Konflik Sosial yang Dialami Tokoh Prof. Takeo Cuplikan 15

Dengan begitu, Ryutaro tidak akan mendapatkan suara pada saat pemilihan profesor dan ia akan segera dipecat. Inilah yang diharapkan Dr. Kihara. Tindakan Dr. Kihara yang menggunakan segala cara untuk menjatuhkan musuhnya tersebut merupakan suatu tindakan yang tidak buruk dan tidak bermoral. Tindakan Dr. Kihara di atas juga bertentangan dengan etika moral di Jepang. Prilaku Dr. Kihara yang suka menjelek-jelekkan orang lain dengan niat menjatuhkan tidak sesuai dengan pemikiran gorin yang merupakan landasan moral masyarakat Jepang.

h. Konflik Sosial yang Dialami Tokoh Prof. Takeo Cuplikan 15

Dr. Akira secara tidak langsung berusaha mengancam Prof Takeo agar tidak menghentikan Batista. Hal ini menimbulkan kemarahan Prof Takeo. Prof Takeo : Dasar gadis kecil ituu Mau coba mengancamku? Kau pikir anjing peliharaan bisa menggigit tangan majikannya, heh?.....Kau tak akan bisa kabur dari penjara rumah sakit ini, tahu. Kebebasan yang selamanya tetap dibatasijangan lupakan rantai yang ada di lehermu itu, Akira Vol. 5 Karte 35 Analisis Berdasarkan cuplikan di atas dapat kita lihat adanya konflik antara Prof. Takeo dengan Akira. Prof. Takeo marah karena Akira selaku bawahannya telah berani mengancamnya. Saking marahnya, prof. Takeo sampai mengatai Akira sebagai anjing peliharaan yang menggigit tangan majikannya. Ucapan prof. Takeo yang Universitas Sumatera Utara menyamakan Akira dengan hewan tersebut menunjukkan bahwa prof. Takeo adalah seorang yang tidak bermoral dan atasan yang tidak dapat menghargai bawahan. Ucapan tokoh prof. Takeo tersebut tidak sesuai dengan etika moral di Jepang. Prof. Takeo tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai atasan yang baik, sesuai dengan yang diajarkan dalam pemikiran gorin dimana seorang atasan yang baik harus bisa mengayomi dan melindungi bawahannya. Ia juga harus memperlakukan bawahan dengan baik dan layak. Cuplikan 16 Prof. Takeo berusaha menjatuhkan Akira dengan segala macam cara. Salah satunya dengan cara menjatuhkan nama baik Akira pada saat rapat dewan profesor. Prof. Takeo yang licik memanfaatkan operasi Batista yang tengah dilakukan Dr. Akira cs terhadap seorang bayi berumur sembilan bulan untuk memfitnahnya. Prof. Takeo : “.............masa’ sampai memanfaatkan nyawa sekecil itu demi ambisi pribadi Aku hanya bisa bilang kalau dia dikuasai sifat haus kekuasaan. Apakah baik apabila kita menyetujui rencana reformasi yang dibentuk karena pencetusnya ingin jadi profesor?” Vol. 10 Karte 76 Analisis Pada cuplikan di atas dapat kita lihat bahwa konflik antara prof. Takeo dan Akira semakin meruncing. Prof. Takeo berusaha untuk menjatuhkan Akira dengan segala macam cara, termasuk memfitnah bawahannya tersebut. Tindakannya tersebut menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang yang tidak bermoral. Ia tidak Universitas Sumatera Utara dapat menjalankan perannya sebagai atasan yang baik yang seharusnya mengayomi bawahannya. Tindakannya tersebut juga menunjukkan betapa dirinya sangat berambisi akan kekuasaan dan rela melakukan berbagai cara termasuk cara yang licik sekalipun untuk mencapai tujuannya. Prilaku yang ditunjukkan oleh tokoh prof. Takeo sangat bertentangan dengan etika moral di Jepang. Dalam hubungan antara atasan-bawahan yang terdapat dalam pemikiran gorin, seorang atasan berkewajiban untuk mengayomi dan melindungi bawahannya. Selain itu, seorang atasan juga tidak boleh melakukan penyelewengan demi nafsu yang besar. Tetapi tindakan prof. Takeo yang memfitnah bawahannya demi ambisi pribadi jelas bertentangan dengan pemikiran gorin tersebut. Tetapi jika dari ambisi prof. Takeo untuk meraih kekuasaan dan kedudukan yang lebih tinggi, hal ini sesuai dengan teori koflik sosial Max Weber, yang mengatakan bahwa setiap individu yang berada pada level kedudukan tertentu akan berusaha untuk mencapai level kedudukan yang lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan