5.7. Kondisi Lingkungan dan Aktivitas Kerja pada Stasiun Kerja PT.
Morawa Electric Transbuana.
Berdasarkan jenis kecelakaan kerja yang pernah terjadi pada beberapa stasiun kerja akan diuraikan kondisi dari masing-masing stasiun kerja dengan
kegiatan atau aktivitas kerjanya sebagai berikut: 1.
Packing Stasiun kerja packing adalah tempat pembuatan kotak box untuk trafo yang
siap dikirim kepada pemesan. Pada stasiun kerja packing terdapat dua mesin potong yang digunakan untuk memotong kayu gelondongan ke dalam bentuk
dan ukuran yang dibutuhkan untuk pembuatan box trafo. Stasiun kerja packing juga digunakan sebagai tempat penumpukan kayu gelondongan yang
dipesan dari pemasok dan penumpukan kayu hasil potongan. Luas area kerja packing ini adalah 90 m
2
. Lingkungan kerja pada sekitar daerah packing cukup tertata dengan baik. Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada stasiun
kerja packing adalah pada saat operator melakukan pemindahan kayu hasil potongan dari mesin potong menuju tempat penumpukan dengan tidak
menggunakan alat bantu seperti forklift dan operator juga tidak menggunakan APD seperti sarung tangan. Operator yang bekerja terburu-buru dan kurang
hati-hati juga merupakan salah satu alasan terjadinya kecelakaan kerja pada stasiun kerja packing. Di bawah ini adalah gambar stasiun kerja packing.
Universitas Sumatera Utara
Packing
Kayu Gelondongan
Mesin Potong
Mobile
Area Penumpukan
Produk Jadi
Area Pemotongan
Kertas Isolasi
Mesin Potong Statis
Gambar 5.4. Layout Stasiun Kerja Packing
2. Bengkel
Bengkel merupakan tempat untuk membuat rangka atau casing trafo. Ada beberapa aktivitas kerja yang dilakukan pada stasiun kerja bengkel
diantaranya adalah pemotongan plat besi, pengelasan, penggerindaan, perbaikan mesin, pengeboran dan lain sebagainya. Kondisi lingkungan kerja
bengkel kurang tertata dengan baik, kondisi lantai yang licin karena tumpahan minyak dan air serta kondisi ruangan yang agak gelap karena kurang
pencahayaan dan didukung dengan dinding ruangan yang berwarna gelap sehingga membuat ruangan kerja menjadi tampak lebih sempit. Pada stasiun
kerja bengkel ditemukan berbagai jenis mesin diantaranya adalah mesin las,
Universitas Sumatera Utara
mesin gerinda, mesin potong, mesin bor dan lain sebagainya. Luas area bengkel adalah 160 m
2
. Dengan kondisi stasiun kerja bengkel yang banyak terdapat berbagai jenis mesin dapat dikatakan stasiun kerja bengkel sempit dan
kurang tertata sehingga mempengaruhi ruang gerak operator pada saat bekerja. Disamping itu kebersihan dan kenyamanan pada area bengkel juga masih
belum terjaga. Hal ini terlihat dari kotoran hasil penggerindaan, pengelasan dan plat besi sisa pemotongan ditumpukkan pada area kerja sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan operator pada saat bekerja. Dalam melakukan kegiatan seperti pengelasan, pengeboran,
pengerindaan, perbaikan mesin, pemotongan plat besi dan lain sebagainya, operator masih kurang memperhatikan penggunaan APD. Hal ini menjadi
salah satu alasan banyaknya terjadi kecelakaan kerja pada bengkel. Di samping itu operator tidak bekerja sesuai dengan prosedur dan bekerja sambil
bercanda, kurang hati-hati dan kurang berkonsentrasi juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada stasiun kerja bengkel. Stasiun kerja bengkel
juga merupakan stasiun kerja yang paling bising karena aktivitas kerja seperti penggerindaan dan pengelasan. Dari seluruh stasiun kerja yang ada pada PT.
Morawa Electric Transbuana stasiun kerja bengkel merupakan stasiun kerja yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja. Di bawah ini adalah gambar
stasiun kerja bengkel.
Universitas Sumatera Utara
Bengkel
Pemotongan Core Gudang
Bahan Baku
Penumpukan Plat Besi
Mesin Potong Pengelasan dan
Penggerindaan Pengelasan dan
Penggerindaan
Pengeboran
Gambar 5.5. Layout Stasiun Kerja Bengkel
3. Penggulungan Core
Stasiun kerja pengggulungan core adalah tempat untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong sesuai dengan ukuran-
ukuran yang telah ditetapkan. Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel digunakan mal yang terbuat dari besi dengan ukuran tertentu.
Penggulungan core dilakukan oleh dua operator atau lebih. Pada penggulungan core diperlukan ketelitian dalam mengerjakannya. Di samping
untuk menjaga kualitas dari trafo juga menghindari terjadinya kecelakaan pada saat bekerja karena permukaan bahan baku yang tajam. Operator pada
stasiun kerja penggulungan core juga masih kurang memperhatikan penggunaan APD untuk menjaga keselamatan pada saat bekerja. Sehingga
tidak jarang operator penggulungan core mengalami luka pada tangan karena terkena mesin penggulung atau permukaan bahan baku silicon steel yang
tajam. Kondisi lingkungan kerja pada stasiun ini cukup luas, namun agak
Universitas Sumatera Utara
gelap dan kondisi lantai licin dan berminyak karena terkena minyak pelumas. Luas area penggulungan core adalah 60 m
2
. Di bawah ini adalah gambar stasiun kerja penggulungan core.
Penggulungan Core
Pemotongan Core
Penggulungan Kumparan
Mesin Penggulung
Core Operator
Gambar 5.6. Layout Stasiun Kerja Penggulungan Core
4. Pengisian Minyak
Setelah trafo disatukan dengan rangka luar casing maka tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai
±
2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin cooling medium
dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki. Pengisian minyak dilakukan dengan menggunakan mesin
pompa. Operator yang bekerja pada bagian pengisian minyak juga masih
Universitas Sumatera Utara
kurang memperhatikan penggunaan APD dan kurang berhati-hati menggunakan mesin pompa sehingga pernah terjadi kecelakaan pada operator
pengisian minyak yaitu terjepit mesin pompa pada saat pompa sedang bekerja. Luas area kerja pengisian minyak adalah 90 m
2
dengan kodisi lingkungan kerja yang luas dan berdekatan dengan tempat persedian minyak, namun
kondisi lantai licin dan berminyak. Kondisi ini akan memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja pada operator. Di bawah ini adalah gambar stasiun kerja
pengisian minyak.
Pengisian Minyak
Drum Minyak
Kompresor Operator
Casing
Routine Test
Gambar 5.7. Layout Stasiun Kerja Pengisian Minyak
5. Penggulungan Kumparan
Inti trafo yang telah selesai melewati pengujian rugi-rugi inti kemudian dibawa ke penggulungan dengan menggunakan forklift. Sebelum
penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Pada stasiun
Universitas Sumatera Utara
kerja penggulungan kumparan terdapat beberapa mesin yang masing-masing dioperasikan oleh satu operator. Luas daerah penggulungan kumparan adalah
40 m
2
dengan lingkungan yang baik namun masih terdapat beberapa material atau bahan yang diletakkan kurang teratur. Untuk penerangan pada stasiun
kerja penggulungan kumparan dapat dikatakan baik karena stasiun kerja penggulungan kumparan berdekatan dengan ventilasi. Luas area kerja untuk
setiap operator dengan satu mesin sudah cukup luas dan membuat operator nyaman dan leluasa mengerjakan aktivitasnya. Untuk penggunaan APD oleh
operator belum dilakukan dengan baik, sehingga dengan kondisi ini memungkinkan terjadinya kecelakaan pada saat melakukan penggulungan
kumparan trafo. Di bawah ini adalah gambar stasiun kerja penggulungan kumparan.
Penggulungan Kumparan
Penumpukan Paper Wrapping
Koneksi Kumparan Pemotongan Kertas
Isolasi
Operator
Mesin Penggulung
Penumpukan Paper Wrapping
Gambar 5.8. Layout Stasiun Kerja Penggulungan Kumparan
Universitas Sumatera Utara
6. Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku adalah tempat persediaan plat besi yang digunakan dalam pembuatan casing trafo. Letak gudang bahan baku ini berdekatan dengan
stasiun kerja bengkel. Bahan baku yang datang dari pemasok kemudian disusun di gudang. Pemindahan dan penyusunan plat besi ke gudang
dilakukan dengan menggunakan hoist crane. Pada saat pemindahan dan pengangkatan plat besi dengan hoist crane digunakan tali pengikat. Namun
karena permukaan ujung dari plat besi tajam maka pada saat plat besi diangkat, plat besi dan tali mengalami pergesekan dan lama kelamaan tali
putus. Hal ini yang menyebabkan sering terjadinya kecelakaan pada operator bagian pemindahan bahan baku di gudang. Di samping itu operator juga
jarang menggunakan APD pada saat bekerja, khususnya sarung tangan dan sepatu sehingga tidak jarang terjadi luka pada tangan dan kaki karena tertimpa
dan terkena permukaan yang tajam dari plat besi . Luas gudang bahan baku adalah 150 m
2
, dengan kodisi yang baik dan tidak ditemukan kondisi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan kerja
gudang bahan baku. Di bawah ini adalah gambar stasiun kerja gudang bahan baku pada PT. Morawa Electric Transbuana.
Universitas Sumatera Utara
Power House
Gudang Bahan Baku
Kantor
Bengkel
Gambar 5.9. Layout Stasiun Kerja Gudang Bahan Baku
5.8. Analisis Kecelakaan Kerja dengan Fault Tree Analysis FTA