10 Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan terhadap TB.
11 Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. 12 Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium
Development Goals MDGs. Sedangkan strategi yang digunakan untuk mencapai keberhasilan program P2
TB paru adalah melalui 1 Peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatu
prioritas, 2 Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara bertahap dan sistematis, 3 Peningkatan kerjasama dan
kemitraan dengan pihak terkait melalui kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial, 4 kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan
bantuan sumber daya, dan 5 Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervisi, pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan.
2.1.5. Kegiatan Program TB Paru
Kegiatan pada program penanggulangan TB Paru yaitu kegiatan pokok dan kegiatan pendukung. Kegiatan pokok mencakup kegiatan penemuan penderita case
finding pengamatan dan monitoring penemuan penderita didahului dengan penemuan tersangka TB paru dengan gejala klinis adalah batuk-batuk terus menerus
selama tiga minggu atau lebih. Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala utama ini harus dianggap suspek tuberculosis atau tersangka TB Paru
Universitas Sumatera Utara
dengan passive promotive case finding penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif.
Pengobatan TB Paru dilakukan dalam dua tahap kriteria, yaitu tahap awal intensif, 2 bulan dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang
dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan
Biyanti, 2002 Pengobatan TB Paru Kriteria I Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak,
tidak menderita TB dan II Terinfeksi TBtest tuberkulin +, tetapi tidak menderita TB gejala TB tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mgkgbbhari. Pengobatan TB Paru dengan menggunakan strategi DOTS atau Directly
Observed Treatment Short-course adalah strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka
proses penyembuhan TB dapat secara tepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh WHO, 2006 Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 95.
Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu, a komitmen politis dari para
Universitas Sumatera Utara
pengambil keputusan, termasuk dukungan dana, b diagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis, c, kesinambungan persediaan OAT jangka
pendek untuk penderita, dan d Pengobatan TB dengan paduan obat anti-TB jangka pendek, diawasi secara langsung oleh PMO Pengawas Menelan Obat WHO, 2000.
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai upaya pendekatan yang paling tepat saat ini untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia. Pengobatan TB
tanpa didukung oleh kualitas dan persediaan OAT yang baik akan menyebabkan kegagalan pengobatan dan Multi Drug Resistance yang dapat memperparah keadaan
penderita TB. OAT yang tersedia saat ini harus dikonsumsi penderita dalam jumlah tablet yang cukup banyak dan dapat menyebabkan kelalaian pada penderita, oleh
sebab itu banyak ahli berusaha untuk mengembangkan OAT-Fixed Dose Combination FDC, yaitu kombinasi OAT dalam jumlah tablet yang lebih sedikit dimana jumlah
kandungan masing-masing komponen sudah disesuaikan dengan dosis yang diperlukan. Diharapkan dengan penggunaan OAT-FDC dapat menyederhanakan
proses pengobatan, meminimalkan kesalahan pemberian obat, dan mengurangi efek samping WHO, 2003.
2.1.6. Evaluasi Program Penanggulangan TB Paru