Analisis Konflik Sosial Para Tokoh Dalam Komik Team Medical Dragon Konflik Sosial yang Dialami oleh Tokoh Ryutaro Asada Cuplikan 1

masa lalu yang kelam, serta Dr. Arase; dokter mata duitan yang juga memiliki masa lalu yang kelam. Ulah Ryutaro tersebut membuat Dr. Akira harus berkali- kali mendapat teguran dari Professor. Di lain pihak, ulah Ryutaro tersebut juga menjadi batu sandungan bagi Dr. Akira untuk mendapatkan rekomendasi sebagai calon profesor berikutnya. Prof. Takeo yang pada awalnya berjanji untuk merekomendasikan Dr. Akira, ternyata membatalkan niatnya tersebut secara sepihak. Selain karena rasa tidak sukanya terhadap Ryutaro, ia pun ingin menyingkirkan Dr. Akira yang dianggapnya hanya akan menjadi pengahalang baginya untuk meraih semua ambisinya. Prof Takeo tidak akan segan-segan untuk menyingkirkan siapa saja yang dianggapnya akan menghalangi rencananya. Ryutaro bersama anggota tim Batista lainnya yang mengetahui permainan licik Prof. Takeo, secara diam-diam telah mengatur rencana untuk melakukan reformasi pemilihan profesor. Mereka pun mulai menyusun strategi. Namun, rencana mereka dapat dicium oleh Prof. Takeo. Perang dingin pun tak dapat dihindari. Masing-masing pihak berusaha untuk menjatuhkan.

3.2 Analisis Konflik Sosial Para Tokoh Dalam Komik Team Medical Dragon

a. Konflik Sosial yang Dialami oleh Tokoh Ryutaro Asada Cuplikan 1

Ryutaro mengambil alih operasi pasien bedah jantung yang sebelumnya telah dinyatakan tidak tertolong oleh Dr. Kihara, tanpa seijin Dr. Kihara selaku pemimpin bedah. Hal tersebut menimbulkan kemarahan Dr. Kihara terhadap Ryutaro. Universitas Sumatera Utara Kihara : “Jangan seenaknya ……. Kau berniat menentang keputusan dokter pemimpin dokter pemimpin bedah, hehh” Ryutaro : mengacuhkan Dr. kihara dan tetap melanjutkan operasi Vol 1, karte 1 Analisis Cuplikan di atas menunjukkan adanya konflik antara tokoh Ryutaro dan Dr. Kihara. Konflik disebabkan karena Dr. Kihara selaku atasan merasa tersinggung atas tindakan Ryutaro yang menentang keputusannya dan tanpa izin telah mengambil alih operasi pasien miliknya. Seharusnya Ryutaro menghormati atasannya dengan cara meminta izin terlebih dahulu, namun hal tersebut tidak dilakukannya. Ia bahkan mengacuhkan Dr. Kihara dan tetap melanjutkan operasi tersebut. Prilaku Ryutaro yang demikian mengindikasikan adanya penentangan dan dianggap sebagai sebuah penghinaan terhadap atasannya. Hal inilah yang kemudian menyulut kemarahan Dr. Kihara. Prilaku yang ditunjukkan oleh Ryutaro sangat bertentangan dengan etika moral di Jepang. Menurut prinsip gorin, seorang bawahan berkewajiban untuk menghormati atasannya. Begitu pula dengan ajaran wu-lun. Namun, tindakan yang ditunjukkan oleh tokoh Ryutaro merupakan suatu hal yang bertentangan. Ia tidak mau menghormati bahkan menentang keputusan atasannya sendiri. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 2 Ryutaro menolak untuk menggunakan pacemaker yang direkomendasikan oleh profesor sebab alat tersebut dapat membahayakan nyawa pasien. Ryutaro bahkan menginjak alat tersebut hingga hancur. Tindakan penentangan tersebut membuat Dr. Kihara marah besar. Kihara : “Kamu paham kan? Menginjak itu sama dengan menginjak profesor” Ryutaro : sambil tersenyum mengejek“kalau begitu, profesor yang ada di bawah kakiku ini, sudah gepeng, dong??? Vol 2, karte 12 Analisis Berdasarkan cuplikan di atas kembali terlihat adanya konflik pertentangan antara Ryutaro dengan Dr. Kihara. Tokoh Ryutaro lagi-lagi melakukan penentangan, dilihat melalui cara Ryutaro yang tidak mau memakai alat yang direkomendasikan atasannya dan menginjak alat tersebut hingga hancur. Tetapi, hal tersebut dilakukannya demi menyelamatkan nyawa pasien. Walaupun alasan Ryutaro baik, namun tindakan penentangan disertai perbuatan menginjak tersebut merupakan suatu perbuatan yang tidak beretika sekaligus penghinaan terhadap atasan. Sehingga menimbulkan kemarahan Dr. Kihara selaku atasannya. Tetapi jika dilihat dari cuplikan di atas, apa yang dilakukan oleh Dr. Kihara yaitu memaksakan alat yang berbahaya kepada pasien juga merupakan suatu tindakan yang tidak bermoral. Seharusnya sebagai atasan yang baik, Dr. Kihara dapat memberikan contoh kepada bawahannya untuk selalu mendahulukan kepentingan Universitas Sumatera Utara pasien. Tetapi yang dilakukan atasannya tersebut justru mengorbankan nyawa pasien hanya demi kepentingan pribadi. Tindakan yang dilakukan baik oleh Ryutaro maupun Dr. Kihara tersebut mencerminkan tidak dijalankannya etika moral yang berlaku dengan baik. Pemikiran gorin yang mengatur tentang 5 etika kesadaran dalam hubungan manusia terutama hubungan antara atasan dan bawahan menjelaskan bahwa masing-masing pihak harus memahami peran dan fungsinya masing-masing serta menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan peranannya tersebut. Seorang atasan berkewajiban untuk melindungi atau mengurus orang-orang yang berkedudukan di bawahnya. Di lain pihak, seorang bawahan merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat dan kesetiaan. Apabila hal tersebut dipatuhi, maka akan tercipta hubungan interaksi yang baik Namun pada cuplikan di atas yang terjadi justru sebaliknya, dimana atasan mengorbankan bawahan demi kepentingan pribadi, sedangkan bawahan menentang bahkan melakukan penghinaan terhadap atasannya. Sehingga konflik tidak dapat dielakkan. Cuplikan 3 Ryutaro merasa muak melihat sikap atasannya yaitu Prof. Takeo. Demi menyelematkan dirinya sendiri, Prof. Takeo yang licik tega memfitnah bawahannya sendiri yaitu Dr. Oki atas kesalahan yang dilakukan oleh Prof. Takeo. Ulah atasannya tersebut membuat Ryutaro marah. Universitas Sumatera Utara Ryutaro : “Seperti kadal yang memotong ekornya sendiri. Dasar tua bangka sialan” Vol 2, karte 13 Analisis Cuplikan di atas menunjukkan konflik antara Ryutaro dan atasannya, Prof Takeo, yang semakin meruncing. Ulah Prof Takeo yang tega memfitnah bawahannya sendiri demi keselamatan pribadi membuat Ryutaro semakin membenci atasannya tersebut. Rasa benci tersebut membuat tokoh Ryutaro kehilangan rasa hormat terhadap atasannya, antara lain terlihat dari cara Ryutaro memanggil atasannya tersebut dengan sebutan tua bangka sialan Cara Ryutaro memanggil atasannya tersebut sangat bertentangan dengan etika moral yang berlaku di Jepang, terutama pemikiran gorin. Prinsip gorin mengajarkan etika yang harus dilakukan seorang bawahan terhadap atasannya, termasuk etika dalam memanggil atasan. Seorang bawahan harus menyebut nama atasannya dengan sopan dan disertai sikap membungkukkan badan. Dalam ajaran wu-lun pun diajarkan bagaimana seorang bawahan harus menghormati atasan termasuk menyebut nama atasannya dengan sopan. Namun apa yang dilakukan tokoh Ryutaro justru sebaliknya. Ia telah berlaku tidak sopan dan tidak menghormati atasannya dengan menyebut atasannya tersebut sebagai tua bangka. . Secara etika, ucapan tersebut sangat tidak sopan apabila ditujukan kepada seorang atasan. Di lain pihak, tindakan Prof Takeo yang tega mengorbankan bawahannya demi keselamatan pribadi juga merupakan perbuatan yang tidak bermoral. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 4 Pada saat operasi, Ryutaro menyuruh perawat Miki untuk melakukan pengambilan graft demi menyelamatkan nyawa pasien. Namun tindakan yang melanggar aturan medis tersebut ditentang oleh banyak orang, termasuk profesor Takeo yang saat itu turut menyaksikan jalannya operasi. Ia langsung menyuruh mereka untuk menghentikan Ryutaro. Profesor : “Ngapain aja kalian Cepat hentikaaan Biar harus pakai cara kasar, hentikan dia Mengerti” Namun Ryutaro tidak memperdulikan perintah atasannya tersebut dan tetap melanjutkan operasi. Hal tersebut membuat Profesor Takeo marah besar Vol. 5 Karte 33 Analisis Pada cuplikan di atas konflik sosial kembali terjadi antara tokoh Ryutaro dengan atasan dan sesama rekan kerjanya. Tindakan tokoh Ryutaro yang menyuruh perawat untuk melakukan pengambilan graft dan tidak menghiraukan larangan atasannya merupakan indeksikal terjadinya penentangan. Penentangan tersebut menyulut kemarahan atasan dan teman-teman Ryutaro yang turut mendapat imbas dari perbuatannya tersebut. Hubungan manusia yang diatur dalam pemikiran gorin dan juga ajaran wu-lun mengharuskan agar mereka yang memiliki status sosial lebih tinggi untuk mengayomi mereka yang memiliki status sosial lebih rendah, begitupun sebaliknya. Seorang bawahan merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat dan kesetiaan. Universitas Sumatera Utara Sebagai bawahan, penentangan tokoh Ryutaro terhadap atasannya merupakan suatu hal yang bertentangan dengan etika moral. Namun, sebagai seorang dokter yang memiliki status sosial lebih tinggi dari pada pasien, Ryutaro berkewajiban untuk melindungi dan selalu mengutamakan nyawa pasien. Oleh karena itu, tindakan Ryutaro tidak dapat sepenuhnya dikatakan bertentangan dengan etika moral di Jepang.

b. Konflik Sosial yang Dialami Tokoh Dr. Akira Satou Cuplikan 5