yaitu : jika t
hit
t
tab
maka tolak H
o
dan terima H
a
pada tingkat kepercayaan 95
Tabel 4.6 Uji Hipotesis Dua Kelas Penelitian Hasil Postes
Keterangan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
N 36
33 X
66,89 36,61
S 16,28
17,94 Sgab
292,32 t
hitung
7,35 t
tabel
α = 5, t
tab
= 1,66 α = 1, t
tab
= 2,36
Dari perhitungan diperoleh nilai t
hit
sebesar 7,35 serta t
tab
sebesar 1,66 pada taraf signifikan 5 dan sebesar 2,36 pada taraf signifikan 1 .
hasil pengujian menunjukan bahwa t
hit
berada pada daerah penerimaan H
a
, yaitu t
hit
t
tab
. Dengan demikian H
o
ditolak dan H
a
diterima baik pada taraf signifikan 5 maupun pada taraf signifikan 1. Sehingga didapat
kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi model pendidikan montesorri lebih tinggi daripada siswa yang diberi model
pembelajaran konvensional.
b. Interprestasi Data
Berdasarkan hasil hasil belajar diketahui nilai rata – rata hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen sebesar 66,89 dan kelompok kontrol sebesar 36,61 dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pendidikan montessori memiliki kenaikan hasil belajar matematika lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kedua kelompok tersebut berada pada distribusi normal
pada hasil uji postestnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
menyatakan bahwa
2
hitung
≤
2
tabel
pada taraf kepercayaan 95 sebesar 11,07. Selain itu baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
bersifat homogen. Berdasarkan hasil uji postestnya. Yang menyatakan bahwa F
hitung
≤ F
tabel
dengan nilai F
tabel
pada taraf kepercayaan 95 sebesar 1,79
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, pada taraf kepercayaan 95 dan 99. Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukan bahwa nilai t
hit
berada pada daerah penerimaan Ha, yaitu t
hit
t
tab
atau 1,66 7,35 2,36 . dengan demikian H
a
diterima dan H
o
ditolak pada taraf kepercayaan 99 , hal ini menunjukan bahwa hasil belajar
matematika siswa yang diberi model pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional.
c. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran
pendidikan montessori, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran
konvensional. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendidikan Montessori kegiatan pembelajaran
berpusat pada guru teacher center. Dalam proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan guru , sehingga siswa kurang mampu
untuk mengembangkan hasil belajarnya. Dalam menyelesaikan soal – soal
matematika siswa hanya mengikuti cara yang diajarkan oleh guru tetapi tidak memahami apa yang dituliskannya sehingga jika diberi soal yang
sedikit berbeda maka siswa tidak dapat menyelesaikannya, hal ini di sebabkan oleh salah satu faktor yang menghambat hasil belajar siswa.
Berdasarkan tes essay untuk mengukur hasil belajar matematika siswa yang diberikan oleh peneliti pada saat pra-penelitian diketahui
bahwa nilai rata – rata hitung hasil belajar matematika rendah yaitu 34,101
Selanjutnya dilakukan penelitian, adapun sampel penelitian ditentukan
secara random sampling dan diperoleh kelas IV-B sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV-C sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan
penelitian, perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelompok
tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model pendidikan model pendidikan montessori lebih baik
daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Karena berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas
eksperimen sebesar 66,89 lebih tinggi daripada nilai rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol sebesar 36,61
Hal tersebut
didukung oleh
hasil pengamatan
selama berlangsungnya pembelajaran didapat beberapa infomasi diantaranya
bahwa dalam pembelajaran dengan model pendidikan montessori ini ada tanggung jawab tiap siswa untuk bersama-sama menginvestigasi masalah
matematika yang diberikan dan bagaimana untuk menyelesaikannya. Selain itu, siswa yang merasa kesulitan banyak yang melakukan kegiatan
negosiasi, sharing dengan yang lainnya dan dengan gurunya. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan efektif karena adanya proses
kolaborasi antar siswa. Berdasarkan pengamatan penulis juga, dalam tahap pembelajaran di kelas siswa menjadi terlatih untuk berpendapat dan
berkomentar mengenai jawaban dari masalah matematika yang dikerjakannya dengan alasan yang meyakinkan.
Selain itu, hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran didapat beberapa infomasi diantaranya, pada pertemuan pertama aktivitas
belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai secara optimal. Dalam pembelajaran siswa tidak fokus mengerjakan tugas yang diberikan, masih
terdapat siswa yang mengobrol, menganggu teman yang lain. Hal ini faktor kebiasan siswa pada pembelajaran sebelumnya yang bersifat pasif,
siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang di tulis guru di depan kelas dan kurang adanya hasil dari siswa.
Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan yang baik pada hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rasa ingin tahu
siswa dalam menanggapi tugas saat pembelajaran berlangsung. Bertanya tentang materi yang ditanyakan. Dan pada akhirnya pada saat posttest
terbukti bahwa penerapan model pendidikan montessori berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat bahwa rata
– rata hitung hasil belajar matematika siswa lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Dalam model pendidikan montessori terdapat proses pemecahan masalah matematika. Langkah yang pertama, masalah kehidupan sehari
– hari diubah ke dalam bahasa matematika model matematika, masalah
kehidupan sehari – hari tersebut harus diformulasikan ke dalam istilah
matematika sebagai sebuah masalah dalam matematika. Kemudian masalah matematika tersebut diselesaikan dengan bantuan perhitungan
secara matematika yang tersedia. Terakhir, solusi matematika yang diperoleh diterjemahkan kembali ke dalam konteks yang sebenarnya.
Secara umum dari kedua kelas yang diteliti, tampak bahwa pembelajaran dengan model pendidikan montessori lebih membuat siswa
aktif, kreatif, kooperatif, adanya proses negosiasi, kolaborasi , dan sharing antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan menggali informasi dari berbagai sumber serta kreatif menyampaikan ide-ide terutama dalam mencari
alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan melalui permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pendidikan montessori memberikan peluang pada siswa untuk menemukan pemahaman matematika mereka sendiri melalui proses
berfikir, bertanya dan berkomunikasi dalam situasi matematik. Pembelajaran dengan model pendidikan montessori menjadi suatu
pertimbangan dalam mencari alternatif variasi proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran pendidikan montessori dapat melatih siswa
untuk menganalisis suatu permasalahan sehari – hari dan
menyelesaikannya dengan rumus matematika formal. Dengan demikian dapat melatih hasil belajar siswa.
C. Keterbatasan Penelitian