Selain aktivitas perdagangan orang Bugis di banjarmasin yang sudah cukup lama terjalin misalnya, diperkuat dengan perkawinan yang terjadi antara
wanita keturunan Bugis dengan putera Sultan Inayatullah m. 1678-1685 menjadi salah satu faktor terjalinnya hubungan yang cukup erat antara orang
Bugis dan keluarga sultan. Oleh karenanya, orang Bugis mendapat izin dari Sultan Hamidullah 1700-1745 untuk mendirikan semacam daerah koloni di Pegaten
daerah pantai di bagian utara dekat pasir pada tahun 1733. berikutnya pada tahun 1750, orang-orang Bugis mendirikan lagi daerah koloni di Pasir.
58
Di Banjarmasin orang-orang Bugis mempunyai posisi yang agak unik sekali di samping perdagangan, mereka sering menjadi kekuatan laskar atau
tentara yang bisa digunakan oleh salah satu pihak dari golongan penguasa bila sedang terjadi konflik fisik antara mereka.
59
3. Bangsa Eropa
Banjarmasin di abad XVI belum dikunjungi oleh bangsa Eropa. Banjarmasin mulai dikenal oleh bangsa Eropa semenjak kehadiran orang
Banjarmasin yang datang ke Banten pada tahun 1596 untuk berdagang yang membawa beras, ikan kering dan lilin,
60
barang bawaan tersebut merupakan hasil penukaran barang-barang mereka yang berupa intan, emas dan hasil hutan.
Setibanya di pelabuhan Banten para pedagang Banjamrasin mengalami perampasan barang dagangan oleh Belanda.
61
58
Gerrit Knaap dan Heather Sutherland, Monsoon Traders: Ships, Skippers and Commodities in Eighteenth-Century Makassar
, h. 141.
59
Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h. 40.
60
Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18
de
Eeuw, h. 5.
61
Ibid.
Hubungan Banjarmasin dengan bangsa Eropa selalu mengalami pasang surut, hal ini dikarenakan sikap sultan yang selalu berhati-hati akan monopoli
yang dilakukan oleh bangsa Eropa agar tetap terjaganya kestabilan politik dan ekonomi kesultanan.
Hubungan awal bangsa Eropa diawali dengan kehadiran bangsa Belanda, pada 7 Juni 1607 di pelabuhan Banjarmasin, dikirimnya Koopman Gillis
Michielszoon. Diundang turun ke darat beserta anak buahnya, namun kemudian dibunuh semuanya dan barangnya dirampas.
62
Lima tahun kemudian barulah pembalasan Belanda tiba, pada tahun 1612 istana sultan yang terletak di
Banjarmasin hancur terbakar oleh tembakan-tembakan dari kapal-kapal Belanda. Sultan akhirnya memindahkan pusat kerajaan lebih ke pedalaman, ke Kayutangi.
Hubungan ini kemudian baru membaik di tahun 1636 dibuat kontrak yang pertama antara Banjarmasin dengan Belanda, namun ini tidak berlangsung lama.
Karena pada tahun 1638 terjadi lagi pembunuhan oleh rakyat Banjarmasin terhadap orang-orang Belanda akibat sikap anti terhadap Belanda.
63
Dalam perjanjian baru antara Belanda dan Banjarmasin tertanggal 18 Desember 1660, Belanda meminta penggantian rugi kepada Banjarmsin sebesar
50.000 real.
64
Di tahun 1666 perusahaan dagang Belanda di Banjarmsin di tarik mundur ketika sultan berjanji untuk menjual semua lada ke Batavia.
65
62
Pembunuhan ini mungkin adalah sebuah aksi balasan yang dilakukan oleh Sultan, akibat perampasan jung Banjarmasin di Banten pada tahun 1596 oleh Belanda.
63
Saleh, Banjarmasih, Banjarmasin: 1975, h. 66.
64
Ibid., h. 74.
65
Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18
de
Eeuw, h. 12.
Lihat juga, Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, h. 55.
Bangsa Inggris sendiri mendirikan perusahaan dagang di Banjarmasin di tahun 1615, akibat Belanda memblokade Banten 1620-1628.
66
Hubungan perdagangan yang semakin erat antara Banjarmasin dengan Inggris terjadi pada
masa pemerintahan Sultan Saidillah 1685-1700. Henry Watson dan Captain Cotesvorth tiba di bulan April 1700 kemudian sultan mengizinkan orang-orang
Inggris mendirikan kantor dagangnya di Pasir dengan syarat membayar sejumlah uang sewa kepada sultan.
67
Pada Tahun 1701-1706 Inggris telah mengekspor lada sebanyak 3.421 ton untuk Eropa.
68
Produk lainnya seperti sarang burung dan emas merupakan barang komoditi kedua.
Keterangan-keterangan di atas cukup menunjukan betapa besarnya perdagangan di Kesultanan Banjarmasin sejak abad XVI hingga abad XVIII.
Kehadiran bangsa asing yang telah ikut meramaikan perdagangan di sana boleh dikatakan betapa pentingnya Kesultanan Banjarmasin dalam lintas perdagangan di
Nusantara. Hubungan dagang baik antar berbagai bangsa, adanya persaingan asing dalam hal perolehan komoditi perdagangan, dan bagaimana sikap sultan untuk
mempertahankan diri dari monopoli perdagangan asing, dan sikap perlawanan terhadap bangsa asing, kesemuanya itulah yang menjadikan Banjarmasin tetap
dipandang sebagai sebuah pelabuhan bebas hingga pertengahan kedua abad XVIII.
66
Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, h. 57.
67
Ibid., menurut Suntharalingan, yang mengutip dari Arsip Inggris “Company to Council
at Banjarmasin, 29 August 1701” : Inggris diizinkan berdagang dengan Bea Cukai 350,- per Vassal.
68
Ibid., h. 67.
D. Mundurnya Perdagangan Kesultanan Banjarmasin Pada Akhir Abad XVIII