA).. V-30
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Pemecahan Masalah ... VI-1 6.2. Perbaikan Usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja pada
(12)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran…… ... …. VII-7
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja ... II-6 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... II-7 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa ... II-13 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa ... II-13 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-27 3.1. Simbol dan Keterangan Fault Tree Analysis (FTA) ... III-29 5.1. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... V-2 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kecelakaan Kerja pada Tahun 2007-2010 ... V-5 5.3. Rekapitulasi Total Jam Kerja Karyawan pada Tahun 2007-2010 ... V-6 5.4. Rekapitulasi Jumlah Jam Kerja yang Hilang pada Tahun 2007-2010 . V-6 5.5. Rekapitulasi Jumlah Karyawan yang Mengalami Kecelakaan pada
Tahun 2007-2010 ... V-7 5.6. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja pada Tahun 2007-2010 ... V-8 5.7. Jumlah Jam Kerja Karyawan (N) pada Tahun 2007-2010 ... V-10 5.8. Rekapitulasi Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja pada
Tahun 2007-2010 ... V-12 5.9. Rekapitulasi Tingkat Severity atau Keparahan Kecelakaan Kerja pada
Tahun 2007-2010 ... V-15 5.10. Data Pengukuran Nilai T-Selamat pada Tahun 2007-2010 ... V-16 5.11. Rekapitulasi Nilai T-Selamat pada Tahun 2007-2010 ... V-18
(14)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.13. Akar Penyebab Masalah Kecelakaan Kerja ... V-40 5.14. Penyebab Potensi Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan pada
Operator ... V-49 6.1. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Pemecahan Masalah ... VI-1 6.2. Penyebab Potensi Kemungkinan Kecelakaan Kecelakaan Kerja
(15)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-4 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Transformator ... II-26 3.1. Contoh Kasus Fault Tree Analysis ... III-30 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2. Flow Chart Prosedur Penelitian ... IV-7 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8 5.1. Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja (F) ... V-12 5.2. Tingkat Severity Kecelakaan Kerja (S) ... V-15 5.3. Tingkat Produktivitas pada PT. Morawa Electric Transbuana ... V-21 5.4. Layout Stasiun Kerja Packing ... V-23 5.5. Layout Stasiun Kerja Bengkel ... V-25 5.6. Layout Stasiun Kerja Penggulungan Core ... V-26 5.7. Layout Stasiun Kerja Pengisian Minyak ... V-27 5.8. Layout Stasiun Kerja Penggulungan Kumparan... V-28 5.9. Layout Stasiun Kerja Gudang Bahan Baku ... V-30 5.10. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Pembuatan Box ... V-31 5.11. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Pengelasan ... V-32 5.12. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Penggerindaan ... V-33 5.13. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Perbaikan Mesin ... V-34 5.14. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Pengeboran ... V-35
(16)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
5.15. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Penggulungan Core ... V-36 5.16. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Pengisian Minyak ... V-37 5.17. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Penggulungan Kumparan ... V-38 5.18. Fault Tree Analysis Kecelakaan pada Saat Pemindahan Plat Besi ... V-39 5.19. Fault Tree Analysis Kaki Terluka Terpijak Benda Tajam ... V-46 5.20. Fault Tree Analysis Terjadinya Gangguan Telinga Karena Kebisingan V-47 5.21. Fault Tree Analysis Terjatuh atau Terpeleset ... V-48
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Rekapitulasi Kecelakaan yang Terjadi pada PT. Morawa Electric
Transbuana pada Tahun 2007-2010 ... L-11 3. Surat Permohonan Tugas Akhir ... L-15 4. Surat Penjajakan ... L-17 5. Surat Balasan ... L-18 6. SK Tugas Akhir ... L-19 7. Lembar Asistensi ... L-20
(18)
ABSTRAK
PT. Morawa Electric Transbuana merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara yang bergerak dalam pembuatan transformator. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dengan berbagai jenis mesin. Pada saat mengoperasikan mesin, tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan misalnya mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda. Data kecelakaan kerja yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana mulai tahun 2007-2010 adalah 25 kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi kecelakaan yang pernah terjadi dan juga melihat kondisi lingkungan kerja karyawan maka perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan dan memberikan solusi sebagai langkah antisipasi terjadinya kecelakaan yang sama maupun kecelakaan yang lain.
Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon kegagalan di mana akan dapat diketahui penyebab-penyebab dan juga kombinasi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan. Langkah-langkah dari FTA adalah menentukan top problem pada permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Morawa Electric Transbuana, membuat diagram FTA, dan memberikan hasil analisis FTA.
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap hasil usaha keselamatan kerja yaitu tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat keparahan (severity), nilai T-selamat dan tingkat produktivitas dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 8, 4, 7 dan 6 kali kecelakaan. Dengan tingkat frekuensi kecelakaan dari tahun 2007-2010 adalah 63,66 kali; 31,77 kali; 55,66 kali dan 44,72 kali. Tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 381,97 hari; 135 hari; 262,38 hari dan 238,49 hari. Dengan Nilai T Selamat tahun 2008 diketahui -1418, pada tahun 2009 sebesar 1503,12 dan tahun 2010 sebesar -537,13. Semakin menurunnya frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan dari tahun ke tahun maka produktivitas akan meningkat. Analisis FTA dalam penelitian ini menghasilkan solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana.
(19)
ABSTRAK
PT. Morawa Electric Transbuana merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara yang bergerak dalam pembuatan transformator. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dengan berbagai jenis mesin. Pada saat mengoperasikan mesin, tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan misalnya mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda. Data kecelakaan kerja yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana mulai tahun 2007-2010 adalah 25 kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi kecelakaan yang pernah terjadi dan juga melihat kondisi lingkungan kerja karyawan maka perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan dan memberikan solusi sebagai langkah antisipasi terjadinya kecelakaan yang sama maupun kecelakaan yang lain.
Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon kegagalan di mana akan dapat diketahui penyebab-penyebab dan juga kombinasi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan. Langkah-langkah dari FTA adalah menentukan top problem pada permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Morawa Electric Transbuana, membuat diagram FTA, dan memberikan hasil analisis FTA.
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap hasil usaha keselamatan kerja yaitu tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat keparahan (severity), nilai T-selamat dan tingkat produktivitas dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 8, 4, 7 dan 6 kali kecelakaan. Dengan tingkat frekuensi kecelakaan dari tahun 2007-2010 adalah 63,66 kali; 31,77 kali; 55,66 kali dan 44,72 kali. Tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi pada tahun 2007-2010 adalah 381,97 hari; 135 hari; 262,38 hari dan 238,49 hari. Dengan Nilai T Selamat tahun 2008 diketahui -1418, pada tahun 2009 sebesar 1503,12 dan tahun 2010 sebesar -537,13. Semakin menurunnya frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan dari tahun ke tahun maka produktivitas akan meningkat. Analisis FTA dalam penelitian ini menghasilkan solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana.
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan memiliki serangkaian proses dalam menghasilkan produk, baik berupa jasa maupun barang. Pada perusahaan manufaktur, manusia memegang peranan yang sangat penting selain faktor mesin dan bahan baku dalam menjalankan dan mengendalikan proses produksi. Oleh karena itu, peranan manusia sebagai karyawan atau operator perlu diperhatikan. Usaha yang dapat dilakukan untuk dapat mempertahankan kondisi yang baik dari karyawan atau operator salah satunya adalah menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pada saat melakukan proses produksi.
Beberapa perusahaan sudah menerapkan program-program kesehatan dan keselamatan kerja dengan tujuan memelihara kondisi fisik karyawan. Namun kenyataan di lapangan masih banyak terjadi kecelakaan kerja pada karyawan ketika melakukan proses produksi. Oleh karena itu untuk menjaga agar kondisi fisik karyawan tetap baik dan terjaga selama melakukan proses produksi serta menjaga agar proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien maka perlu adanya peningkatan usaha pencegahan kecelakaan kerja.
PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan swasta nasional yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara yang bergerak dalam pembuatan transformator. Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan pembuat transformator distribusi tegangan tinggi yang berada di luar pulau Jawa dengan
(21)
jenis produksi satu fasa dan tiga fasa. Proses produksi pembuatan transformator terdiri dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja, misalnya pada stasiun kerja bengkel yaitu tempat pembuatan rangka luar atau pembungkus komponen inti dari transformator banyak menggunakan peralatan dan mesin-mesin yang dikendalikan oleh tenaga manusia, misalnya mesin-mesin las untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki atau rangka trafo dan koneksi kumparan, mesin gerinda untuk mengerinda plat dan juga mesin core slitting untuk memotong silicon steel sesuai dengan ukuran produk yang akan dibuat. Dan pada saat mengoperasikan mesin-mesin tersebut tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan kerja seperti tangan yang terluka karena terkena mata pisau atau mata mengalami iritasi karena percikan cahaya mesin las atau kotoran dari mesin gerinda dan lain sebagainya. Penyebab kecelakaan kerja tidak hanya karena kondisi lingkungan kerja atau bahkan manajemen perusahaan yang kurang dalam memperhatikan kondisi fisik karyawan, namun penyebab kecelakaan juga terjadi karena kesalahan dari karyawan atau pekerja yang kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri pada saat melakukan proses produksi.
Kondisi fisik karyawan yang tidak baik atau mengalami kecelakaan kerja akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja karyawan sehingga mengakibatkan kerugian bukan hanya pada diri pribadi karyawan tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya kerugian yang diderita tergantung dari besar kecilnya tingkat kekerapan (frekuensi) dan keparahan (severity) kecelakaan yang terjadi. Dengan demikian kecelakaan akibat kerja akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan proses produksi dan kelangsungan hidup perusahaan, atau
(22)
dengan kata lain kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Semakin kecil kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pada saat bekerja agar produktivitas kerja karyawan tetap baik dan terjaga.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan saat melakukan proses produksi yang mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja dan bertambahnya jumlah jam kerja yang hilang, sehingga perlu diketahui penyebab dasar atau akar penyebab (root cause) terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat frekuensi kecelakaan kerja, tingkat severity atau
keparahan kecelakaan kerja, nilai T-Selamat (Nts) dan produktivitas.
2. Mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan dengan cara membangun model
Fault Tree Analysis (FTA) berdasarkan data kecelakaan kerja.
3. Memberi usulan perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana berdasarkan analisis yang diperoleh.
(23)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan kemampuan dalam mengidentifikasi, memecahkan dan menganalisis masalah yang terjadi di perusahaan khususnya masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Memberikan gambaran dan masukan bagi perusahaan mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas kerja karyawan disertai dengan solusi dari permasalahan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan atau pertimbangan untuk perbaikan yang akan dilakukan oleh perusahaan. c. Menambah jumlah dan memperbaharui hasil karya mahasiswa yang dapat
menjadi literatur dan referensi penelitian di Departemen Teknik Industri.
1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian
Adapun batasan dan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1 Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja empat tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2007-2010.
2 Pemecahan masalah tidak membahas perubahan biaya akibat dari penerapan
(24)
Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pekerja dianggap sudah mengetahui semua peraturan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja yang berlaku di perusahaan.
2. Pekerja dianggap sudah memahami pekerjaan dan terampil melakukan pekerjaan pada bidangnya masing-masing.
3. Sistem produksi berjalan normal dan tidak ada gangguan yang mempengaruhi proses produksi.
4. Tidak ada penambahan jenis produk baru selama penelitian berlangsung. 5. Hari kerja karyawan selama satu bulan adalah 25 hari.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penyusunan bab yang digunakan dalam penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, memuat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan, bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen, mesin dan peralatan yang digunakan serta uraian proses produksi yang terjadi pada perusahaan tersebut.
Bab III Landasan Teori, berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah yaitu kesehatan dan keselamatan kerja, tingkat frekuensi kecelakaan kerja, tingkat
(25)
keparahan kecelakaan (severity), nilai T-Selamat, produktivitas dan Fault Tree
Analysis (FTA).
Bab IV Metodologi Penelitian, memuat mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konseptual dan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan, pengumpulan dan pengolahan data hingga penyusunan laporan tugas akhir.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi data-data kecelakaan kerja yang pernah terjadi pada perusahaan, usaha pencegahan kecelakaan yang telah terlaksana pada perusahaan, potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) dan data jumlah karyawan yang mengalami kecelakaan, jumlah jam kerja yang hilang, total jam kerja karyawan dan jumlah kecelakaan kerja dalam suatu periode tertentu yang kemudian digunakan untuk menentukan tingkat frekuensi kecelakaan, tingkat kekerapan kecelakaan (severity), nilai T-Selamat, dan produktivitas.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, berisi analisis terhadap kecelakaan kerja yang pernah terjadi dan potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada perusahaan dan membahas solusi perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja pada karyawan.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan sebagai pertimbangan dan diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menanggulangi masalah kecelakaan kerja.
(26)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada zaman sekarang ini energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena peralatan yang mendukung untuk kehidupan sehari-hari atau bahkan untuk melakukan proses produksi pada perusahaan banyak menggunakan energi listrik. Oleh karena itu, menyadari pentingnya kebutuhan energi listrik yang memadai bagi perusahaan-perusahaan yang memerlukan dan pihak-pihak lain, melahirkan perusahaan penghasil transformator di Indonesia. Jika kebutuhan transformator di Indonesia disuplai dari luar negeri akan memperbesar anggaran belanja. Kesempatan ini melahirkan sebuah perusahaan transformator tegangan tinggi yaitu PT. Morawa Electric Transbuana yang berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki kantor yang bertempat di Jalan Perniagaan Baru No. 48 D Medan dan di Jalan Agung Permai X No. 25 Blok C-12 Sunter Agung Jakarta.
PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan swasta nasional yang berkedudukan di wilayah Sumatera Utara dan bergerak dalam bidang usaha pembuatan transformator. Perusahaan ini berdiri berdasarkan akte notaris Rachmat Santoso, SH dengan akte No. 67 tanggal 19 Oktober 1978, di Medan dan beroperasi resmi berdasarkan Surat Persetujuan tetap Penanaman Modal dalam
(27)
Negeri (PMDN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Nomor Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 72/T/INDUSTRI/1983, November 1983.
Perusahaan ini merupakan satu-satunya pembuat transformator distribusi tegangan tinggi yang berada di luar pulau Jawa, dengan jenis produksi transfomator satu fasa dan tiga fasa. Transformator yang diproduksi oleh PT. Morawa Electric Transbuana dipasarkan kepada PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai pasar utama konsumen dalam negeri
±
90% sedangkan±
10% untuk perusahaan swasta lainnya yang berada di dalam dan luar negeri.2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk yang dihasilkan oleh PT. Morawa Electric Transbuana berupa transformator jenis satu fasa dan tiga fasa. Produksi perusahaan terutama ditujukan untuk memenuhi permintaan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di samping itu, juga didistribusikan kepada perusahaan-perusahaan swasta antara lain PT. Caltex Pacific Indonesia, PT. SOCI, PT. Aribawana, dan perusahaan lainnya, serta didistribusikan kepada rumah sakit dan pusat perbelanjaan yang ada di dalam negeri. Transformator yang dihasilkan juga diekspor ke Malaysia dan Singapura.
2.3. Organisasi dan Manajemen
Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi, tenaga kerja dan jam kerja pada perusahaan.
(28)
2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana
Struktur organisasi yang digunakan PT. Morawa Electric Transbuana berbentuk lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap fungsi yaitu produksi, personalia, dan pemasaran. Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian di PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
Untuk menjalankan proses produksi pada perusahaan dibutuhkan tenaga kerja sesuai dengan kapasitas yanag dibutuhkan oleh perusahaan. Berikut akan diuraikan secara rinci mengenai jumlah tenaga kerja pada masing-masing bagian pada perusahaan dan juga jumlah jam kerja yang berlaku pada perusahaan.
(29)
Direktur
Pemasaran
Direktur Keuangan
ADM
Kepala
Keuangan
Presiden Direktur
Kepala
Personalia
Kepala
Pembelian
Kepala
Pabrik
Kepala Pemasaran
Kepala
Design
Kepala Produksi
Kepala
Bengkel
Kepala Proses
Akhir
Kepala
Gudang
Kepala
Pengujian
Kepala
QAS
Karyawan
seksi design
Karyawan
seksi
perawatan
Karyawan
seksi
bengkel
Karyawan seksi
produksi
Karyawan
seksi
pengujian
Karyawan
seksi
finishing
Karyawan seksi
keamanan
Karyawan
seksi
gudang
Karyawan seksi
lokal
Karyawan seksi
ekspor
Karyawan
seksi
administrasi
Sumber : PT Morawa Electric Transbuana(30)
2.3.3.1. Tenaga Kerja
PT. Morawa Electric Transbuana, dalam merekrut tenaga kerjanya berprinsip pada kesesuaian kualitas dan kuantitas tenaga kerja dengan kebutuhan perusahaan. Setelah proses perekrutan, dilakukan proses seleksi, penempatan, orientasi, dan melakukan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja yang baru. Hal ini bertujuan untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang terampil dan terdidik. Penempatan jabatan terhadap seorang karyawan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Tenaga kerja dibagi atas dua golongan, yaitu golongan tenaga kerja tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Perincian jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.3.3.2. Jam Kerja
Hari kerja di PT. Morawa Electric Transbuana berjumlah enam hari dalam seminggu (Senin sampai Sabtu). Apabila perusahaan memiliki order yang banyak, maka di hari Minggu khusus bagian produksi bekerja untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Karyawan yang memiliki jam kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan diperhitungkan sebagai jam lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
(31)
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja
No Jabatan Jumlah
(orang)
1 Presiden Direktur 1
2 Direktur Pemasaran 1
3 Direktur Keuangan/ADM 1
4 Kepala Pabrik 1
5 Kepala Bagian Pemasaran 1
6 Kepala Bagian Desain 1
7 Kepala Bagian Produksi 1
8 Kepala Bagian Bengkel 1
9 Kepala Bagian Proses Akhir 1
10 Kepala Bagian Gudang 1
11 Kepala Bagian Pengujian 1
12 Kepala Bagian QAS (Quality Assurance) 1
13 Kepala Bagian Keuangan 1
14 Kepala Bagian Personalia 1
15 Kepala Bagian Pembelian 1
16 Karyawan Seksi Desain 1
17 Karyawan Seksi Perawatan 1
18 Karyawan Seksi Bengkel 16
19 Karyawan Seksi Pengujian Material 3
20 Karyawan Seksi Produksi Inti 4
21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1
22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 2
23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 2 24 Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 7 25 Karyawan Seksi Perakitan/Koneksi Kumparan 6 26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 1
27 Karyawan Seksi Finishing 6
28 Karyawan Seksi Gudang 1
29 Karyawan Seksi Lokal 1
30 Karyawan Seksi Ekspor 1
31 Karyawan Seksi Administrasi 4
32 Karyawan Seksi Keamanan 8
Total 80
(32)
Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana Hari Jam Kerja Keterangan Senin-Kamis
08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 16.30 Kerja
Jumat
08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.30 Istirahat 13.30 - 16.30 Kerja
Sabtu
08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan
Pembayaran upah karyawan oleh PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dengan besar upah ditentukan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun komponen upah di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:
a. Gaji Pokok b. Upah Lembur
c. Tunjangan kesehatan dan keluarga d. Insentif kerajinan
e. Tunjangan hari raya f. Bonus tahunan
(33)
2.4. Proses Produksi
Berikut ini yang akan dibahas adalah mengenai bahan yang digunakan pada proses produksi, jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dan tata letak pabrik.
2.4.1. Bahan
Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan yang digunakan perusahaan untuk melakuakan proses produksi pembuatan transformator.
2.4.1.1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produk dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah:
1. Plat Silicon Steel
Silicon steel digunakan untuk pembuatan inti transformator. Jenis silicon steel
yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon
Steel Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang. Silicon steel
berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis. 2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)
Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder untuk gulungan primer
(34)
b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan
sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm. 3. Kertas Isolasi
Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13-0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80– 1,60 mm dikemas dalam peti.
4. Minyak
Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B juga minyak Esso Volta 80 buatan Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar atau terkena sambaran petir.
5. High and Low Voltage Bushing
High and Low Voltage Bushing merupakan bahan yang digunakan untuk
tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimport dari Cina.
6. Tap Changer
Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila
transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.
(35)
7. Earth Terminal
Earth Terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung
dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah. 8. Thermometer
Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.
9. Pressure Terminal
Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi.
10.Kertas OD
Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.
11.Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi dalam negeri, yang digunakan dalam pembuatan casing transformator.
2.4.1.2. Bahan Tambahan
Selain menggunakan bahan baku juga digunakan bahan-bahan lain sebagai bahan pelengkap dalam memudahkan proses dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, yang disebut dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan pada produk sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap dipasarkan dapat berupa aksesoris atau kemasan. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan transformator adalah:
(36)
1. Cotton band
Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas.
2. Plat Merek
Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yang memproduksikan transformator.
3. Name plate
Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada
tangki trafo. 4. Lem
Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. Jenis lem yang digunakan adalah lem chack.
5. Kawat Las
Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.
6. Baut dan Mur
Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup
pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki,
dan memasang tutup tangki trafo. 7. Hand Hold
Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan
(37)
8. Cat
Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator. 9. Stop kran sebagai tempat pembuangan minyak.
2.4.1.3. Bahan Penolong
Bahan penolong yaitu bahan yang ikut dalam proses tetapi tidak nampak dalam produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam menghasilkan produk transformator ini adalah:
1. Gas Nitrogen (N2)
Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator. Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah:
a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti, sehingga tidak terjadi pekaratan inti.
b. Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCL dan Soda Ash
HCL dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat. 3. Kayu Meranti
Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.
4. Pasir kuarsa
Pasir digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut.
(38)
5. Mal Besi
Mal besi digunakan sebagai mal untuk menggulung kumparan Silicon Steel pada saat pembuatan inti trafo. Mal besi ini juga digunakan pada saat pemanggangan inti agar kumparan Silicon Steel dari inti trafo tidak lepas saat dipanggang.
2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk
PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti (core type) yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi produk transformator satu fasa dapat dilihat pada Tabel 2.3., sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa
Uraian Spesifikasi Transformator
Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50
Jumlah Fasa - 1 1 1 1 1
Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50
Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20
Tegangan Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462
Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4
Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana
Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa
Uraian Spesifikasi Transformator
Daya Pengenal kVA 25 50 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600
Jumlah Fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Tegangan
Sekunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Arus Beban Nol % 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2 2 2
(39)
2.4.3. Uraian Proses Produksi
Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:
1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting)
Inti transformator terbuat dari Silicon Steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Ciri-ciri inti transformator yang baik adalah memiliki rugi-rugi arus pusar yang kecil. Proses pemotongan inti transformator dilakukan setelah lembaran silikon dalam bentuk gulungan diletakkan pada penyangga mesin peletakan, kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan yang telah diatur jarak pisau-pisaunya sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di tempat penyusunan plat. Proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.
2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)
Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalah dengan cara staching (inti susun) yaitu menyusun lembaran inti satu per satu keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara
(40)
penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:
a. rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadi penghematan dalam penggunaan inti transformator.
b. Arus penguatan (exciting current) adalah sangat kecil, karena kecilnya celah udara (air gap)
c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah
d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.
Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Penggulungan inti trafo dengan cara staching atau inti susun, apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan belitannya untuk diganti.
Penggulungan inti harus memperhatikan tegangan tarik (tensile strength) agar tidak terlalu besar, untuk menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapat menyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.
(41)
3. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement)
Inti transformator yang sudah selesai digulung, ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.
4. Proses Annealing
Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane, kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses
annealing ini berguna untuk:
a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.
b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan.
Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol yang berfungsi mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple dihubungkan dengan
relay temperature dengan range 0-1200oC. Relay ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 840oC. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses annealing
±
24 jam dengan kapasitas satu tungku sebanyak 7 unit. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:(42)
a. Inti (Silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan besi.
b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen pemanas yang menggunakan listrik.
c. Gas N2 dialirkan dengan tekanan
±
0,1 kg/cm2 selama 30 menit.d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkan dengan tekanan yang sama.
e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengan tekanan tetap.
f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oC selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkan hingga proses annealing selesai.
g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oC dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi
±
30 cm dari dasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350oC.h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan. i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai.
Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran pembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N2 yang baru. Inti yang
(43)
keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane. Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku.
5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)
Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Aktivitas pengujian rugi-rugi inti meliputi:
a. Ukur penampang inti.
b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.
c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengujian.
e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control
panel.
f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengujian.
h. Setelah hasil pengujian diperoleh, switch off panel kontrol dan matikan
(44)
6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)
Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis,
sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.
b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada
proses akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis.
PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure
Paper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga
karena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis. Kertas isolasi (insulation paper) yang telah selesai dipotong ditempeli dengan kertas OD. Kertas OD ini merupakan batangan kertas 4,8 mm yang direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2 cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.
(45)
7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)
Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan forklift. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada
coil winding machine. Insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran,
dan selanjutnya kawat tembaga digulung. a. Kumparan sekunder
Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan. Lilitan pada kaki trafo terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi kertas isolasi dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.
b. Kumparan primer
Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190 lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095 lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer
(46)
selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4 mm.
Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.
8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)
Inti yang telah selesai digulung dibawa ke bagian koneksi dengan hoist crane. Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap kumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukan pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.
9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)
Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkin ada di dalam kawat. Inti trransformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup serta instrumen yang diperlukan dibawa ke pengeringan dengan menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (drying oven). Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas transformator. Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan blower
(47)
yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.
10.Pemasangan Terminal (Terminal Assembly)
Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ke tempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.
11.Turn Ratio Test
Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpanan-penyimpanan yang terjadi pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga-harga perbandingan transformator nominal menurut standard.
12.Penyatuan dengan Tangki Transformator
Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalam tangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressure
(48)
terminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.
13.Pengisian Minyak ke dalam Tangki Transformator (Oil Filling)
Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai
±
2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin (cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki. Minyak tersebut perlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada minyak. Jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh Shell Company.14.Routine Test
Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akan dikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di bagian pengisian minyak trafo dibawa ke bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:
a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol. Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder (tegangan rendah), tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.
(49)
b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi) sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubung-singkatkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.
c. Pengukuran tahanan kumparan
Pengukuran tahanan kumparan dilakukan dengan menggunakan
Wheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan
kumparan primer. Untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan double-bridge (jembatan ganda).
d. Pengukuran tahanan isolasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).
e. Pengujian frekuensi tinggi
Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.
f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo
Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) ke dalam tangki trafo yang telah ditutup rapat.
(50)
Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:
a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu 15.Pemasangan Name Plate
Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian quality
control, selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate yang
memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan. 16.Penyimpanan
Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.
Blok diagram proses pembuatan transformator PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2.5. Mesin dan Peralatan
Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai mesin dan peralatan yang digunakan pada saat melakukan proses produksi pembuatan trasformator pada PT. Morawa Electric Transbuana.
2.5.1. Mesin
Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembuatan transformator dapat dilihat pada Tabel 2.5.
(51)
Pemotongan Inti Bahan
Penggulungan inti
Penimbangan inti
Pemanggangan inti
Pengujian rugi-rugi inti Pemotongan kertas isolasi
Penggulungan kumparan
Turn Ratio Test
Penghubungan/koneksi kumparan
Pengeringan gulungan kumparan
Pemasangan Terminal
Turn Ratio Test
Penyatuan dengan tangki trafo
Pengisian minyak ke dalam trafo
Routine Test
Pemasangan Name Plate dan Merek
Penyimpanan
Oil Diala B
Name Plate Casing di area penumpukan
(52)
Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan
(Volt)
Kuat Arus (Ampere)
Jumlah
(Unit) Fungsi
1 Core Slitting 1981 Taiwan 3 HP 380 7 1 Memotong silicon steel sesuai dengan ukuran
produk yang akan dibuat
2 Core Wounded 1981 Taiwan 2,5 HP 380 8,1 2 Menggulung inti transformator
3 Annealing Furnace 1981 Taiwan 60 Kw 380 170 2
a. Memperbaiki karakteristik inti trafo, yaitu memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugi-rugi inti
b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah
4 Coil Winding 1981 Taiwan 1 HP 380 3,65 10 Menggulung kumparan transformator
5 Insulating Dryer 1981 Taiwan 12 kVA 380 63 1 Mengeringkan inti transformator
6 Paper Wrapping 1981 Taiwan 1,5 kVA 380 7,2 2 Memotong kertas isolasi sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan
7 Oil Purifier 1981 Taiwan 3,7 kVA 380 9,8 1 Membersihkan minyak
8 Oil Filter 1981 Taiwan - 380 4 1 Mengosongkan udara dari transformator dan
mengisi dengan minyak
9 Compressor 1981 Taiwan 2 HP 380 7,1 3 Memompa udara
10 Generating Set 1981 Taiwan 350 kVA 400 722 1 Cadangan pembangkit tenaga listrik 11 High Frequency
Generator 1981 Taiwan 5 kVA 380 4 1 Menetralkan frekuensi
12 Drying Oven 1981 Amerika 24 kW 380 5 1 Mengeluarkan kandungan air dari kertas isolasi
(53)
2.5.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi antara lain:
a. Hoist Crane, alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan prinsip
kerja tegak lurus. Pada perusahaan digunakan untuk memindahkan atau menyusun plat besi di gudang bahan baku.
Spesifikasi:
Merk/Type : Tyako Kapasitas : 5 ton
Tegangan : 380 V Jumlah : 3 unit
b. Mesin las, yaitu alat yang digunakan untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki trafo dan koneksi kumparan. Mesin las yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu las listrik dan las gas.
Spesifikasi:
Merk/Type : Lincoln Arc Welder SA - 800 Serial A 771703 Voltage : 220 V
Frekwensi : 50 Hz Jumlah : 2 unit
c. Kereta sorong, alat yang digunakan untuk memindahkan material (material
handling) dengan prinsip kerja horizontal dan beban yang diangkut dalam
ukuran kecil dan jumlah yang banyak. Spesifikasi:
(54)
Dimensi : 600 x 1600 x 1000 mm Jumlah : 5 unit
d. Neraca, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat inti transformator yang telah selesai digulung.
Spesifikasi:
Merk : Dacin Type : CB-1.000 Uk.Platform : 90 cm x 120 cm Kapasitas : 1 ton
Jumlah : 1 unit
e. Bridge Test, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tahanan kumparan.
Spesifikasi:
Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V
f. Megger, yaitu alat yang digunakan untuk tahanan isolasi inti trafo.
Spesifikasi:
Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V
(55)
g. Forklift, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan
prinsip kerja secara horizontal. Pada perusahaan digunakan untuk mengangkut hasil potongan kayu gelondogan dan mengangkut transformator yang akan dibawa ke stasiun kerja packing.
Spesifikasi:
Merk/Type : Nissan/ CPCD Kapasitas : 3000 kg
Tinggi Pengangkutan : 3000 mm Dimensi : 3765 x 2090 mm Jumlah : 2 unit
h. Applied Voltage Transformator, yaitu alat yang digunakan untuk menguji
rugi-rugi inti, persentase beban nol, dan uji hubungan singkat.
i. Induction Voltage Regulator, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan listrik.
j. Turn Ratio Test Set (TRT set), yaitu alat yang digunakan untuk melihat apakah
perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai.
2.6. Tata Letak Pabrik
PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan yang berproduksi dengan tataletak jenis process layout, di mana mesin yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Produk-produk yang dikerjakan di lantai pabrik dikerjakan secara berpindah-pindah dari kelompok fasilitas yang satu ke kelompok fasilitas yang lain mengikuti urutan
(56)
proses operasi pengerjaan transformator. Misalnya, setelah dilakukan pemotongan
silicon steel pada kelompok mesin pemotong (core slitting), maka hasil potongan
kemudian dibawa ke kelompok mesin penggulungan (core wounded). Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Kemudian hasil gulungan lembaran-lembaran silicon steel dibawa ke stasiun kerja penimbangan inti trafo. Inti transformator yang sudah selesai digulung kemudian ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Demikian seterusnya mengikuti urutan proses operasi pengerjaan transformator sampai pada transformator siap untuk didistribusikan kepada pemesan.
PT. Morawa Electric Transbuana memiliki pola aliran bahan yang tidak teratur. Pada perusahaan ini terdapat beberapa stasiun kerja yang seharusnya berdekatan sesuai dengan urutan prosesnya, justru diletakkan berjauhan. Hal ini menyebabkan jarak perpindahan material (material handling) menjadi semakin panjang sehingga menyebabkan besarnya jarak perpindahan yang terjadi. Misalnya stasiun kerja penggulungan dan koneksi kumparan dengan stasiun kerja pengeringan gulungan kumparan atau stasiun kerja bengkel yaitu tempat pembuatan rangka luar (casing) dengan tempat penumpukan casing.
(57)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja
1
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah kunci bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur atau tata cara kerja. Keselamatan kerja berfokus di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja tersebut terdapat pada banyak kegiatan perekonomian seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih maju. Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada perusahaan. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.
1
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995. Hal 1
(58)
secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang mengalami kecelakaan. Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan.
3.1.2. Tujuan Keselamatan Kerja2
1. Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.
4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
3.1.3. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau pekerja
2
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995. Hal 2
(59)
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.
Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu: a. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk menanggulangi penyakit umum pada karyawan atau pekerja maka setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan oleh dokter perusahaan.
b. Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya. Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya dalam hal menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.
3.1.4 Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
(60)
3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk industri.
3.2. Program Keselamatan Kerja
3.2.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja Menurut Hammer a. Moral
Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan, sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral, juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan dengan tujuan tidak akan terjadi suatu kecelakaan yang sama.
b. Hukum
Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU no 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
c. Ekonomi
Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila terjadi kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga terganggu produktivitasnya.
(61)
3.2.2. Unsur Keselamatan Kerja3
a. Perencanaan
Menurut International Labour Organization unsur-unsur keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
Bila akan mendirikan perusahaan haruslah diperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi, fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai, penerangan, ventilasi, dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja harus benar- benar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan kemudian setelah perusahaan berdiri. Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus sudah ikut aktif dalam fase perencanaan. Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan oleh seorang pimpinan perusahaan dalam perencanaan dan efisiensi produksi adalah seperti menyediakan tempat yang luas bagi mesin dan peralatannya, menciptakan keadaan aman untuk bekerja.
b. Tata ruang dan peralatan yang baik dan teratur
Tata ruang dan peralatan yang baik dan teratur dapat menghindari atau mencegah kecelakaan baik resiko fisik maupun efek psikologi. Dalam keadaan rapi dan teratur tenaga kerja akan lebih berhati-hati. Tata ruang dan peralatan yang baik akan terselenggara jika tenaga kerja berpatisipasi dan memenuhi seluruh ketentuan yang berhubungan seperti tidak diletakkannya barang-barang pada jalan lalu lintas dan penggunaan tempat sampah pada
masing-3
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995. Hal 292
(62)
masing stasiun kerja untuk pembuangan sampah atau kotoran sisa produksi. Tata ruang dan peralatan yang baik dapat bermanfaat bagi kelancaran proses produksi.
c. Pakaian kerja
Pakaian kerja dan alas kaki seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja menggunakan pakaian kerja yang sudah tidak layak pakai atau yang tidak memenuhi standard untuk keselamatan kerja. Keadaan ini dapat menimbulkan potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Pakaian kerja cepat mengalami kerurusakan karena pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh kotoran. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus menyediakan jenis pakaian yang cocok untuk pekerja yang bekerja pada masing-masing aktivitas kerja dalam perusahaan. Pemakaian alas kaki juga harus diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan dengan permukaan dasar alas kaki yang licin akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu alas kaki dan pakaian harus dibuat senyaman mungkin untuk tenaga kerja.
Dalam hal penetapan pilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu diperhatikan faktor-faktor di bawah ini :
1. Harus diperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin.
(1)
e.
Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.
13.
Kepala Keuangan
Adapun tugas dari Kepala Keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Membawahi bidang administrasi yaitu cost accounting, dan personal
departemen.
b.
Mengelola, mengendalikan, dan mencatat semua penerimaan dan
pengeluaran uang perusahaan.
c.
Membawahi pembiayaan bidang produk.
Adapun tanggung jawab dari Kepala Keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Bertanggung jawab langsung kepada direktur keuangan sehubungan
dengan setiap kegiatan finansial perusahaan.
b.
Melaporkan serta membuat pembukuan atas semua kegiatan keuangan.
c.
Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.
14.
Kepala Personalia
Adapun tugas dari Kepala Personalia adalah sebagai berikut:
a.
Menyelenggarakan urusan tata usaha dan administrasi personil seperti
arsip dan data personil, arsip surat keluar dan masuk, registrasi karyawan
dan sebagainya.
b.
Mengurus kegiatan penerimaan dan pengangkatan karyawan.
c.
Mengatur urusan pelanggaran dan PHK.
(2)
d.
Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan
suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.
e.
Mengadakan administrasi atas transaksi pembelian material maupun
penjualan hasil produksi.
f.
Mengatur surat-surat yang masuk dan yang keluar dari perusahaan.
Adapun tanggung jawab dari Kepala Personalia adalah sebagai berikut:
a.
Mengawasi, mengarahkan serta membina personil perusahaan.
b.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan,
pengetahuan serta wawasan personil perusahaan.
15.
Kepala Pembelian
Adapun tugas dari Kepala Pembelian adalah sebagai berikut :
a.
Mendapatkan informasi mengenai persediaan bahan baku/material yang
dibutuhkan.
b.
Mendapatkan informasi atas mutu bahan baku/material yang telah
diserahkan oleh supplier.
c.
Merencanakan pemesanan serta pengangkutan bahan ke pabrik.
Adapun tanggung jawab dari Kepala Pembelian adalah sebagai berikut:
a.
Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier.
b.
Melaporkan setiap kegiatan pembelian kepada pimpinan.
c.
Mengeluarkan purchasing order (PO).
(3)
Lampiran 2
Rekapitulasi Kecelakaan Kerja yang Terjadi pada PT. Morawa Electric Transbuana Tahun 2007- 2010
Tahun
Bulan
Nama
Operator
Kegiatan/
Aktivitas Kerja
Sebab Kecelakaan
Akibat Kecelakaan
Kerja
Jumlah
Hari yang
Hilang
2007
Februari
Sonimin
Packing
Sewaktu mengangkat dan menyusun barang,
barang terjatuh kemudian terkena kaki. Operator
tidak menggunakan sepatu dan sarung tangan
pada saat bekerja
Kaki dan tangan
lecet, jari tangan
kanan luka dan siku
tangan kanan lecet
3 hari
Juli
Radmunianto Sedang
melakukan
pengelasan
Sewaktu melakukan pengelasan, las jatuh dan
operator terkejut sehingga dengan tidak sadar
kaki menyentuh plat besi dan operator juga tidak
mengenakan alat safety seperti sepatu dan sarung
tangan.
Di bawah tumit kaki
sebelah kiri luka
robek
7 hari
Oktober
W.
Nainggolan
Sedang
memperbaiki
mesin
Sewaktu memperbaiki mesin tangan sebelah kiri
menyentuh roda gigi dan pada saat itu operator
tidak menggunakan sarung tangan
Telapak tangan dan
jari kelingking koyak
terkena roda gigi
4 hari
Irpan
Syahputra
Sedang
menggerinda besi
Pada saat mengerinda batu gerinda pecah dan
operator tidak menggunakan sarung tangan pada
saat menggerinda.
Jari kelingking
tangan sebelah kiri
koyak/robek
5 hari
Dame
Sedang
memindahkan
plat besi
Tali yang digunakan untuk mengangkat plat besi
putus dan operator tidak menggunakan sarung
tangan pada saat bekerja
Ibu jari kaki sebelah
kanan luka tertimpa
besi plat
5 hari
Novembe
r
O.
Situmorang
Sedang
melakukan
Sewaktu melakukan penggulungan mesin
operator tidak konsentrasi dan juga tidak
Tangan sebelah kiri
koyak tergulung roda
(4)
Rekapitulasi Kecelakaan Kerja yang Terjadi pada PT. Morawa Electric Transbuana Tahun 2007- 2010 (Lanjutan)
Tahun Bulan Nama
Operator
Kegiatan/ Aktivitas
Kerja Sebab Kecelakaan
Akibat Kecelakaan Kerja
Jumlah Hari yang Hilang
2007 Desember Irpan Syahputra Sedang menggerinda
besi
Sewaktu menggerinda tidak menggunakan sarung tangan dan kaca mata dan batu gerinda pecah dan terlempar ke arah pelipis mata.
Pelipis mata sebelah kanan luka robek
13 hari
H. Panjaitan Sedang melakukan
penggulungan kumparan (coil)
Sewaktu bekerja tidak konsentrasi dan alat safety yaitu sarung tangan yang digunakan tidak memenuhi standard.
Jari telunjuk tangan sebelah kiri koyak dan kuku telunjuk kiri luka dan tercabut terkena mesin.
7 hari
2008
April Dame Sedang melakukan
pengangkatan dan pemindahan plat besi
Tidak menggunakan sarung tangan pada saat bekerja dan tidak berhati-hati sewaktu menggunakan hoist crane (alat
pengangkat barang)
Jari tengah tangan sebelah kiri koyak
4 hari
Fajar Eko Mulyono
Sedang melakukan penggulungan core
Tidak menggunakan sarung tangan sewaktu bekerja dan pada saat bekerja kurang berhati-hati dan kurang konsentrasi
Tangan sebelah kanan koyak terkena core hingga dijahit
4 hari
Juni Budi Utomo Sedang melakukan
penggerindaan
Tidak menggunakan alat safety pada saat bekerja seperti kaca mata, helm dan sarung tangan
Mata sebelah kiri terkena beram gerinda dan mata iritasi
4 hari
September Sariyadi Sedang melakukan
penggulungan core
Pada saat melakukan penggulungan core sarung tangan yang digunakan operator terjepit mesin penggulung core
Jari tengah tangan kanan pecah terjepit mesin gulung core
5 hari
(5)
Rekapitulasi Kecelakaan Kerja yang Terjadi pada PT. Morawa Electric Transbuana Tahun 2007- 2010 (Lanjutan)
Tahun Bulan Nama
Operator
Kegiatan/ Aktivitas
Kerja Sebab Kecelakaan
Akibat Kecelakaan Kerja
Jumlah Hari yang
Hilang
2009
Januari Pransyah
Putra
Sedang menggerinda casing
Tidak menggunakan alat-alat safety pada saat bekerja seperti helm dan kaca mata dan pada saat menggerinda, batu gerinda pecah.
Mata kanan terkena beram besi sehingga mata merah dan berair
2 hari
Pransyah Putra
Sedang menggerinda plat besi
Tidak menggunakan helm dan kaca mata pada saat bekerja dan pada saat
menggerinda, batu gerinda pecah.
Mata sebelah kanan terkena kotoran besi sehingga mata merah dan luka
2 hari
Maret Parno Sedang melakukan
pengelasan
Pada saat melakukan pengelasan dudukan plat radiator jatuh dan operator tidak menggunakan sepatu
Telunjuk kaki sebelah kanan luka tertimpa plat radiator
6 hari
Satria Ananda
Sedang memindahkan plat besi
Tali untuk mengangkat plat terputus dan operator tidak menggunakan sepatu
Telunjuk kaki sebelah kiri luka tertimpa plat besi
4 hari
September Dame Sedang melakukan
pengisian minyak
Pada saat bekerja operator tidak menggunakan sarung tangan dan tidak berhati-hati
Jari telunjuk sebelah kanan luka terjepit mesin pompa
4 hari
Oktober Irpan
Syahputra
Sedang mengebor plat besi
Pada saat melakukan pengeboran plat, operator tidak menggunakan sarung tangan dan pada saat itu mata bor putus atau lepas.
Jari tangan kelingking kiri putus
12 hari
Desember M. Teguh
Rahmadan
Sedang menggerinda Tidak menggunakan alat-alat safety pada saat bekerja seperti helm dan kaca mata.
Mata sebelah kiri terkena kotoran besi plat sehingga mata merah dan iritasi
3 hari
(6)
Rekapitulasi Kecelakaan Kerja yang Terjadi pada PT. Morawa Electric Transbuana Tahun 2007- 2010 (Lanjutan)
Tahun Bulan Nama
Operator
Kegiatan/ Aktivitas
Kerja Sebab Kecelakaan Akibat Kecelakaan Kerja
Jumlah Hari yang
Hilang
2010
Januari Pransyah
Putra
Sedang menggerinda plat
Pada saat menggerinda operator tidak menggunakan alat-alat safety seperti helm dan kaca mata.
Mata sebelah kanan terkena beram besi sehingga mata merah dan luka.
4 hari
Februari Budi Utomo Sedang
memindahkan plat besi
Pada saat mengangkat plat, tali yang digunakan untuk mengangkat plat terputus dan pada saat bekerja operator tidak menggunakan sepatu
Jempol kaki sebelah kanan luka tertimpa plat besi
4 hari
Juni Pransyah
Putra
Sedang melakukan penggerindaan plat
Pada saat menggerinda plat, batu gerinda pecah dan telempar ke arah kaki operator
Tulang kering kaki sebelah kiri luka terkena batu gerinda
3 hari Eli Hasan
Panjaitan
Sedang melakukan pengeboran
Pada saat mengebor, tembaga yang sedang dibor berputar dan melukai tangan operator dan pada saat itu operator tidak
menggunakan sarung tangan
Luka pada tangan kanan bagian bawah, operator pingsan dan muntah-muntah
2 hari
Oktober Riki
Syahjianto
Sedang melakukan pengangkatan dan pemindahan barang
Operator kurang berhati-hati menggunakan hoist crane sehingga pengait terbentur wajah operator dan operator terjatuh
a.Keluhan patah tulang pipi sebelah kanan
b.Luka lecet pada bagian dada kanan bawah
c.Luka lecet pada bagian siku tangan dan lengan tangan kiri
15 hari
Desember Pardianto Sedang
memindahkan plat besi
Pada saat membuka ikatan plat, operator tidak menggunakan sarung tangan
Jempol jari tangan kanan terluka 4 hari