Karateristik Individu Variabel Pengetahuan

b. Karateristik Individu

Karakteristik individu sebagai petugas TB paru dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bertugas, dan pelatihan yang diikuti. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Petugas TB Paru di Kota Binjai Tahun 2013 No Karakteristik Petugas TB Paru Jumlah A Umur 1.24 – 34 7 19,44 2.35 – 45 25 69,45 3.45 4 11,11 Total 36 100 B Jenis Kelamin 1.Laki-laki 3 8,33 2.Perempuan 33 91,67 Total 36 100 C Pendidikan 1.SMU 6 16,67 2.Diploma 22 61,11 3.Sarjana 8 22,22 Total 36 100 D Lama Kerja 1.2 - 10 tahun 16 44,44 2.11 - 18 tahun 11 30,56 3.18 Tahun 9 25,00 Total 36 100 E Pelatihan 1. Ya 13 36,11 2. Tidak 23 63,89 Total 36 100 Tabel 4.2. di atas menunjukkan, berdasarkan umur, diketahui petugas TB paru mayoritas berusia antara 35 – 45 tahun yaitu sebanyak 25 orang 69,44, dan mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak 33 orang 91,67. Sedangkan Universitas Sumatera Utara berdasarkan pendidikan mayoritas adalah berpendidikan Diploma yaitu sebanyak 23 orang 63,89, dengan lama kerja mayoritas 2-10 tahun yaitu sebanyak 16 orang 44,44. Selain itu umumnya petugas TB paru belum pernah mengikuti pelatihan secara formal tentang pelaksanaan program penanggulangan TB paru yaitu sebanyak 23 orang 63,89.

4.3. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini mencakup seluruh variabel yang diteliti yaitu variabel independen maupun variabel dependen dan didistribusikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang meliputi:

4.3.1. Kompetensi Petugas TB Paru

Kompetensi petugas TB paru di Kota Binjai didasarkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berikut disajikan distribusi frekuensi masing-masing variabel.

a. Variabel Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan petugas TB Paru, sebagian besar responden tidak mengetahui seseorang dikatakan sebagai suspek TB yaitu sebanyak 21 responden 58,3, sedangkan yang mengetahui sebanyak 15 responden 41,7. Sebagian besar responden sudah tidak mengetahui cara menentukan diagnosa pasti sebagai penderita TB Paru yaitu sebanyak 28 responden 77,8, akan tetapi terdapat 8 responden 22,2 yang mengetahui cara menentukan diagnosa pasti sebagai penderita TB Paru.. Hal ini dapat dlihat pada tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Petugas TB Paru di Kota Binjai Tahun 2013 No Pertanyaan Benar Salah Total N n N 1 Mengetahui seseorang dikatakan sebagai suspek TB 15 41,7 21 58,3 36 100 2 Mengetahui cara menentukan diagnosa pasti sebagai penderita TB Paru 8 22,2 28 77,8 36 100 3 Mengetahui cara lanjutan yang harus dilakukan untuk memastikan menderita TB Paru 16 44,4 20 55,6 36 100 4 Mengetahui penegakan diagnosis TB Paru 16 44,4 20 55,6 36 100 5 Mengetahui strategi penemuan kasus yang efektif 17 47,2 19 52,8 36 100 6 Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya TB paru 20 55,6 16 44,4 36 100 7 Mengetahui jumlah kasus TB paru 16 44,4 20 55,6 36 100 8 Mengetahui secara pasti seseorang telah sembuh TB paru 27 75,0 9 25,0 36 100 9 Mengetahui jangka waktu pengobatan TB paru berlangsung agar penderita TB sembuh 8 22,2 28 77,8 36 100 10 Mengetahui tujuan utama pengobatan TB paru 9 25,0 27 75,0 36 100 11 Mengetahui secara berkesinambungan minum obat penderita TB Paru 29 80,6 7 19,4 36 100 12 Mengetahui tujuan penemuan kasus TB Paru 14 38,9 22 61,1 36 100 13 Mengetahui tujuan pemeriksaan dahak mikroskopis 32 88,9 4 11,1 36 100 14 Mengetahui tugas-tugas pengelola program TB Paru 17 47,2 19 52,8 36 100 15 Mengetahui indikator program TB dikatakan berhasil 12 33,3 24 66,7 36 100 Tabel 4.3. di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas petugas TB menjawab tidak benar tentang jangka waktu pengobatan TB paru yaitu sebanyak 28 orang 77,8, mayoritas petugas TB menjawab benar yaitu tujuan pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu sebanyak 32 orang 88,9, namun mayoritas petugas TB malah Universitas Sumatera Utara tidak menjawab dengan benar tugas-tugas pengelola TB paru yaitu sebanyak 19 orang 52,8. Berdasarkan keseluruhan skoring di atas, maka variabel pengetahuan dikelompokkan berdasarkan dua kategori yaitu baik dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang paling banyak ada pada kategori kurang yaitu 20 responden 55,56. Sedangkan pada kategori baik ada 16 responden 44,44. Seperti terlihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Petugas TB Paru di Kota Binjai Tahun 2013 No Pengetahuan Jumlah 1 Baik 16 44,44 2 Kurang 20 55,56 Total 36 100 b. Variabel Sikap Variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 15 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak setuju jika batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas patut dicurigai menderita TB yaitu sebanyak 23 orang 63,9, mayoritas responden yaitu sebanyak 23 orang 63,9 malah tidak setuju jika penegakan diagnosa yang tepat harus melalui photo thorak, selanjutnya mayoritas responden tidak setuju yaitu sebanyak 21 orang 58,3 bahwa sanitasi rumah yang tidak saniter dapat menyebabkan penularan TB paru. Mayoritas responden yaitu sebanyak 23 orang 63,9 tidak setuju bahwa Setiap petugas perlu bekerjasama dengan petugas kesehatan lain dalam program TB Paru, demikian juga perlu Universitas Sumatera Utara dipahami bahwa penularan TB paru sangat cepat melalui percikan dahak. Keseluruhan jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Petugas TB Paru di Kota Binjai Tahun 2013 No Pertanyaan Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Total n n N N 1 Mengalami batuk produktif selama 2- 3 minggu atau lebih yang tidak jelas patut dicurigai menderita TB 2 5,6 11 30,6 23 63,9 36 100 2 Penegakan diagnosa yang tepat adalah melalui pemeriksaan dahak mikroskopis minimal 2 kali dan pemeriksaan photo thorak 4 11,1 9 25,0 23 63,9 36 100 3 Sanitasi perumahan yang tidak saniter merupakan faktor penularan TB Paru 3 8,3 12 33,3 21 58,3 36 100 4 Kepadatan hunian di dalam rumah dapat juga menyebabkan penularan TB Paru 2 5,6 24 66,7 10 27,8 36 100 5 Perlu dilakukan penemuan suspek TB paru secara aktif di wilayah kerja masing-masing, bukan hanya menunggu pasien yang datang ke puskesmas saja 5 13,9 13 36,1 18 50,0 36 100 6 Penderita TB paru perlu diawasi pengobatannya sampai 6 bulan secara berturut-turut 22 61,1 13 36,1 1 2,8 36 100 7 Pengobatan TB paru harus berlangsung terus menerustidak boleh putus selama 6 bulan 4 11,1 13 36,1 19 52,8 36 100 8 Tujuan utama pengobatan TB paru yang direkomendasikan kementerian Kesehatan RI adalah memaksimalkan penurunan angka kesakitan dan penurunan kematian akibat TB paru 4 11,1 19 52,8 13 36,1 36 100 9 Tujuan penemuan kasus TB Paru adalah untuk memutuskan mata rantai penularan TB paru 5 13,9 23 63,9 8 22,2 36 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Lanjutan No Pertanyaan Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Total n n n N 10 Setiap petugas perlu bekerjasama dengan petugas kesehatan lain dalam program TB Paru 2 5,6 11 30,6 23 63,9 36 100 11 Perlu dipahami bahwa penularan TB paru sangat cepat melalui percikan dahak 4 11,1 9 25,0 23 63,9 36 100 12 Dikatakan pengobatan berhasil jika tidak ditemukan lagi kasus TB Paru dalam satu periode tertentu 3 8,3 12 33,3 21 58,3 36 100 13 Program penanggulangan TB paru terintegrasi dengan program kesehatan lain 5 13,9 23 63,9 8 22,2 36 100 14 Cakupan pengobatan TB paru harus 88 lebih dari sejumlah penderita TB paru yang diobati 3 8,3 14 38,9 19 52,8 36 100 15 Obat anti TB paru harus dibagikan gratis kepada penderita TB Paru, dan dapat diperoleh di Puskesmas 5 13,9 21 58,3 10 27,8 36 100 Tabel 4.5. di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas petugas TB tidak setuju jika cakupan pengobatan TB harus 88 dari sejumlah penderita TB yaitu sebanyak 19 orang 52,8, dan petugas TB juga menjawab kadang-kadang yaitu sebanyak 21 orang 58,3 bahwa Obat anti TB paru harus dibagikan gratis kepada penderita TB Paru, dan dapat diperoleh di Puskesmas. Berdasarkan hasil skoring indiaktor sikap, maka variabel sikap dapat dikategorikan menjadi baik, dan kurang. Seperti pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Petugas TB Paru di Kota Binjai Tahun 2013 No Variabel Sikap 36 100 1 Baik 16 44,44 2 Kurang 20 55,56 Total 36 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai sikap kurang yaitu sebanyak 20 orang 55,56, dan kategori baik sebanyak 16 orang 44,44.

c. Variabel Keterampilan

Dokumen yang terkait

Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

27 235 120

Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2013

3 67 113

Analisis Kompetensi Petugas Kesehatan dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru pada Program Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Uutarakyat Kabupaten Dairi Tahun 2006

0 32 80

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009

23 230 131

EFEKTIFITAS PROGRAM PENYULUHAN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP PERILAKU SEHAT PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JANTI DAN MULYOREJO KOTA MALANG

5 45 31

Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

4 14 133

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pengelola melalui Kepuasan Kerja (Studi pada Pengelola Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Jayapura Provinsi Papua)

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru 2.1.1. Tuberkulosis Paru dan Klasifikasi TB Paru - Pengaruh Koordinasi dan Kompetensi Pengelola Program Terhadap Kinerja Pengelola Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru di Wilayah Ker

0 1 41

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Koordinasi dan Kompetensi Pengelola Program Terhadap Kinerja Pengelola Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2013

0 1 13

PENGARUH KOORDINASI DAN KOMPETENSI PENGELOLA PROGRAM TERHADAP KINERJA PENGELOLA PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA BINJAI TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Keseh

0 1 16