Pemantauan Jentik Berkala Tindakan Keluarga dalam Pencegahan DBD

berapa banyak ditarok ke dalam bak, yang dikasi petugas kesehatan itu kami bagi-bagilah untuk beberapa bak kamar mandi kami. Tapi kami juga kan disuruh menguras bak kamar mandi, ya sudah hilanglah bu bubuk itu”, katanya. Ibu Siska melanjutkan, “ kalo untuk beli sendiri ya gak bisa lah bu, untuk apa, orang setiap minggunya kami bersihkan bak kamar mandi, ya kan sayang bubuk itu, jadi seperti buang-buang uang, lagian bersihnya bak kamar mandi kami, kalo di kasi ya gimana lagi, masak gak di terima”, kata Bu Siska sambil tersenyum. Hampir semua ibu memang kurang memahami kegunaan, tempat untuk meletakkan serta berapa jumlah abate yang yang diberikan oleh petugas kesehatan. Abate sebenarnya memiliki fungsi untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Dosis 10 gram digunakan pada tempat penampungan air dengan kapasitas 100 liter air. Abate ini biasanya digunakan pada tempat-tempat penampung air yang jarang dibersihkan, sebagai contoh misalnya untuk daerah yang sulit air, di mana rumah- rumah penduduk memiliki bak dengan ukuran besar untuk menampung air hujan sebagai upaya penyediaan air keperluan keluarga.

5.3.7. Pemantauan Jentik Berkala

Pemeriksaan jentik-jentik nyamuk dilakukan oleh Juru Pemantau Jentik Jumantik. Untuk setiap lingkungan tempat tinggal ada seorang petugas Jumantik. Ibu Diah yang lebih sering berada di rumah mengatakan bahwa sangatlah jarang Jumantik datang ke rumah-rumah. Paling akan datang ke rumah untuk memeriksa jentik-jentik di rumah dan sekitarnya, jika ada kasus DBD yang ditemukan di lingkungan tersebut. Jika tidak ada kasus maka pemeriksaan tidak dilakukan. Ibu Diah pernah sekali kedatangan petugas Jumantik, tetapi petugas kurang menjelaskan Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 maksud kedatangannya, “si petugas cuma bilang mau periksa kamar mandi, mau lihat ada tidak nyamuk deman berdarah”. Setelah selesai memeriksa, petugas tersebut langsung pamit pulang, tanpa memberitahukan apa hasil pemeriksaan, kegunaannya untuk apa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pencegahan DBD. Salah seorang petugas Jumantik yang saya temui, memberikan komentar yang lain yang sedikit bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Diah. Menurut Bapak Yoyo petugas Jumantik yang sekaligus kepala lingkungan tersebut, sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam keikutsertaan mencegah DBD, petugas Jumantik sudah berupaya untuk melaksanakan tugas yang diembannya, seperti pengungkapannya ini: “ Aku memang dilibatkan dalam upaya mencegah DBD, aku kan sangat mengenal lingkungan ini. Aku dulu dilatih oleh petugas kesehatan mengenai kegiatan pemantauan jentik-jentik ini. Ya cukup berpengalamanlah bu, kan sudah lama juga aku jadi jumantik. Pekerjaan jumantik ini selalu dilakukannya bu, tapi kadang-kadang masyarakat di sini suka kurang kesadarannya. Ada juganya masyarakat yang gak mau diperiksa rumahnya apalagi kamar mandinya, takut mereka nanti dikasi tau ke orang lain kalo kamar mandinya jorok, atau rumahnya jorok. Manalah sempat aku cerita-cerita itu, mereka saja yang berprasangka buruk. Jadi gimana bu mana bisa kita paksa kalo orang gak mau kan. Serba salah lah bu, kalo gak kami kerjakan, kami juga yang disalahkan oleh petugas kesehatan, dibilang gak becus kerjalah. Padahal berapalah gaji kami jadi jumantik”, kata pak Yoyo. Berdasarkan jawaban-jawaban informan tersebut diketahui bahwa proses penyebaran informasi tentang DBD belum mengacu kepada konsep komunikasi. Pengetahuan keluarga-keluarga ini tentang pencegahan DBD, seperti pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu tahu, Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Mengacu pada tingkatan pengetahuan yang disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa tingkatan pengetahuan keluarga tentang penyakit DBD dapat dikelompokkan pada tingkatan mengetahui dan mampu untuk memahami, namun secara keseluruhan tingkat pengetahuan ini belum mencapai tahap aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan yang hanya sampai pada tingkat pemahaman ini tentunya akan memberikan suatu hambatan dalam upaya pencegahan DBD. Masih adanya suatu pemahaman di masyarakat bahwa upaya pencegahan DBD ini milik petugas kesehatan atau menjadi tugas dan tanggung jawab petugas kesehatan, bukan tanggung jawab dari masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat keberhasilan PSN sangat rendah. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang petugas kesehatan yang mengatakan bahwa, “ kalau fogging masyarakat menerima dengan baik, akan tetapi anjuran petugas kesehatan tentang PSN kurang dilaksanakan”. Kegiatan penggerakkan PSN-DBD pada dasarnya adalah upaya memotivasi keluarga sebagai anggota masyarakat untuk menjaga rumah dan lingkungannya agar selalu bebas dari jentik dan nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan ini perlu dilakukan secara terus-menerus dengan melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat seperti kader kesehatan, PKK, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, lintas sektor dan sebagainya. Untuk dapat memberantas penyakit demam berdarah maka tindakan yang dilakukan adalah memutuskan rantai penularan dengan melakukan pemberantasan pada vektor. Menurut Soedarmo 2005: 59, cara yang dapat digunakan yaitu: Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 1. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yang dapat dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik ialah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dapat dilakukan ialah: a menggunakan anti nyamuk semprotspray ; b menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit; c memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak ke dalam ruangan. 2. Pemberantas vektor jangka panjang. Cara yang dapat dilakukan secara terus- menerus adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban, dan semua yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu minggu sekali ditukar airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lainnya digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva. 3. Apabila dana dan sarana terbatas, usaha pemberantasan vektor dapat dibantu dengan menggunakan bahan kimia. Dua dari tiga cara di atas melibatkan peranan masyarakat sepenuhnya. Masalah peran serta masyarakat tidak terlepas dari perilaku individu-individu sebagai anggota masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, agar masyarakat mau berperilaku kesehatan maka perlu peningkatan pengetahuan tidak hanya sampai tahap tahu dan paham, tetapi mencapai tahap aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Begitu juga dengan sikap. Sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya. Penekanan Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 sikap ini tidak hanya mencapai tahap menerima dan menanggapi, tetapi harus lebih dalam lagi yaitu mencapai tingkatan menghargai dan bertanggungjawab Notoatmodjo, 2005: 50-54. Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan