mengorbankan bawahannya sendiri demi menyelamatkan kedudukannya. Padahal, seorang atasan seharusnya dapat mengayomi dan menjadi contoh yang baik bagi
bawahannya, bukan malah mengorbankan bawahan demi kepentingan pribadi. Sistem senioritas yang berbelit-belit yang tidak sesuai dengan pekerjaan
medis ditambah prilaku atasan yang tidak bermoral menjadi penyebab terjadinya kekacauan dalam hubungan interaksi sosial para tokoh, sehingga memicu lahirnya
konflik, terutama konflik sosial yang berujung pada pelanggaran etika moral yang berlaku di Jepang. Konflik tersebut akan dianalisis sesuai dengan fakta-fakta yang
terdapat di dalam cerita komik Team Medical Dragon ini. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah hubungan manusia menurut etika moral di Jepang? 2.
Bagaimanakah konflik sosial yang dialami oleh para tokoh dalam komik Team Medical Dragon?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar masalah penelitian tidak terlalu meluas dan berkembang jauh, diperlukan adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ialah usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti Husaini Usman dan Purnomo Setiady, 2009 : 24. Batasan masalah ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitiann dan faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah
penelitian. Di samping itu juga berfungsi untuk memperjelas fokus penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka penelitian ini akan dibatasi hanya pada konflik sosial yang dialami tokoh cerita dalam komik Team Medical Dragon
karya Nagai Akira dan Nogizaka Tarou volume 1-10. Adapun tokoh dalam komik ini berjumlah lima belas orang. Namun dalam analisis ini, penulis hanya
membatasi kepada delapan tokoh saja, sebab kedelapan tokoh inilah yang mendominasi konflik didalam cerita tersebut. Untuk mendukung pembahasan
akan dikemukakan juga mengenai teori sosiologi konflik klasik.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1 Tinjauan Pustaka
Manusia merupakan makhluk sosial. Di dalam kehidupannya, manusia akan selalu membutuhkan bantuan manusia lain. Adanya dorongan rasa saling
membutuhkan ini mendorong terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2006 : 55
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok–kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia. Agar hubungan interaksi sosial manusia dapat berjalan dengan baik, diperlukan aturan-aturan moral dan etika
yang akan menjaga keberlangsungan tatanan sosial yang baik. Suseno dalam Situmorang 1995 : 2 mengatakan bahwa moral adalah
suatu pengukur apa yang baik dan apa yang buruk dalam kehidupan suatu masyarakat, sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang
digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Pandangan tentang moral dan etika
Universitas Sumatera Utara
khususnya bagi bangsa Jepang merupakan hasil dari percampuran antara agama yang berakar kuat dan budaya yang berlangsung sejak dahulu.
Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah
terkait dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan terhadap kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara
atasan-bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di sekolah, atau bisa juga hubungan antara orangtua-anak. Sistem vertikal dan
patriakal ini pada dasarnya masih tetap berakar dalam masyarakat Jepang karena Jepang belum sampai satu setengah abad terlepas dari sistem feudal masa
lampaunya http:www.id.emb-japan.go.jpaj306_01.html. Hubungan atas-bawah bangsa Jepang ini sebagian besar mendapat
pengaruh dari ajaran Konfusius. Ajaran tersebut yaitu wu-lun 5 hubungan manusia; 1 hubungan pimpinan dan bawahan, 2 hubungan suami dan istri, 3
hubungan orangtua dan anak, 4 hubungan kakak dan adik, dan 5 hubungan kawan dan sahabat http:id.wikipedia.orgwikiAgama_Khonghucu.
Ada pula pemikiran gorin 5 etika tentang kesadaran yaitu pengabdian pengikut terhadap tuan, pengabdian anak terhadap ayah, pengabdian adik laki-laki
terhadap kakak laki-laki, pengabdian istri terhadap suami, dan hubungan orang sederajat Watsuji dalam Situmorang, 1995: 44.
Secara garis besar dijelaskan bahwa mereka yang secara sosial lebih tinggi kedudukannya merasa terpanggil atau bahkan berkewajiban untuk melindungi
atau mengurus orang-orang yang berkedudukan di bawahnya, baik untuk urusan sosial maupun pribadi. Di lain pihak, orang-orang yang kedudukannya lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat, kesetiaan. Perasaan demikian disebut on rasa utang budi. Orang-orang yang
tidak mempedulikan on kurang disukai dalam masyarakat karena dianggap kurang bermoral.
Kemudian ada pula istilah giri yang dapat dapat diterjemahkan kira-kira sebagai kewajiban moral dari orang-orang yang merasa menanggung on terhadap
orang-orang tertentu. Contoh nyata dari ungkapan rasa on yang diwujudkan dalam pemberian yang bersifat giri kewajiban secara moral adalah antara lain
pemberian hadiah akhir tahun atau tengah tahun dari orangtua murid kepada guru. Jika etika moral tersebut tidak dijalankan dengan sepantasnya, maka akan
menyebabkan terganggunya interaksi sosial yang berdampak pada kekacauan dalam tatanan sosial. Lambat laun hal tersebut akan memicu timbulnya konflik,
terutama konflik sosial. Menurut Lewis A. Coser dalam Ahmadi 2007: 281 berpendapat bahwa
konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan,
mencederai atau melenyapkan lawan. Sementara menurut Gillin dan Gillin dalam Ahmadi 2007: 282 melihat konflik sebagai bagian dari sebuah proses interaksi
manusia yang saling berlawanan. Bentuk-bentuk konflik antara lain konflik sosial dan konflik politik.
Konflik sosial pertentangan sosial merupakan salah satu bentuk proses sosial yang diasosiatif selain persaingan competition dan kontraversi
contravention akibat adanya perbedaan-perbedaan tertentu dalam masyarakat maupun pribadi, seperti akibat perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa, adat
Universitas Sumatera Utara
istiadat, golongan politik, pandangan hidup, profesi, dan budaya lainnya Ahmadi, 2007 : 291.
2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis komik Team Medical Dragon. Namun wilayah sosiologi
sastra sangat luas. Wellek dan Warren 1993:111 membagi telaah sosiologis
menjadi tiga klasifikasi yaitu;
1. Sosiologi Pengarang: yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial,
ideologi politik dll, yang menyangkut diri pengarang. 2.
Sosiologi karya Sastra: yakni yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra apa yang tersirat dalam suatu karya sastra dan tujuan atau
amanat yang hendak ingin disampaikan. 3.
Sosiologi Sastra: yakni mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Sedangkan Umar Junus dalam http:sastrasantri.wordpress.com20090127 sosiologi-sastra
1. Karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio-budaya.
mengemukakan bahwa yang menjadi pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah sebagai berikut :
2. Penelitian mengenai pengasilan dan pemasaran karya sastra.
3. Penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya sastra
seorang penulis tertentu dan apa sebabnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya
pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa dan pendekatan Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas.
5. Pendekatan strukturalisme genetik dari Goldman, dan
6. Pendekatan Devignaud yang melihat mekanisme universal dari seni
termasuk sastra. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yang keempat,
yakni pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra. Sedangkan untuk menganalisis konflik digunakan teori konflik khususnya
teori sosiologi konflik klasik, yang terdiri dari konflik kelompok dan kelas, konflik dan stratifikasi sosial, kesadarn kolektif dan gerakan sosial, dan sosialisasi
dan konflik ilmiah.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian