Pengertian Dampak Kerangka Pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dampak

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik social, ekonomi, fisik, kimia maupun biologi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang, benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak dapat bersifat positif dan negatif serta dampak langsung dan tidak langsung. Sifat positif dan negatif identik dengan baik dan buruk. Baik dan buruk tidaklah mutlak. Dunia fana ini suatu hal selalu mengandung sifat baik dan buruk. Kadar baik dan buruk suatu hal tergantung pada sudut pandang, Sudut pandang itu menentukan tolok ukut yang dipakai untuk menilai hal tersebut. Banyak faktor memperngaruhi penentuan apakah dampai itu baik positif atau buruk negatif. Salah satu faktor penting dalam penentuan itu adalah apakah seseorang diuntungkan atau dirugikan oleh sebuah aktifitas. Universitas Sumatera Utara

2.2 Persampahan

2.2.1 Pengertian Sampah

Sebagaimana biasanya, lingkungan padat atau litosfir inipun digunakan orang untuk membuang sampah yang bersifat padat. Selain itu saat ini tanah juga digunakan untuk membuang sampah berbahaya yang cair maupun padat. Sampah yang dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk terutama dari zat-zat organic seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain lain., sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastic, kertas, karet, logam atau pun abu, bahan bangunan bekas dan lain-lain. Kotoran manusia, sekalipun padat tidak termasuk kedalam defenisi sampah ini, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar. Atas defenisi tersebut, maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut : a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya, b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastic, karet, gelas, logam dan lainnya, c. Sampah yang berupa debuabu dan d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah- sampah berasalkan industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisisi berbahaya. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Jenis- Jenis Sampah

A. Sampah Yang Membusuk Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage , yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun, juga akan berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima ; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia sampah kebanyakan terdiri atas sampah jenis ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan. Hanya saja orang harus mengangkut dan membuangnya di tempat yang aman, dengan kecepatan yang lebih daripada kecepatan membusuknya di dalam keadaan cuaca daerah tropis ini B. Sampah Yang Tidak Membusuk Sampah jenis ini dalam Bahasa Inggris disebut refuse. Biasa terdiri atas kertas-kertas, plastic, logam, gelas, karet dan lainnya yang tidak dapat membusuk dan sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut. C. Sampah Yang Berbentuk Debu Abu Universitas Sumatera Utara Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yangberacun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat. D. Sampah Berbahaya Sampah berbahaya adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiloginya dapat a meningkatkan mortalitas secara bermakna, atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible ataupun sakit berat yang pulih atau reversible atau b berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap kesejahteraan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan, dan dibuang dengan baik. Ke dalam sampah ini tergolong semua sampah yang berisikan bahan beracun baik bagi masyarakat maupun bagi fauna dan flora. Sampah seperti ini biasanya terdiri atas zat kimia organic maupun anorganik serta logam-logam berat. Pada hakekatnya, kebanyakan merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu badan yang berwenang dan dibuang sesuai peraturan yang berlaku. Sampah sejenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota biasa. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting antara lain adalah : a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk. b. Keadaan social ekonomi. Semakin tinggi keadaan social ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkat kegiatan konstruksi dan pembaruan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

2.2.4 Sumber- Sumber Sampah

A. Sampah yang berasal dari pemukiman Sampah ini terdiri dari bahan-bahan sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah Universitas Sumatera Utara dimasak, atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun dan sebagainya, pakaian- pakaian bekas, bahan- bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun- daun dari kebun atau taman. B. Sampah yang berasal dari tempat umum Sampah ini berasal dari tempat- tempat umum, seperti pasar, tempat- tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya. C. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar D. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus- kardus, debu, batu-batuan, daun-daunan dan sebagainya. E. Sampah yang berasal dari industri Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, kaleng dan sebagainya. F. Sampah yang berasal dari pertanian perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya : jerami, sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara G. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dengan usaha-usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanahcadas, pasir dan sebagainya. H. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa : kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang dan sebagainya

2.2.5 Pengelolaan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah penyebar penyakit. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengankkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain : a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut Universitas Sumatera Utara harus diangkut ke tempat penampungan sementara TPS sampah dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir TPA. Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya di daur ulang menjadi pupuk. b. Pemusnahan dan Pengelolaan Sampah Pemusnahan atau pengelolaan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain : • Ditanam, Landfill yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah • Dibakar Inceneration, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran • Dijadikan pupuk composting, yaitu pengelolaan sampah menjadi kompos, khususnya untuk sampah organic daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

2.3 Tempat Pembuangan Akhir

2.3.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir

Tempat Pembuangan Akhir TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahanpengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA Universitas Sumatera Utara merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

2.3.2 Metoda Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu: a. Open Dumping Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih Universitas Sumatera Utara ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan lain-lain. Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti: • Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lain-lain • Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan • Polusi air akibat banyaknya lindi cairan sampah yang timbul • Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor b. Control Landfill Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya: • Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan • Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan • Pos pengendalian operasional • Fasilitas pengendalian gas metan • Alat berat Universitas Sumatera Utara c. Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

2.3.3. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya dalam kriteria regional dicantumkan: • Bukan daerah rawan geologi daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dan lain-lain • Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi • Bukan daerah rawan topografis kemiringan lahan lebih dari 20 • Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara jarak minimal 1,5 – 3 km • Bukan daerahkawasan yang dilindungi http: www.pu.go.id diakses pada 27 Februari 2014 pukul 00.45 WIB Universitas Sumatera Utara

2.4 Masyarakat

2.4.1 Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat “society” jarang dirumuskan dalam batasan yang tegas oleh para sosiolog. Artinya, tidak diberikan cirri-ciri atau ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk mengadakan suatu analisa secara ilmiah. Kadang-kadang istilah masyarakat mencakup masyarakat sederhana yang buta huruf, sampai ada pada masyarakat-masyarakat industrial modern yang merupakan suatu negara. Tidak jarang pula, bahwa istilah masyarakat dipergunakan untuk menggambarkan kelompok manusia yang besar, sampai pada kelompok-kelompok kecil yang terorganisasikan Istilah masyarakat kadang-kadang dipergunakan dalam artian “Gesselschaft” atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi- organisasi tertentu. Dalam hal ini, maka masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu pula. Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat. Walaupun penggunaan istilah masyarakat sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dianggap sebagai indikasi dari hakekat manusia senantiasa ingin hidup bersama dengan orang lain. Biasa bagaimana pun juga, penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepaskan dari nilai-nilai, norma-norma, tradisi- tradisi kepentingan-kepentingan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian Universitas Sumatera Utara Kadang-kadang dipergunakan juga istilah sistem kemasyarakatan “societal system” yang berasal dari A. G. Keller. Dalam hal ini, maka Keller ingin memberikan tekanan pada cirri-ciri organisasi dari kehidupan sosial. Kecuali dari itu, maka istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan aspek-aspek kelembagaan masyarakat modern, seperti umpamanya, pemerintah, hukum, struktur kelas sosial dan seterusnya. Sebenarnya suatu masyarakat, merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia yang mempunyau cirri-ciri pokok sebagai berikut : 1. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang hidup bersama ada dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. 2. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama 3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari kesatuan 4. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokan bagi perilaku yang dianggap pantas. 5. Menghasilkan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan tersebut.

2.4.2 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutama pada pihak yang awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan Universitas Sumatera Utara melepaskan cirri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses Khairuddin, 1997:4 Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adala unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau lurus kebawah sampai derajat ketiga. Ciri-ciri keluarga menurut Iver dan Page dalam Khairuddin 1997:3 meliputi : 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan 2. Berbentuk perkawinan atau sususan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawninan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. 3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan 4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan- kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak 5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaiamana pun tidak mungkin terpisah dalam kelompok keluarga. Universitas Sumatera Utara Fungsi keluarga menurut Horton dan Hunt dalam Kamanto Sunarto, 2004: 63 1. Keluarga berfungsi mengatur penyaluran seks. Tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya antara siapa saja dalam masyarakat. 2. Reproduksi berupa pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. 3. Mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat memerankan apa yang diharapkan darinya. 4. Fungsi afeksi. Keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak. 5. Keluarga memberikan status pada seseorang bukan hanya status yang diperoleh seperti status yang terkait dengan jenis kelamin, kelahiran, hubungan kekerabatan tetapi termasuk juga didalamnya status yang diperoleh orang tua yaitu status dalam suatu kelas tertentu. 6. Keluarga memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiawaan. Akhirnya keluarga pun menjalankan berbagai fungsi ekonomi tertentu seperti produksi, distribusi dan konsumsi.

2.4.3 Rumah Tangga

Istilah rumah tangga dan keluarga sering dicampur adukkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian rumah tangga lebih mengacu pada pada sisi ekonominya, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatannya, fungsi sosial dan fungsi lainnya. Universitas Sumatera Utara Badan Pusat Statistika BPS membagi rumah tangga menjadi dua bagian yaitu, rumah tangga biasa dan tumah tangga khusus. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik ataupun sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama. Rumah tangga khusus adalah sekelompok orang yang tinggal di asrama atau tempat tinggal yang pengurusan sehari-harinya diatur oleh yayasan atau badan, misalnya asrama mahasiswa, lembaha kemasyarakatan, orang-orang yang berjumlah lebih dari sepuluh orang dengan makan, asrama ABRI dan lain sebagainya. http:www.datastatistik-indonesia.com diakses pada 10 Maret 2013 pukul 03.00 WIB

2.4.4 Pemulung

Menurut KBBI, kata pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Memulung merupakan aktifitas mengumpulkan barang-barang bekas atau sampah untuk dimanfaatkan kembali. Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Mereka adalah pencari barang bekas berbahan plastik seperti bekas botol atau gelas air mineral. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kemiskinan

2.5.1 Pengertian Kemiskinan

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Hal ini berarti kemiskinan merupakan topic yang sangat penting dan krusial. Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak yang sering menjadikan kemiskinan sebagai topic kajian dalam berbagai kesempatan, seperti diskusi, seminar, workshop dan media lainnya. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Cara berpikir seperti ini mengikuti alur berpikir dalam manajemen perencanaan strategic. Secara manajemen, memahami suatu masalah berarti telah menapaki 50 persen jalan penyelesaian tersebut. Untuk memahami masalah kemiskinan, kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana sesorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup sesorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memnuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan haarkat dan martabat manusia. Secara umum istilah kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun Universitas Sumatera Utara minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relative, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda. Beberapa ahli mengemukakan kemiskinan : • Mencher dalam Siagian, 2012: 5 mnemukakakn, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan sesorang atau ssekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi sekelompok orang tersebut, dimanna pada suatu titik waktu nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. • Pearce dalam Siagian, 2012; 7 mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal dengan sumber daya manusia serta kelembagaan. • Castells dalam Siagian, 2012: 10 mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standart kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.,. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Kata kunci dalam kajian kemiskinan sebagai suatu proses adalah daya dukung. Konsep Universitas Sumatera Utara daya dukung dalam kaitannya dengan kehidupan manusia menunjukkan bahwa kondisi kehidupan yang dihadapi dan sedang dijalani manusia merupakan produk dari proses dimana dalam prose situ terlibat berbagai unsur. Cara berpikir yang melakukan kajian kemiskinan sebagai suatu proses yang sering dinamakan dengan cara berpikir sistemik, yang didasarkan pada suatu kerangka berpikir, bahwa kehidupan manusia merupakan suatu sistem. Bagaimana pun, keadaan yang dijalani manusia bukan hanya ditentukan oleh diri sendiri, melainkan ditentukan juga oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Dalam konteks ini, ada kalanya faktor internal, seperti pengetahuan, keterampilan, atos kerja dan atau prinsip hidup seseorang atau sekelompok orang yang memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk kedalam perangkap kemiskinan. Kondisi yang sebaliknya mungkin pula terjadi dimana faktor internal, seperti pengetahuan, keterampilan dan etos kerja atau prinsip hidup seseorang atau sekelompok orang tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pada satu titik waktu masuk ke dalam perangkap kemiskinan. Demikian halnnya dengan faktor eksternal, seperti keadaan dan kualitas alam, struktur sosial maupun kebijakan pemerintah ada kalanya memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikan seseorang atau sekelompok orang itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk ke dalam perangkap kemiskinan. Keadaan yang berbeda dapat pula terjadii, dimana faktor eksternal, seperti keadaan dan kualitas alam, struktur sosial maupun kebijakan pemerintah justru memiliki daya saing yang cukup untuk menjadikan seseorang Universitas Sumatera Utara atau sekelompok orang itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga masuk ke dalam perangkap kemiskinan.

2.5.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Aspek-aspek kemiskinan yaitu: a. Kemiskinan itu multi dimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas hidup. b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis Universitas Sumatera Utara kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasik kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur. Kemiskinan dapat diklasifikasikan kedalam berbagai tingkatan, seperti: a. Miskin b. Sangat miskin c. Sangat miskin sekali Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasikan kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti: a. prasejahtera b. sejahtera 1 c. sejahtera 2 d. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan rural poverty, kemiskinan perkotaan urban poverty dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kotanya. Universitas Sumatera Utara Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah.

2.5.3 Ciri-Ciri Kemiskinan

Pemahaman lebih mendalam dan komperehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang cirri-ciri kemiskinan. Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi- indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun demikian, suatu studi menunjukkan adanya lima cirri-ciri kemiskinan, yakni : a. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh, kemiskinan itu bercirikan, antara lain bahwa factor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksi pun tidak mungkin b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan yang hanya cukup untuk konsumsi. Merek tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai factor-faktor produksi. Universitas Sumatera Utara c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar ataumeningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan d. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sector formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sector-sektor informal. Bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja e. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya, laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari arus derasnya urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupann penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyaralat desa cenderung melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternative dalam upaya mengubah nasib. Tidak heran jika banyak Universitas Sumatera Utara ahli mengemukakan bahwa kemiskinan pedesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Denggan demikian lengkaplah sudah, bahwa kemiskinan masyarakat perkotaan terus meningkat juga diperparah dengan pindahnya kaum miskin pedesaan, sehingga angka masyarakat miskin perkotaan meningkat secara tajam.

2.5.4 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum factor-faktor kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1. Faktor Internal,yang dalam hal ini berasal dari dalam individu yang menngalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan yang meliputi : a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi atau sakit-sakitan b. Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan, miskin informasi. c. Mental Emosional atau temperamental seperti : malas, mudah menyerah atau putus asa. d. Spritual, seperti : tidak jujur, penipu, serakah atau tidak disiplin e. Sosial psikkologis, seperti : kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi,, stress atau kurang mampu mencari dukungan f. Keterampilan, seperti : tidak memiliki keahlian sesuai tuntutan lapangan kerja g. Aset, seperti : tidak memiliki kekayaan Universitas Sumatera Utara 2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar individu atau kelompok yang mengalami atau menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi : a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset untuk alat memnuhi kebutuhan hidup c. Terbatanya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha informal d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung usaha mikro e. Belum terciptanya system ekonommi kerakyatan dengan priorotas sector riil masyarakat banyak f. System mobilisasi dan pendayagunaan dana social masyarakat yang belum optimal g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian structural h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daereah bencana

2.6 Kesejahteraan Sosial

2.6.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial di dalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi semua bentuk intervensi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat pula mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung Universitas Sumatera Utara ditujukan untuk penyembuhan, pencegahan, masalah-masalah sosial misalnya masalah kemiskinan, penyakit dan disorganisasi, serta pengembangan sumber- sumber manusia. Kesejahteraan sosial dewasa ini lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang maksimum, setiap masyarakat perlu mengembangkan cara- cara meningkatkan kemampuan, melindungi masyarakat dari gangguan-gangguan dan masalah-masalah yang dapat mengurangi dan merusak kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsep kesejahteraan sosial, ternyata masalah-masalah sosial dirasakan berat dan mengganggu perkembangan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa tanggung jawab pemerintah semakin perlu ditingkatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Mengenai konsep kesejahteraan sosial, perlu didapat pemahaman. Oleh karena itu, beberapa defenisi atau pengertian tentang kesejahteraan sosial dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian tersebut disempurnakan, menjadi : suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbale balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. 2. Arthur Dunham dalam Nurdin 1995:28, mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana didalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha sosial yang tujuannya meningkatkan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar, kehidupan dan hubungan sosial. Dalam buku PBB I berjudul Report on International Defenition and Measurement of Standar and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi : 1. Kesehatan 2. Makanan dan gizi 3. Kondisi pekerjaan 4. Situasi kesempatan kerja 5. Konsumsi 6. Pengangkutan 7. Perumahan 8. Sandang 9. Rekreasi dan hiburan 10. Jaminan sosial Pada perkembangan selanjutnya, PBB kembali membahasnya melalui pendekatan konsumsi. Pada tahap ini PBB mendiskusikannya dengan berbagai badan khusus, seperti ILO, WHO, FAO, UNESCO. Hasilnya dirumuskan adanya kesembilan jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi : 1. Konsumsi 2. Kesehatan bahan makanan dan gizi Universitas Sumatera Utara 3. Pendidikan 4. Kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan 5. Perumahan 6. Sandang 7. Rekreasi 8. Jaminan sosial Melly G. Tan dalam Koentjaraningrat, 1981: 35 mengatakan untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah pekerjaan, penghasilan dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. 1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu, masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka harus meminjam uang dari orang lain. 2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu, pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung. 3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan lain. Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial

A. Tujuan Kesejahteraan Sosial 1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok: sandang, perumahan, pangan, kesehatan dan relasi- relasi sosial yang baik dengan lingkungannya. 2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, apakah itu kepada masyarakat dilingkungannya, misalnya menggali sumber-sumber daya, meningkatkan, mengembangkan taraf hidup yang memuaskan. B. Fungsi Kesejahteraan Sosial Fungsi kesejahteraan sosial adalah mengorganisasi dari adanya disorganisasi. Pengertian reorganisasi mempunyai ukuran yang luas dan mendalam sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup pemulihan serta pemberian peranan-peranan baru. Pada dasarnya fungsi-fungsi kesejahteraan sosial berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan perubahan- perubahan sosial ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi sosial yang negatif terhadap pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1. Fungsi Penyembuhan Curative Kesejahteraan sosial melaksanakan fungsi apabila didalamnya tercakup sekumpulan kegiatan yang ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi, ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi secara normal kembali di dalam masyarakat. 2. Fungsi Pencegahan Preventive Universitas Sumatera Utara Kesejahteraan sosial bersifat pencegahan ditujukan untuk memperkuat keluarga, kelompok-kelompok dan kesatuan-kesatuan masyarakat agar jangan sampai timbul masalah-masalah sosial yang baru. 3. Fungsi Pengembangan Development Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat pengembangan tujuan-tujuan dan orientasinya untuk memberikan sumbangan langsung bagi proses pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosial bertindak sebagai suatu unsur pelaksana perubahan, yaitu membantu peningkatan proses perubahan sosial berencana. 4. Fungsi Penunjang Supportive Kesejahteraan sosial pada fungsi penunjang ini mencakup kegiatan- kegiatan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan sektor lain. Misalnya, dalam membantu pencapaian tujuan kebijaksanaan pemerintah dalam menunjang program kependudukan dan keluarga berencana dengan jalan mempengaruhi sikap-sikap atau memotivasi orang untuk ikut serta mensukseskan keluarga berencana demi kesejahteraan keluarganya dan mengikutsertakan orang-orang yang berpenghasilan rendah dalam pemugaran atau perbaikan rumah sehat pada proyek-proyek perumahan swadaya.

2.6.3 Pembangunan Kesejahteran Sosial

Secara harfiah, pembangunan dapat dipahami sebagai proses perubahan dari suatu kondisi tertentu menuju kondisi yang lebih baik. Dari pengertian ini, ada beberapa yang dapat dikemukakan, yakni 1 Kondisi, yakni kondisi yang dipahami sebagai kondisi ideal atau kondisi yang dicita- citakan dan 2 Upaya Universitas Sumatera Utara aktivitas perubahan dari kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik. Untuk mengetahui perubahan tersebut tentunya dibutuhkan tolok ukur, walaupun sampai saat ini tolok ukur yang paling banyak dipergunakan untuk melihat kondisi dimaksud adalah tolok ukur dari sudut ekonomi. Sebagai ilustrasi penggunaan Gross National Product GNP, Human Development Index HDI dan Human Poverty Index HPI, Social Accounting Matrix SAM, Physical Quality of Life Index PQLI. Penggunaan tolok ukur ekonomi tersebut pada awalnya didasari dari pandangan para ekonom yang melihat realitas perbedaan tingkat pendapatan masyarakat yang mencolok di negara-negara maju developed dengan negara- negara miskintertinggal lessdeveloped. Pertumbuhan ekonomi telah dijadikan prioritas utama, sehingga pembangunan seringkali dikonotasikan dengan ekonomi. Kalau orang menggunakan kata pembangunan tanpa diikuti dengan kata lain di belakangnya, maka selalu diinterpretasikan sebagai pembangunan ekonomi Soetomo dalam Gunawan, Muktar 2010: 9. Interpretasi pengertian pembangunan tersebut dipandang Migley dalam Gunawan, Muktar 2010: 9 sebagai konsep pembangunan telah terdistorsi. Artinya, keberhasilan pembangunan dapat dipahami sebagai kemajuan ekonomi. Berbagai kata yang mengikuti istilah pembanguan, tentunya akan berkaitan dengan tolok ukur yang dijadikan patokan untuk melihat kondisi Dalam konteks ini dapat dilihat dari berbagai istilah yang dipergunakan misalnya Pembanguan sosial, pembangunan masyarakat, pembanguan kesejahteraan sosial Secara konseptual pembangunan kesejahtetaran sosial merupakan bagian dari pembangunan sosial yang memberi perhatian pada keseimbangan kehidupan manusia dalam memperbaiki atau Universitas Sumatera Utara menyempurnakan kondisi-kondisi sosialnya. Dalam kerangka memahami pengertian pembangunan kesejahteraan sosial dalam penelitian ini, tentunya dapat disimak dari beberapa pandangan sebagai berikut: a. Clark dalam Gunawan, 2010:35 mengemukakan, bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang menjadikan masyarakat turut bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri dan menyadari bahwa mereka memiliki potensi. Yang perlu dilakukan membangun rasa kepercayaan dalam diri masyarakat, keterampilan-keterampilan, aset-aset kebebasan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. b. Rumusan pre-converence Working Party dari Internbational Conference of Social Work WPICSW: dalam Gunawan 2010:9, Pembangunan Sosial diartikan sebagai aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial, sistem-sistem sosial, dan nilainilai yang berhubungan dengan hal itu. Pembanguan memberi perhatian kepada keseimbangan kehidupan manusia dalam memperbaiki atau menyempurnakan kondisi. c. Suharto, mengemukakan, bahwa pembangunan kesejahteraan sosial adalah sebagai usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial. Pandangan Roger, Clark dan Suharto maupun WPICSW di atas pengertian pembanguan, pembangunan sosial, dan pembangunan kesejahteraan sosial pada prinsipnya adalah sama, yakni menekankan adanya perubahan kondisi. Kondisi dimaksud tidak Universitas Sumatera Utara hanya sebatas pada kondisi perekonomian. Dari aspek sosial Roger menekankan adanya perbaikan organisasi sosial. Clark memandang pentingnya kepercayaan dalam diri masyarakat, keterampilan- keterampilan, aset-aset kebebasan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. WPICSW pada aspek relasi-relasi sosial, sistem-sistem sosial, dan nilai-nilai. Proses yang terjadi dalam pembangunan kesejahteraan sosial juga dapat dipahami dari suatu kondisi yang paling buruk sampai dengan kondisi ideal. Menurut Soetomo dalam Gunawan 2010:10 perubahan dari realita yang disebut masalah sosial yang merupakan kondisi yang tidak diharapkan illfare, menuju kondisi masyaraat yang disebut ideal yang biasa disebut wellfare. Dalam praktek kehidupan masyarakat, kondisi wellfare tidak pernah menjadi realitas sehingga lebih tepat disebut sebagai idealisme. Tolok ukur terhadap hasil yang dicapai dalam pembanguan juga dikemukakan oleh Migley dalam Gunawan 2010:10. Bagi sebagian orang, pembangunan berkonotasi sebagai sebuah proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses industrialisasi. Istilah ini juga mengandung arti sebuah proses perubahan sosial yang dihasilkan dari urbanisasi, adopsi gaya hidup modern, dan perilaku masa kini. Istilah ini juga memiliki konotasi kesejahteraan yang menawarkan bahwa pembangunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan level pendidikan mereka, memperbaiki kondisi permukiman dan kesehatan mereka. Secara instrumental Suharto dalam Gunawan 2010:10 mengemukakan, bahwa secara prinsip tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yang mencakup: Universitas Sumatera Utara a. peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial b. peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martaba kemanusiaan; c. penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibitas dan pilihan- pilihan, kesempatan sesuai aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan. Berdasarkan dari uraian yang telah diuraikan, secara yang dimaksud pembangunan kesejahteraan adalah upaya yang terencana untuk mewujudkan kondisi kesejahteraan sosial. Adapun upaya yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia sesuai dengan yang termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Bab I, Pasal 1 ayat 2 bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang tidak diharapkan setiap manusia. Untuk menghindari kemiskinan setiap manusia pasti akan berusaha Universitas Sumatera Utara keras untuk mencukupu kebutuhan hidup. Mengingat harga mekanisme pasar yang saat ini sangat tinggi mengharuskan setiao manusia harus kerja ekstra untuk menyesuaikannya. Terkhusus yang dihadapi oleh rakyat kecil yang kurang terhadap akses membuat mereka sangat sulit dan bahkan banyak yang gagal dan menjadi miskin. Pemulung adalah salah satu penyakit sosial yang menjadi penyandang masalah sosial PMKS. Melihat dari pola hidup yang kurang bahkan tidak layak sehingga dijadikan menjadi salah satu PMKS. Setiap manusia tentu tidak ada yang mnginginkan dirinya menjadi seorang pemulung. Tetapi karena ketiadaan skill, pengetahuan serta wawasan mengharuskan mereka memilih pilihan menjadi pemulung. Pemulung bekerja mencari sampah-sampah yang dibuang atau barang- barang bekas yang masih bisa di daur ulang. Sampah-sampah begitu mudah dijumpai seluruh pelosok, terkhusus di daerah perkotaan. Dimana ada sampah disitu ada rejeki bagi pemulung, ada juga yang memulung di tempat pembuangan akhir. TPA yang menjadi tempat berkumpulnya semua sampah satu kota. Sampah yang menjadi sumber penyakit bagi orang yang kehidupannya sudah lebih baik dari pemulung. Bagi masyarakat yang ekonomi menengah, bagi mereka TPA adalah masalah. namun bagi pemulung TPA adalah sumber kehidupan. Disana mereka bisa menemukan makanan dan uang. Dengan adanya hal itu membuat pemulung sangat bergantung dengan TPA. Tidak perlu pergi jauh para pemulung bisa menemukan rejeki dengan mudah dan dekat. Universitas Sumatera Utara Ditutupnya suatu TPA merupakan suatu masalah yang sangat besar bagi pemulung sekitar, karena tempat mereka mencari hidup tidak ada lagi. Sementara keluarga membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan. Apa pun dilakukan para pemulung demi sesuap nasi. Tidak adanya pendidikan, wawasan, pengetahuan dan keterampilan menyebabkan para pemulung sangat sulit untuk bekerja. TPA tempat mencari nafkah sudah tidak ada lagi. Pemulung harus keluar dari kehidupan yang lama sejak ditutupnya TPA. TPA sangat penting dan berarti bagi hidup pemulung. Beralihnya TPA Namo Bintang sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat sekitar. Dampak ini dapat bersifat dampak positif dan negatif. Universitas Sumatera Utara Bagan 2.1 Bagan Alir Pikiran

2.8 Hipotesis

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 46 101

Analisis Kualitas Udara Dan Keluhan Kesehatan Yang Berkaitan Dengan Saluran Pernapasan Pada Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

25 135 91

Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) “Namo Bintang” terhadap Masyarakat (Studi Kasus: Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 8 94

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 14

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 16

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 41

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 24