BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja purposive di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli
Serdang. Hal ini berdasarkan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang cukup berkembang di Provinsi Sumatera Utara dan
lokasinya berdampingan langsung dengan ibu kota provinsi. Selain itu, di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari masih ada masyarakat yang
melakukan pemanfaatan lahan pekarangan.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel merupakan masyarakat yang melakukan pemanfaatan lahan pekarangan di lahan pekarangan miliknya yang berada di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan
Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Accidental Sampling
Pengambilan Sampel Aksidental. Menurut Hadi 2000 accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan terhadap responden yang
secara kebetulan ditemui pada obyek penelitian ketika observasi sedang berlangsung yang dipandang peneliti cocok sebagai sumber data. Dengan
pertimbangan bahwa populasinya tidak terlalu bervariasi ataupun heterogen, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 orang responden dengan
pertimbangan bahwa jumlah sampel tersebut cukup representatif untuk mewakili populasi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer tersebut terdiri dari data langsung dari sumber asli tidak melalui media
perantara. Data primer berupa opini subjek orang secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda fisik, kejadian atau kegiatan,
dan hasil pengujian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara secara langsung terhadap responden.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Secara umum metode deskriptif dapat memberikan gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir, 2003. Metode deskriptif yang digunakan
untuk menjawab identifikasi masalah 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah dengan pendekatan kualitatif.
Untuk menganalisis masalah 6 dengan metode deskriptif dari analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Metode SWOT ini dapat
menghasilkan strategi untuk mencapai tujuan dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal Rangkuti, 2013. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi
bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Chandler 1962 dalam Rangkuti, 2013 mengatakan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Perumusan strategi pengembangan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap
pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Secara rinci tahapan yang dilakukan dalam pembuatan matriks SWOT dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan upaya memunculkan nilai-
nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia. 2.
Mendaftar faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan tersebut. Sehingga dapat diidentifikasi variabel-variabel
yang akan menentukan perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan tersebut. Faktor-faktor ini diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan
prasurvey dan dari penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan tercantum pada
tabel 3.1.:
Tabel 3.1. Faktor-Faktor Yang Diperkirakan Terkait dengan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tani antara lain:
Faktor-faktor strategis yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan
pemanfaatan lahan pekarangan yaitu: a.
Produksi hasil pertanian b.
Jumlah input c.
Biaya produksi Harga input rata-rata d.
Harga jual di tingkat petani e.
Permintaan hasil produksi organik f.
Luas lahan g.
Akses Pasar h.
Posisi tawar i.
Sarana pendukung dan infrastruktur j.
Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya
k. Tenaga kerja yang digunakan
l. Adanya lembaga pendukung
permodalan m.
Adanya bantuan atau dukungan pemerintah
n. Adanya tenaga pendamping
o. Tingkat pendidikan petani
p. Manajemen usahatani
a. Luas lahan pekarangan sempit
b. Diperlukannya penyediaan tanaman
buah dan atau sayur tahunan c.
Diperlukannya penyediaan tanaman obat keluarga toga
d. Kebutuhan tanaman peneduh hutan
mini e.
Kurang diperlukannya penyediaan lahan hewan peliharaanternak
f. Gaya hidup yang cukup praktis
g. Tingginya kenyamanan alam
h. Penguasaan teknik budidaya yang
cukup baik i.
Adanya nostalgia perumahan yang tinggi
j. Kondisi tanah dan klimatologis tidak
mendukung untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura
k. Adanya kelompok pemberdaya
keluarga atau perkumpulan tetangga Paguyuban
l. Sarana dan infrastruktur yang
mendukung m.
Akses pasar sangat mudah n.
Kegiatan sosial dan hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat
o. Tidak adanya Lembaga Pendukung
Penggerak Pemanfaatan Pekarangan Program Pemerintah di Bidang
Pekarangan
1. Setelah diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan
pekarangan, kemudian faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Penguasaan teknik budidaya yang cukup baik
a. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
masyarakat yang mengusahakan lahan pekarangan untuk bercocok tanam. b.
Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh masyarakat yang mengusahakan lahan pekarangan untuk bercocok tanam.
3. Apabila faktor-faktor eksternal dan internal selesai dikelompokkan maka
dapat disusun kuesioner untuk menentukan skor rating setiap faktor. Dari besarnya skor rating dapat diketahui apakah faktor tersebut merupakan
faktor internal kekuatan dan kelemahan atau faktor eksternal peluang dan ancaman.
a. Skor masing-masing faktor dapat dihitung dengan memberikan skala
mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani. Pemberian nilai skor untuk
faktor peluang opportunity bersifat positif, skor +4 dengan kategori semakin besar sampai dengan skor +1 dengan kategori semakin kecil, serta
sebaliknya untuk nilai skor ancaman threat. Untuk faktor kekuatan strength diberi skor +1 dengan kategori sangat kecil sampai dengan +4
dengan kategori sangat besar, dan sebaliknya untuk nilai skor kelemahan weakness.
a. Untuk menentukan apakah faktor tersebut merupakan faktor eksternal atau
faktor internal dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skor tiap faktor. Pada faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala
3 dan 4 menunjukkan kekuatan. Pada faktor eksternal, skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, sedangkan skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.
4. Setelah skor setiap faktor selesai dihitung, kemudian dilakukan pembobotan
dalam setiap faktor. Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan pairwise comparison, yaitu membandingkan
antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya dalam satu tingkat hierarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari tiap faktor.
Tabel 3.2. Skala Teknik Komparasi Berpasangan Pairwise Comparison
Tingkat Kepentingan
Defenisi Keterangan
1 Kedua elemen sama penting
Dua elemen yang mempunyai pengaruh yang sama terhadap
tujuan.
2 Satu elemen sedikit lebih
penting daripada elemen lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen
dibandingkan dengan elemen lainnya.
3 Nilai-nilai diantara dan
pertimbangan yang berdekatan Nilai yang diberikan bila ada dua
komponen diantara dua pilihan. Respirokal
Jika aktivitas I memiliki salah satu angka diatas dibandingkan aktivitas j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan
dengan aktivitas i.
Sumber: Saaty, 1988 5.
Setelah memperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari setiap responden, kemudian dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan
menjadi bobot dari tiap faktor. 6.
Apabila penilaian tiap faktor dari seluruh responden telah selesai diperoleh, kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut
dengan rata-rata geometris. Nilai rata-rata geometris dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Dimana : G = Nilai rata-rata geometris
n = Nilai kuadrat jumlah responden X
1
= Nilai sel i untuk responden 1 X
2
= Nilai sel i untuk responden 2 X
3
= Nilai sel i untuk responden 3 X
n
= Nilai sel i untuk responden n
7. Setelah mendapatkan nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata
tersebut dinormalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang menjadi bobot faktor-faktor strategis
perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan. 8.
Jika bobot tiap faktor strategis telah selesai diperoleh, kemudian dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang
diperoleh dalam tiap faktor. Hasil perhitungan skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan
terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor-faktor strategis internalnya.
9. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun faktor-faktor strategis menggunakan
matriks SWOT, sehingga akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi
WT. Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:
a. Sumbu horizontal x menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbu y menunjukkan peluang dan ancaman. b.
Posisi masyarakat pemanfaat pekarangan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:
- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman nilai y 0 dan
sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y 0.
- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x 0
dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x 0.
Gambar 2. Matriks Posisi SWOT Sumber: David, 2006
Kuadran I: -
Merupakan posisi yang menguntungkan -
Masyarakat mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal
- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif. Kuadran II:
- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, masyarakat mempunyai
keunggulan sumberdaya. FAKTOR EKSTERNAL
F A
K T
O R
I N
T E
R
N A
L Kuadran III
Strategi Turn-around
Kuadran IV Strategi Defensif
Kuadran II Strategi Diversifikasi
Kuadran I Strategi Agresif
Y +
X + X -
Y -
- masyarakat dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang. -
Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III:
- Masyarakat menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena
itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus strategi pemanfaat pekarangan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-
kendala internal. Kuadran IV:
- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
- Masyarakat menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya
yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan. -
Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional