Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Prasekolah

 Fasilitas anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.  Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan anda atau anggota keluarga yang lain. Menurut Sutomo 2010 kebutuhan gizi anak usia 4-6 tahun sangat tinggi karena kemampuan motorik mereka sudah meningkat tajam. Mereka sudah sering berlarian kesana kemari, memanjat, bermain dengan teman-teman sehingga kebutuhan energy dan asupan gizi lain lebih tinggi. Pertumbuhan anak prasekolah sudah tidak pesat lagi.Namun anak lebih rentan terhadap anemia, kekurangan vitamin A, dan kekurangan kalori protein.Fungsi pencernaannya memang telah berkembang baik, tapi pemilihan makanan tetap harus yang mudah dicerna. Anak prasekolah adalah konsumen aktif.Mereka telah dapat memilih jenis makanan yang dikonsumsi.Menu makan mereka adalah menu makan keluarga, artinya mereka telah dapat mengkonsumsi makanan yang diperuntukkan untuk seluruh keluarga.Tentunya tetap yang tidak boleh merangsang lambung, seperti pedas dan asam Santoso, 2004. Anak usia ini juga telah mengenalarti jajanan. Disini orang tua dituntut untuk lebih selektif memilih jajanan bagi mereka.Anak boleh diberikan jajanan atau kudapan, namun kudapan yang sehat. Sayangnya, kadang-kadang pengawasan orangtua bisa lalai, saat anak berada diluar pemantauan seperti di sekolah atau taman bermain. Jajanan yang berada di luar sekolah sering tidak sehat dari segi higienis, baik dari pengelolaan, bahan pangan, serta sering tidak memperhatikan kandungan gizi. Batasi kebiasaan anak untuk jajan di sekolah, dengan cara biasakan anak untuk sarapan pagi supaya anak tidak merasa lapar di sekolah. Sarapan pagi sangat baik buat anak karena dapat mencegah hipoglikemi sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran baik di sekolah Santoso, 2004. Buatkan bekal yang sehat untuk dibawa anak ke sekolah, baik berupa makanan maupun minuman.Menu makanan bekal sebaiknya berupa menu yang praktis, menarik, namun juga memenuhi semua unsur gizi.Seperti nasi goring ayam dan sayuran, sandwich ikan dengan sayuran, atau roti gulung isi daging dan sayuran.Untuk minuman bisa berupa air mineral atau jus buah Soenardi, 2000. Kecenderungan anak-anak untuk jajan sangat kuat di usia ini. Masalahnya jajanan yang dibeli anak dapat mengganggu kesehatan dan mengandung unsur gizi yang tidak lengkap, seperti dominan manis atau berlemak tinggi. Bahaya lain di dalam makanan jajanan anak adalah kandungan bahan kimianya. Makanan jajanan anak biasanya sengaja dibuat produsen makanan dengan warna yang mencolok dan rasa yang gurih, lezat atau manis. Anak-anak memang suka dengan warna-warna makanan yang menarik, namun yang terkandung di dalam pewarna makanan adalah bahan kimia, belum lagi jika pewarna yang digunakan adalah pewarna tekstil, karena alasan biaya produksi.Makanan di dalam kemasan umumnya juga ditambahkan pengawet dan penguat rasa monosodium glutamate Soenardi, 2000. Bahan-bahan food additive di dalam makanan jajanan bisa mengganggu kesehatan balita bahkan beresiko menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam janga panjang.Ini karena sifat food additive seperti pewarna, pengawet, dan penguat rasa ini bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Jalan keluar yang lebih sehat, tentu dengan membekali anak dengan makanan bekal yang dapat dikontrol nilai gizi dan kebersihannya Soenardi, 2000. Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup dan bergizi, artinya makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan : a Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang berkembang pesat. b Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai sumber energi. c Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat pembangun terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi kecerdasan walaupun tidak secara signifikan.

2.3 Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI 2005, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil masyarakat atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga merupakan tempat paling awal bagi balita dalam menerima pendidikan paling awal.Karena lingkungan ini balita menghabiskan waktunya.Anak seusia ini komunikasinya masih dominan dengan keluarga. Pertumbuhan anak dimasa balita merupakan pondasi bagi perkembangannya dimasa mendatang, maka disinilah peran keluarga dalam membangun dan membunuh kembangkan kepribadian dan perkembangan jiwa anak. Lingkungan sosial yang pertama dikenal anak ialah dalam keluarga. Dalam hal ini orangtua adalah orang terpenting bagi anak disamping saudara, kakek, nenek pembantu serta teman-teman sepermainan. Itu sebabnya segala sesuatu yang dialami dan diajarkan kepada keluarga menjadi dasar bagi pembentukan anak. Secara naluriah setiap orangtua pasti akan melindungi anaknya, terlebih apabila anak masih dalam usia balita dan dianggap masih belum mandiri dan belum memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika seorang balita yang seharusnya masih tergantung dengan pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia. Dengan logika sederhana seharusnya dengan bertambah usia, anak akan tumbuh semakin kuat dan mandiri serta semakin jauh dari masalah gizi dan kesehatan pada umunya Kusnandi, 2008.

2.4 Konsep Perilaku

2.4.1 Definisi Perilaku

Menurut Notoadmodjo 2007 perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar Skiner, 1983 dalam Notoadmodjo, 2007. Berdasarkan pengertian tersebut Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu: a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan olehrangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Misalnya cahaya terangmenyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih. b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul danberkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Misalnya apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:  Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.  Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain Notoatmodjo, 2010.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang organisme terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blumm 1986, menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetikhereditas, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku Notoadmodjo, 2007. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo 2007, menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok adalah:  Faktor mempermudah predisposing Factor yaitu faktor pertama yang mempengaruhi untuk berperilaku yang mencakup karakteristik individu, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, persepsi, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.  Faktor pendukung enabling factor yaitu faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas masyarakat atau pemerintah dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan.  Faktor pendorong reinforcement factor yaitu faktor yang memperkuatmendorong perubahan tingkah laku, kaitanya dengan kesehatan, meliputi dukungan keluarga suami, orang tua, keluarga, tokoh masyarakat dan lainnya.

2.4.3 Domain Perilaku Kesehatan

Menurut Notoadmodjo 2010, perilaku kesehatan adalah sesuatu respon organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan