6
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
Kridalaksana, 1984:106.
2.1.1 Kode
Menurut Kridalaksana 1984:102 kode merupakan lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, bahasa manusia
adalah sejenis bahasa kode. Kode adalah sistem bahasa dalam suatu masyarakat. Kode juga dapat berarti variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan kode adalah lambang ungkapan yang digunakan dalam suatu masyarakat untuk menggambarkan makna tertentu suatu bahasa.
2.1.2 Campur Kode
Campur kode adalah penggunaan bahasa dengan mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu.
Misalnya, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia dengan menyisipkan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa tersebut. Penggunaan bahasa seperti ini
dapat dikatakan campur kode. Thelender dalam Chaer dan Agustina, 2010:115 mencoba menjelaskan
perbedaan alih kode dengan campur kode. Menurutnya, bila suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka
7
peristiwa tersebut disebut alih kode. Namun apabila suatu peristiwa tutur, klausa- klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran
hybrid clauses, hybrid phrases
, dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur
kode.
2.1.3 Sinetron
Sinetron merupakan film yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi KBBI, 2008:1312. Sinetron berasal dari singkatan
sinema elektronik. Sinetron di Indonesia mengalami perkembangan, baik yang bertema percintaan, misteri, fantasi, supranatural, dan sebagainya. Hampir semua
stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, MNCTV dan sebagainya menayangkan sinetron..
Tayangan-tayangan sinetron ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku penontonnya sehingga tayangan sinetron seharusnya berisikan motivasi yang baik
dan pengetahuan. Namun seiring perkembangan zaman, sinetron di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan karena terdapat beberapa unsur yang
dikhawatirkan dapat merusak tingkah laku dan bahasa. Contohnya, sinetron
Ganteng-ganteng Serigala,
sinetron
Diam-diam Suka,
sinetron
Emak Ijah P engen ke Mekah
menggunakan satu bahasa yang disisipi istilah dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penggunaan bahasa seperti ini dalam sinetron biasa
dilakukan untuk menaikkan minat penonton terhadap sinetron tersebut.
8
2.2 Landasan Teori