kelompok kerja pemberantasan DBD disebut dengan POKJANAL DBD dan POKJA DBD tingkat DesaKelurahan Koban, 2005: 8.
Diharapkan perilaku masyarakat akan berubah jika ada peraturan dan kepastian hukum law enforcement yang mengikat dan mewajibkan setiap anggota
masyarakat untuk melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit DBD di lingkungan keluarga dan masyarakat. Apabila dilanggar akan dikenakan sanksihukuman yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku Koban, 2005: 8.
2.4. Pemberantasan Vektor
Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan jentiknya. Menurut Soedamo 2005: 60 jenis kegiatan pemberantasan nyamuk
penularan DBD meliputi:
2.4.1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap
nyamuk dewasa,
dilakukan dengan
cara penyemprotan pengasapanfogging dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat
kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda-benda tergantung, karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk
penular malaria. Insektisida yang dapat digunakan adalah insektisida golongan organophosphat, misalnya malathion, fenitrothion, dan pyretroid, sintetik misalnya
lambda sihalotrin dan permetin Soedamo, 2005: 60. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi
penularan, akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentiknya agar
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
populasi nyamuk penular tetap dapat ditekan serendah-rendahnya. Sehingga apabila ada penderita DBD tidak dapat menular kepada orang lain Soedamo, 2005: 61.
2.4.2. Pemberantasan Larva Jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dilakukan dengan cara Depkes RI, 2005: 14:
a. Kimia, yaitu dengan cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik larvasida. Ini dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi
temephos yang digunakan adalah granules sand granules. Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gr 1 sendok makan rata untuk setiap 100 liter air.
Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golonga insect growth regulator.
b. Biologi, yaitu dengan memelihara ikan pemakan larva yaitu ikan nila merah
Oreochromosis niloticus gambusia sp., ikan guppy Poecillia reticulata, dan ikan grass carp Etenopharyngodonidla. Selain itu dapat digunakan pula Bacillus
Thuringiensis var Israeliensis BTI atau golongan insect growth regulator. c.
Fisik, yaitu dengan kegiatan 3M Menguras, Menutup, Mengubur. Menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga tempayan,
drum dll, mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas kaleng, ban dll. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu.
Apabila PSN ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk Aedes aegypti dapat dikurangi sehingga tidak menyebabkan penularan
penyakit. Untuk itu diperlukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, karena keberadaan
jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku masyarakat Depkes RI, 2005: 14.
2.5. Perilaku