d. Pemeriksaan kesehatan awal secara berkala maupun khusus untuk mengetahui
kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya. e.
Tindakan teknis berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya.
f. Penggunaan alat pelindung diri misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga,
kaca mata dan sebagainya. g.
Bimbingan dan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
3.8. Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja.
Untuk membandingkan banyaknya kecelakaan pada suatu pabrik dengan pabrik lainnya dalam cabang industri yang sama, perlu diperhitungkan perbedaan-
perbedaan yang mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada kedua pabrik tersebut.
Tujuan pengukuran hasil usaha keselamatan kerja adalah membandingkan keadaan antara dua atau lebih masa kerja guna mengetahui sejauhmana
pencegahan kecelakaan dapat dilakukan. Standard pengukuran yang telah di setujui oleh International Labour Organization adalah untuk mengetahui tingkat
kekerapan atau frekuensi kecelakaan dan tingkat keparahanseverity rate. 1. Tingkat Frekuensi Kecelakaan
7
7
Blake, R.P. Industrial Safety, Third Edition. United State of America: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J, 1963. Hal 42
Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap sejuta jam kerja manusia, dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
Dimana : F = Tingkat frekuensi kecelakaan N = jumlah jam kerja seluruh karyawan pada suatu perusahaan dalam
periode waktu tertentu setelah dikurangi dengan jumlah hilangnya jam kerja karyawan yang disebabkan karena kecelakaan kerja, penyakit dan
lain sebagainya. Contoh
8
8
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995. Hal 14
: Suatu perusahaan dengan 500 tenaga kerja, yang kegiatannya 50 minggu
dengan 48 jam kerja setiap minggunya, mengalami 60 kali kecelakaan dalam setahun. Dikarenakan penyakit, kecelakaan dan sebab-sebab lain, tenaga kerja
tidak masuk kerja sebanyak 5 dari seluruh waktu kerja. Jadi besar jam-manusia seluruhnya sebelum dikurangi jam kerja yang
hilang adalah: = 500 orang x 50 minggu x 48 jam kerjaminggu
= 1.200.000 jam-manusia Waktu jam kerja yang hilang dari pekerja adalah = 5 x 1.200.000 jam-manusia
= 60.000 jam-manusia Jadi besarnya jam-manusia total
= 1.200.000 – 60.000 jam-manusia = 1.140.000 jam-manusia
Dengan perhitungan di atas dapat diketahui tingkat frekuensi kecelakaan kerja dengan perhitungan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berarti bahwa dalam setahun terjadi kira-kira 53 kecelakaan pada setiap 1.000.000 jam-manusia.
2. Tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja Blake, R.P, 1963:42 Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka beratnya
kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan.
Dimana : S = Tingkat severitykeparahan kecelakaan
Jumlah jam kerja yang hilang meliputi : a.
Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, dihitung berdasarkan tanggal termasuk hari libur selama pekerja tidak mampu bekerja.
b. Jumlah cacat total permanen dan kematian.
Contoh
9
9
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995. Hal 15
: Dari contoh yang ada pada tingkat frekuensi kecelakaan maka dapat
dihitung tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja dimana diketahui bahwa jumlah hari kerja yang hilang adalah 1.200 hari sebagai akibat dari 60 kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
hari Hal ini berarti, bahwa setiap tahun diperkirakan 1.053 hari hilangnya hari
kerja dalam 1.000.000 jam-manusia. 3. Nilai T-Selamat
Untuk membandingkan tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada masa lalu dan masa kini sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan pada unit
tersebut digunakan nilai T-Selamat yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana : Nts = Nilai T-Selamat tak berdimensi
F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini
N = Jumlah jam kerja karyawan. Penafsiran nilai Nts ini adalah :
1. Nilai Nts antara +2 sampai dengan -2, berarti tingkat frekuensi kecelakaan
kerja tidak menunjukan perubahan yang berarti pada masa kini. 2.
Nilai Nts diatas +2, artinya tingkat prestasi kecelakaan kerja pada masa kini mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu.
Universitas Sumatera Utara
3. Nilai Nts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi
kecelakaan kerja pada masa kini jika dibandingkan dengan masa lalu. Cara menafsirkan :
a. Nilai positif berarti keadaan memburuk.
b. Nilai negatif berarti keadaan membaik.
c. Nilai antara + 2,00 dan -2,00, tidak menunjukan keadaan
berartibermakna. d.
Nilai lebih besar dari + 2,00 berarti ada perubahan yang memburuk secara berartibermakna.
e. Nilai kurang dari – 2,00, menunjukan perbaikan secara berartibermakna.
3.9. Hubungan antara Produktivitas dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.