Letak dan Fungsi Pelabuhan

angin pasat tenggara pada waktu melintas garis khatulistiwa akan berubah menjadi barat daya, sedangkan apabila angin pasat timur laut melintas khatulistiwa dalam perjalanan ke selatan ia akan berubah menjadi angin laut. Faktor kedua ialah lokasi Indonesia di antara dua kontinen, Asia dan Australia. Iklim panas di salah satu benua ini akan mengakibatkan suatu tekanan rendah yang cukup mempengaruhi daerah angin mati tersebut bergeser lebih jauh ke selatan atau utara menurut musimnya sehingga merubah arah angin yang bersangkutan. Dengan demikian terjadilah angin musim yang berubah tujuan setiap setengah tahun sehingga angin memutar haluannya 180 . 21 Perubahan musim ini sudah lama dikenal pelaut-pelaut Nusantara. Dengan memanfaatkan perubahan angin, pada bulan Oktober kapal-kapal sudah berangkat dari Maluku menuju pusat-pusat perdagangan di kota-kota sebelah barat. Adapun pada bulan Maret dengan menggunakan angin barat biasanya dimanfaatkan oleh pedagang yang berada di bagian barat seperti Malaka, Riau, Johor, dan Batavia, untuk berlayar kearah timur. 22

E. Letak dan Fungsi Pelabuhan

Dalam dunia perdagangan maka tempat untuk kapal dagang berhenti adalah pelabuhan. Ramai atau tidaknya pelabuhan di suatu wilayah tergantung dari berbagai faktor, di antaranya yang penting sekali adalah faktor ekologi. Pelabuhan bukan saja tempat berlabuh, tetapi tempat kapal berlabuh dengan aman, terlindung dari ombak besar, angin dan arus yang kuat seperti yang tersirat dalam arti kata harbour Inggris dan Haven Belanda. 21 Adrian B. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17 Jakarta: Komunitas Bambu, 2008, h. 3. 22 Ibid. Tempat yang paling baik untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai, agak jauh ke dalam. Namun, dalam hal ini lebar sungai membatasi perkembangan pelabuhan bersangkutan. Oleh sebab itu, banyak pelabuhan terletak di muara yang agak terbuka, atau meskipun kurang terlindung di dalam sebuah teluk. Dalam jaringan lalulintas di sebuah negeri kepulauan seperti di Nusantara, fungsi pelabuhan adalah sebagai penghubung jalan maritim dan jalan darat. 23 Kesultanan Banjarmasin merupakan daerah yang banyak dialiri oleh sungai yang menghubungkan daerah pantai dengan pedalaman. Sungai menjadi jalur transportasi yang sangat vital bagi kepentingan ekonomis sekaligus politis karena jalan darat masih sangat sulit disebabkan hutan yang lebat. 24 Sungai Barito yang merupakan sungai terbesar di Kesultanan Banjarmasin merupakan sungai yang terpenting, karena pengangkutan barang dagangan dari pedalaman ke pantai dan sebaliknya serta operasi militer sering dilakukan melalui sungai ini. Cabang terpenting dari sungai Barito yang menghubungkan daerah pantai dengan pedalaman adalah sungai Banjarmasin dan sungai Negara. Di pusat pertemuan sungai Barito dengan sungai Banjarmasin terletak pelabuhan Tatas Banjarmasin. Lebih kurang 20 km kearah timur dari kota pelabuhan Tatas terletak Kayutangi, tepatnya di tepi sungai Banjarmasin dimana istana sultan 23 Ibid. 24 Telah dipahami bahwa sungai merupakan akses masuk untuk memudahkan pengangkutan barang dari wilayah pedalaman ke pelabuhan. Semua kerajaan di Asia Tenggara pada zaman perdagangan telah menggunakan fungsi sungai sebagai akses masuk. Lihat: The Cambridge History of Southeast Asia from early time to 1800, volume I, editor: Nicholas Tarling Cambridge: Cambridge University Press 1992, h. 479. berada. Pada tahun 1771 istana dipindahkan lagi kearah timur, lebih kurang 18 km dari Kayutangi yaitu ke Martapura yang sering disebut sebagai Bumikencana. 25

F. Posisi Banjarmasin Dalam Dunia Perdagangan