Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Tempat Sampah

22 7 Abandoned vehicle yaitu sampah yang berasal dari bangkai kendaraan. 8 Demolission Waste atau contructions waste yaitu sampah yang berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan, misalnya: potongan-potongan kayu. 9 Sampah industri berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. 10 Santage Solid terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair. 11 Sampah khusus atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radio aktif. Sampah padat yang tidak dikelola sebagaimana mestinya terbukti sering menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan pada manusia, antara lain dari masalah estetik, tersumbatnya saluran air yang dapat menyebabkan banjir, bahaya kebakaran, terjadinya pencemaran lingkungan, hingga meningkatnya penyakit yang ditularkan melalui vektor. Oleh karena itu, upaya pengelolaan sampah sangat penting dilakukan untuk menangani masalah sampah Sumantri, 2010.

2.2.3.3 Pengelolaan Sampah

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber, tahap pengangkutan dan tahap pemusnahan Sumantri, 2010. 1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sampah Sampah yang ada di lokasi sumber ditempatkan dalam penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya yang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1 Sistem duet: tempat sampah kering dan tempat sampah basah. 2 Sistem trio: Tempat sampah basah, sampah kering, dan tidak mudah terbakar. Universitas Sumatera Utara 23 Adapun pewadahan sampah yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut ini: a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor. b. Terbuat dari bahan yang kedap air c. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan d. Sampah diangkut setiap 24 jam e. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukan ke dalam dipo rumah sampah. Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. 2. Tahap pengangkutan Untuk mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir, diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut Widyati dan Yuliarsih, 2002: a. Kendaraantruk sampah harus ditutup supaya sampah tidak beterbangan dan mengotori jalan. b. Jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah. Sebaiknya tidak melebihi 3x24 jam sudah harus diangkat. c. Pengangkatan sampah sebaiknya dilakukan setiap hari. d. Cara pengangkutan mengambil jarak paling dekat ke tempat pembuangan sampah. 3. Tahap pengolahan Setelah tiba ditempat pembuangan sampah akhir maka sampah-sampah tersebut dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran. Ada beberapa cara pengolahan sampah yang dapat digunakan, antara lain Sumantri, 2010: a. Sanitary Landfill Universitas Sumatera Utara 24 Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan sampah yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan dengan cara selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut: a. Tersedia tempat yang luas b. Tersedia tanah untuk menimbun c. Tersedia alat-alat besar Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya. b. Incenaration Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain: a. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. b. Tidak memerlukan ruang yang luas. c. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap. d. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. c. Composting Pemusnahan sampah dengan memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos: 1 Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 25 2 Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil minimal berukuran 5 cm. 3 Pencampuran sampah dengan memerhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik C:N = 1:30. 4 Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik. 5 Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu diingat bahwa galian tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarangnya hewan pengerat atau serangga. d. Hog Feeding Penggunaan sampah jenis garbage untuk makanan babi telah lama dikenal. Pada zaman dahulu, beberapa kota sengaja mengorganisir penggunaan garbage sebagai makanan babi, tetapi pada saat ini jumlahnya tidak banyak lagi. Ditinjau dari segi ekonomi, pemusnahan sampah yang seperti ini tentu saja menguntungkan. Hanya saja jika ditinjau dari segi kesehatan, penggunaan garbage untuk makanan babi memang mendatangkan masalah, terutama jika garbage tersebut tidak direbus terlebih dahulu. e. Discharge to Sweer Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik. f. Dumping Metode ini merupakan cara pembuangan sampah hanya dengan dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah. g. Dumping in Water Metode ini prinsipnya sama dengan dumping hanya saja sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. Universitas Sumatera Utara 26 h. Individual Incenarator Pembakaran sampah secara perorangan ini biasanya dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaan. i. Recycling Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang antara lain plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. j. Reduction Metode ini diterapkan dengan menghancurkan sampah biasanya dari jenis garbage sampai bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak. k. Salvaging Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali, misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

2.2.3.4 Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

15 135 159

Gambaran Sanitasi Dasar Kantin Dan Tingkat Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Kecamatan Medan Barat Kota Medan Tahun 2011

18 133 99

Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013

2 14 103

GAMBARAN KONDISI SANITASI KANTIN DAN TINGKAT KEPADATAN LALAT PADA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG -

0 1 73

Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013

0 0 14

Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013

0 0 6

Abstract Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

0 0 2

Chapter II Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

0 1 44

Reference Higiene Sanitasi Dasar Serta Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015

1 1 3