Analisis Daya Pembeda Taraf Kesukaran

Reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut. [ ] [ ] dengan rumus varians : Keterangan: : reliabilitas yang dicari : banyaknya butir soal : jumlah varians skor tiap – tiap butir soal : varians total : skor tiap butir soal : jumlah skor butir soal : jumlah kuadrat skor butir soal : banyaknya subjek uji coba Arikunto, 2007. Kriteria pengujian reliabilitas tes adalah membandingkan harga r 11 dengan harga r tabel pada product moment dengan taraf signifikan 5. Jika r 11 r tabel maka soal reliabel. Berdasarkan analisis hasil uji coba pre test dengan N = 32 dan taraf signifikan 5 diperoleh r 11 = 0,736 sedangkan r tabel = 0,349. Sedangkan analisis hasil uji coba post test dengan N=31 dan taraf signifikan diperoleh r 11 = 0,651 sedangkan r tabel = 0,355. Karena r 11 r tabel maka soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

3.6.3 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai berkemampuan rendah. Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda Arikunto, 2007. Menurut Zulaiha 2008, daya pembeda soal uraian diperoleh melalui perhitungan dengan rumus: Keterangan : : Daya Pembeda Soal Uraian : Rata-rata skor siswa pada kelompok atas : Rata-rata skor siswa pada kelompok bawah : Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran Soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25 karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Kategori Diterima Diperbaiki Ditolak Zulaiha, 2008 Berdasarkan hasil analisis uji coba soal pre test pada Tabel 3.3 diperoleh butir soal nomor 2, 3, 4, 6 diterima sedangkan butir soal nomor 1 dan 5 harus diperbaiki. Hasil analisis uji coba post test pada Tabel 3.4 diperoleh butir soal nomor 3, 4, 6 diterima sedangkan butir soal nomor 1, 2, 5 harus diperbaiki. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

3.6.4 Taraf Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal – soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional Sudjana, 2005. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Teknik perhitungannya adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus passing grade untuk tiap – tiap item. Menurut klasifikasi puspendik sebagaimana dikutip oleh Zulaiha 2008:32, tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus: Keterangan : : Taraf Kesukaran Soal Uraian : Rata – rata skor siswa : Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini kriteria taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Kriteria Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran Kategori Sukar Sedang Mudah Berdasarkan analisis hasil uji coba soal pre test pada Tabel 3.3 diperoleh butir soal dengan kriteria mudah adalah butir soal nomor 2, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir soal nomor 1, 3, 4 dan butir soal dengan kriteria sukar adalah butir soal nomor 5 dan 6. Sedangkan analisis hasil uji coba soal post test pada Tabel 3.4 diperoleh butir soal dengan kriteria mudah adalah butir soal nomor 1, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir soal nomor 3 dan butir soal dengan kriteria sukar adalah butir soal nomor 2, 4, 5, dan 6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

3.7 Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) terhadap kemampuan Representasi matematis siswa: penelitian kuasi eksperimen di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

9 68 187

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

1 44 410

KOMPARASI KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA KELAS X MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN INDEX CARD DAN WORKSHEET

8 56 387

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK

1 14 207

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI Implementasi Pendekatan Saintifik Dengan Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 15

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI Implementasi Pendekatan Saintifik Dengan Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA Peningkatan Penalaran Matematik Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas VIII E MTs Muhammadiyah Blimbing ( PTK Siswa

0 2 17

PENDEKATAN PENGAJUAN MASALAH SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL MATEMATIK SISWA SMP.

0 1 37

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA

0 0 61

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN GEOGEBRA DI LINGKUNGAN PESANTREN

0 0 10