Pertambahan penduduk ini memicu pembangunan kota baru serta sarana dan prasarana pendukungnya yang berkembang. Pembangunan perumahan yang
berkembang secara horizontal akan membuka lahan baru disekitar rumah. Setiap penambahan unit terkecil dari perumahan tersebut akan menambah jumlah
pekarangan sehingga total luasannya juga bertambah. Potensi lahan pekarangan di Indonesia harus dapat dimanfaatkan Rukmana, 2008. Terdapat 5.686.177 ha
pekarangan di Indonesia, 268.122 ha luasan ada di Provinsi Sumatera Utara dan 38.557 ha di Kabupaten Deli Serdang BPS, 2003. Menurut Sankarto 2012
dalam Arifin, 2013 pada 2010 total luas pekarangan di Indonesia telah bertambah menjadi 10.3 juta ha.
Pekarangan adalah bagian dari kultur masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia telah mengenal bahwa pekarangan merupakan bagian dari kehidupan
yang telah mengakar dari kebiasaan dan adat-istiadat yang selama ini dikenal sebagai pengetahuan lokal local knowledge. Baik pada masyarakat Melayu,
Jawa, Bali, dan daerah-daerah lainnya. Pekarangan memiliki fungsi dan nilai-nilai yang didapati di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kultur pekarangan
penting untuk diberdayakan dalam upaya pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan penguatan kembali nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa
masyarakat Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ukuran pekarangan di wilayah suburban?
2. Bagaimana pembagian fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban?
3. Bagaimana stratifikasi tanaman etagebow penyusun pekarangan di
wilayah suburban? 4.
Apa nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban?
5. Apa faktor-faktor dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan
pada masyarakat suburban? 6.
Bagaimana strategi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan
upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka tujuan penulisan yaitu: 1.
Untuk mengetahui ukuran pekarangan di wilayah suburban 2.
Untuk mengetahui pembagian fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban
3. Untuk mengetahui stratifikasi tanaman etagebow penyusun pekarangan
di wilayah suburban 4.
Untuk mengetahui nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pengembangan pemanfaatan lahan
pekarangan pada masyarakat suburban 6.
Untuk mengetahui strategi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian
dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan ialah: 1.
Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu untuk pihak- pihak yang membutuhkan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan untuk
mengembangkan program pengentasan kemiskinan terutama untuk daerah- daerah suburban.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam pengembangan wawasan
untuk menjadi seorang peneliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lahan Pekarangan
Pekarangan dari sudut ekologi merupakan lahan dengan sistem yang terintegrasi dan mempunyai hubungan yang kuat antara manusia sebagai pemilikpenghuninya
dengan tanaman, tumbuhan, serta ikan, satwa liar, dan hewan yang diternakkannya Arifin, 2013. Selain itu, pekarangan secara global dapat
didefenisikan sebagai berikut Kehlenbeck, 2007: As the appearance of homegardens is highly variable, there are several
definitions of this system. Homegardens are commonly defined as a piece of land with a definite boundary surrounding a homestead, being cultivated with
a diverse mixture of perennial and annual plant species, arranged in a multilayered vertical structure, often in combination with raising livestock,
and managed mainly by household members for subsistence production Christanty, 1990; Fernandes Nair, 1986; Hoogerbrugge Fresco, 1993;
Kumar Nair, 2004; Rugalema et al., 1994; Soemarwoto, 1987. Homegardens are one of the most complex and diverse agro-ecosystems
worldwide. Homegarden systems have existed for millennia Kumar Nair, 2004; Soemarwoto Conway, 1992 in many tropical regions, where they
played an important role towards then development of early agriculture and domestication of crops and fruit trees, a still ongoing process Kimber, 1978;
Miller Nair, 2006; Niñez, 1987; Smith, 1996.
Menurut Badan Litbang Pertanian 2014 pemanfaatan lahan pekarangan merupakan suatu wujud dari kemandirian pangan rumah tangga petani.
Kemandirian pangan rumah tangga petani merupakan kemampuan kepala rumah tangga dalam memenuhi konsumsi protein nabati dan hewani sehari-hari untuk
keluarganya. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami aneka tanaman sayuran yang biasa dikonsumsi. Aneka sayuran yang ditanam dalam bentuk pot
atau polibag meliputi tanaman sawi, bayam, cabe, caisim, kangkung, seledri, tomat, terong, bawang daun, dan sejenisnya. Protein hewani hasil pemanfaatan
lahan pekarangan seperti ayam, telur ayam, ikan, dan kelinci. Menurut Badan Litbang Pertanian 2014
pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan pedesaan. Lahan pekarangan di
perkotaan dikelompokkan berdasarkan dengan tipe rumah di perumahan. Sedangkan Lahan pekarangan di perdesaan dikelompokkan berdasarkan luas
lahan. a.
Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4 empat, yaitu: 1.
Pada perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m
2
2. Pada perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m
2
3. Pada perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m
2
4. Pada perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m
2
b. Pekarangan pedesaan dikelompokkan menjadi 4 empat, yaitu:
1. Pekarangan sangat sempit tanpa halaman
2. Pekarangan sempit 120 m
2
3. Pekarangan sedang 120-400 m
2
4. Pekarangan luas 400 m
2
2.2 Kultur Pekarangan