kurangnya pemahaman petugas pembuatan sediaan sputum untuk diperiksa. Selain itu pada pengelola program juga masih ditemui tidak langsung membuat daftar suspek
TB maupun penderita TB dalam buku register, sehingga berdampak terhadap pencatatan dan pelaporan kasus TB puskesmas. Berdasarkan aspek koordinasi,
wawancara singkat dengan wakil supervisor TB, bahwa masih terbatasnya pertemuan rutin tentang pencapaian program TB puskesmas, namun hanya sebatas koordinasi
jika ditemukan kasus TB, dan itupun berdasarkan laporan masyarakat yang mengantar suspek TB ke puskesmas, artinya koordinasi yang diciptakan bukan
berdasarkan rencana kerja, namun bersifat mendadak, dan tidak terencana dengan baik. Kondisi ini juga disebabkan oleh minimnya pelatihan tentang TB Paru baik bagi
petugas laboratorium, maupun petugas penemuan kasus, dan kalau pun ada hanya sekali dalam setahun dengan pelaksana Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
bukan terencana di Dinas Kesehatan Kota Binjai. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh koordinasi dan kompetensi pengelola program terhadap kinerja pengelola program penanggulangan TB paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Binjai.
1.2. Permasalahan
Permasalahan penanggulangan TB paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai masih menjadi prioritas program kesehatan. Permasalahan tersebut
diindikasikan dari rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Kota Binjai yang dilihat dari rendahnya cakupan pengobatan TB Paru, rendahnya cakupan penemuan kasus, tingginyanya kasus-kasus Drop Out pengobatan
penderita TB paru, serta masih tingginya angka insiden dan prevalens kasus TB paru. Permasalahan lain adalah minimnya sumber daya manusia dari aspek kualitas, yang
dilihat dari minimnya pendidikan dan pelatihan informal petugas kesehatan dalam upaya peningkatan penanggulangan TB paru, dan dari aspek manajemen salah satu
faktor yang diasumsikan menyebabkan rendahnya cakupan keberhasilan program TB paru adalah rendahnya koordinasi dilintas internal Dinas Kesehatan Kota Binjai dan
koordinasi antar unit dalam program penanggulangan TB Paru. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh koordinasi dan kompetensi
pengelola program terhadap kinerja pengelola program penanggulangan TB paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh koordinasi dan kompetensi pengelola program terhadap kinerja pengelola program penanggulangan
TB paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah ada pengaruh koordinasi dan kompetensi pengelola program terhadap kinerja pengelola program TB paru di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Binjai.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai
Bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai menjadi masukan dalam rencana program kerja tahunan maupun triwulan dalam rangka meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan bagi penderita TB Paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas pengelola program. 2. Bagi Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Bagi Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota menjadi masukan dalam menyusun rencana kerja secara teknis operasional dengan upaya peningkatan
kualitas SDM pengelola program TB, guna mereduksi angka kesakitan TB paru dan meningkatkan cakupan pengobatan TB paru di wilayah kerjanya
masing-masing di Kota Binjai. 3. Bagi Penelitian Berikutnya
Menjadi rujukan informasi, data dan telaah tentang penanggulangan TB Paru untuk penelitian dan kajian-kajian ilmiah berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru 2.1.1. Tuberkulosis Paru dan Klasifikasi TB Paru