67
1.1.1 Pengenalan Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu Universitas negeri yang berlokasi di Medan, dan merupakan universitas negeri terbaik dan ternama yang ada
untuk Sumatera Utara. Dengan adanya penambahan mahasiswa setiap tahunnya dan untuk memfasilitasi seluruh mahasiswa dan tim pengajar dengan sebaik-
baiknya, wilayah USU kemudian dipindahkan ke daerah Kwala Bekala untuk mendapatkan kawasan yang lebih luas dan memungkinkan kegiatan keilmuan USU
yang sesuai dengan visi barunya yaitu menjadikan USU terlibat lebih banyak kedalam perindustrian dan penelitian.
Saat ini USU, berstatus BHMN. Dengan berubahnya status tersebut, maka USU menetapkan Agenda Transformasi USU 2004-2009 sebagai panduan dasar dalam
mengarahkan transformasi yang menginginkan terwujudnya USU-BHMN dengan Visi Universitas untuk Industri. Melalui visi ini diharapkan USU dapat memberikan
kesejahteraan kepada warga. USU juga turut serta berperan sebagai agent of
change dalam perubahan dan perkembangan masyarakat.
Untuk USU Kwala Bekala pengembangan kampus menggunakan strategi berdasarkan 4 tema pokok Depdikbud:
1. Perluasan dan pemerataan pendidikan
2. Relevansi pendidikan
3. Peningkatan mutu pendidikan
4. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan
Berdasarkan hal tersebut, USU berencana untuk membuka program studi baru, baik berupa penambahan fakultas maupun program S2 dan S3. Adapun rencana
penambahan program S2 yaitu di bidang: 1. Teknologi
2. Pertanian 3. Sastra
Linguistik 4. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
5. Pendidikan Dokter Spesialis FK dan FKG 6. Master of Hospital Administration FKM
7. Ekonomi
2
www.kwalabekala.usu.ac.id
Universitas Sumatera Utara
68
Sedangkan untuk program S3, USU berencana untuk memberikan penambahan untuk bidang:
1. Ilmu Kimia FMIPA 2. Ilmu
Pertanian 3. Ilmu
Ekonomi
1.1.2 Masalah Pertanian di Indonesia .
3
A. Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Konsumsi dan Keterbatasan Lahan BPS menghitung bahwa laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010
diperkirakan akan mencapai 1,3, 2011-2015 sebesar 1,18, dan 2025-2030 sebesar 0,82. Atau, menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BAPPENAS, tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 243 juta jiwa. Dengan konsumsi beras per kapita per tahun 139 kilogram, dibutuhkan beras 33,78
juta ton. Tahun 2006, konsumsi beras per tahun sekitar 30,03 juta ton Pada tahun 2030, kebutuhan beras untuk pangan akan mencapai 59 juta ton untuk jumlah
penduduk yang akan mencapai 425 jiwa dengan asumsi Prabowo, 2007. Departemen Kehutanan juga membuat ramalan mengenai kebutuhan konsumsi
dan untuk benih serta cadangan dan produksi terhadap 4 macam pangan terpenting yakni
beras, jagung, kedelai dan gula hingga 2012. Berdasarkan ramalan tersebut,
Indonesia akan kekurangan stok untuk semua jenis pangan tersebut untuk kebutuhan konsumsi setiap tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, atau untuk
3
Alih fungsi tanah pertanian menjadi tanah non pertanian , disusun oleh Lilis Nur Faizah, 2007
Gambar 1.3 Peta Kampus USU Kwala Bekala
Sumber: www.kwalabekala.usu.ac.id
Universitas Sumatera Utara
69
memperkuat ketahanan pangan di Indonesia, menurut Prabowo 2007, ada sejumlah skenario, diantaranya adalah bahwa pemerintah harus menggenjot
penambahan luas area panen dari yang sekarang sekitar 11,84 juta ha menjadi 22,95 juta ha, atau naik 11,11 juta ha dalam waktu 23 tahun. Ini berdasarkan asumsi
rata-rata produktivitas padi tetap, yaitu 4,61 ton per ha. Hal ini memang tidak mudah, mengingat bahwa sekarang rasio jumlah penduduk dibandingkan luas lahan sawah
sekitar 360 meter persegi per orang dan kecenderungannya terus menurun karena jumlah penduduk terus bertambah.
B. Alih Fungsi Konversi Lahan Pertanian Selain di Jawa, alih fungsi lahan sawah juga terjadi di luar Jawa, terutama di
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, dengan laju yang lebih pesat. Terutama Sumatera dan Sulawesi memang merupakan dua wilayah yang proses
pembangunan atau industrialisasi dan urbanisasi paling pesat di antara wilayah- wilayah di luar Jawa.
Masalah lahan pertanian akibat konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah serius akibat distribusi lahan yang timpang. Ini ditambah lagi dengan
pertumbuhan penduduk di perdesaan akan hanya menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri atau dengan lahan yang sangat kecil
yang tidak mungkin menghasilkan produksi yang optimal, akan semakin banyak. Lahan pertanian yang semakin terbatas juga akan menaikan harga jual atau sewa
lahan, sehingga hanya sedikit petani yang mampu membeli atau menyewanya, dan akibatnya, kepincangan dalam distribusi lahan tambah besar.
Studi dari McCulloh 2008 yang menggunakan data SUSENAS 2004, lebih dari 75 dari jumlah
rumah tangga di Indonesia tidak menguasai lahan sawah
Universitas Sumatera Utara
70
C. Menurunnya Kesuburan Lahan Hal lainnya menyangkut lahan adalah mengenai kesuburan lahan. Prabowo
2007 melihat bahwa masalah kesuburan atau kejenuhan tingkat produktivitas lahan levelling off
pertanian di Indonesia semakin serius. Ada suatu korelasi positif antara tingkat kesuburan lahan dan tingkat produktivitas pertanian. Data menunjukkan
bahwa tingkat produktivitas atau pertumbuhannya terus menurun. Produksi beras nasional selama 1950-1959 rata-rata mencapai 3,7 per tahun, 1960-1969 4,6,
1970-1979 3,6, dan 1980-1990 mencapai rata-rata 4,3. Selama tahun 1991-2000 pertumbuhannya tercatat hanya 1,4, dan dalam 6 tahun terakhir pertumbuhan rata-
rata hanya 1,5. Jadi, menurutnya, sejak tahun 1992 telah terjadi gejala levelling off
produksi padi dengan kenaikan rata-rata produksi hanya 1,4. ”Kondisi ini disebabkan terkurasnya tingkat kesuburan lahan”. Sedengkan, menurut Sundu
2008, “lahan subur di Indonesia menyusut 2,5 ha per jam dengan
penambahan penduduk 4 orang per menit, dibandingkan di dunia 8 ha per jam dengan penambahan penduduk 24 orang per menit.”
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN