segiempat. Materi yang diambil khusus pada keliling dan luas bangun belah ketupat, layang
– layang, dan trapesium.
2.1.9 Keterampilan Proses
Keterampilan proses atau dalam bahasa inggris diartikan process skill, yang menurut Collete Chiapetta Susilowati, 2013: 98 bahwa keterampilan
proses merupakan kemampuan seseorang dalam menkonstruksi ilmu, mengemukakan ide, dan mengkomunikasikan informasi. Menurut Hatlen Akbar
Rustaman, 2011: 28, keterampilan proses adalah proses kegiatan – kegiatan
atau berbagai aktivitas siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah
– pisah. Keterampilan
– keterampilan dasar menurut Setiawan, C Supadmiyati, 2013 terdiri dari keterampilan mengobservasi, menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan
data, membuat
kesimpulan sementara,
memprediksikan, menerapkan,
mengkomunikasikan. Pada penelitian ini tidak semua keterampilan dasar tersebut akan diamati. Keterampilan
– keterampilan yang akan diamati adalah keterampilan mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, membuat
hipotesis, merencanakan eksperimen, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, menerapkan, dan mengkomunikasikan. Indikator tiap keterampilan
yang diamati dapat dilihat pada Lampiran 43.
2.1.10 Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri. Menurut Haryono 2005 mandiri mengandung arti yang tidak bergantung pada orang lain, bebas dapat melakukan
sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah meningkatkan kemampuan dan kererampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang
lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung pada guru, teman atau orang lain dalam belajar.
Steinberg Bey Narfin, 2013 menyatakan bahwa siswa yang memperoleh kemandirian merupakan siswa yang dapat memiliki kemampuan
untuk mengatur diri sendiri secara bertanggung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua maupun guru dalam aktifitas belajar demi
mendapatkan nilai dan prestasi yang memuaskan bagi diri dan orang tua. Sering kali orang mengasumsikan bahwa mandiri dalam belajar berarti
siswa bekerja sendiri. Broadly et al. Listyani et al mengatakan bahwa belajar sendiri tidak secara otomatis mengembangkan kemandirian belajar mahasiswa.
Belajar mandiri siswa boleh bertanya, berdiskusi, atau minta penjelasan dari orang lain. Siswa harus mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu
bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. Kozma, Belle, William Haryono, 2005 mendefinisikan belajar mandiri
sebagai usaha individu siswa yang bersifat otonomis untuk mencapai kompetensi tertentu. Apabila siswa memiliki sikap mandiri, maka kegiatan belajar mereka
bertumpu pada aktifitas dan tanggung jawab siswa, tidak bergantung dengan orang lain.
Gunarhadi Bey Narfin, 2013 kemandirian belajar akan tercapai apabila seorang anak dapat memiliki keberhasilan
– keberhasilan yang diperolehnya. Dalam rangka meningkatkan kemandirian seorang anak, maka
hal yang perlu dibiasakan adalah: 1 dorongan untuk berbuat baik, 2 menghargai setiap usaha dan hasil apapun yang dia raih, 3 peduli terhadap
kekurangan dan kebutuhan anak, 4 memberikan latihan untuk memecahkan masalah, dan 5 memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan
sendiri. Aspek
– aspek kemandirian: 1. Ketidak tergantungan dengan orang lain
2. Memiliki kepercayaan diri 3. Berperilaku disiplin
4. Memiliki rasa tanggung jawab 5. Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri
6. Melakukan kontrol diri Hidayati Listyani, 2010
Indikator – indikator tiap aspek dapat dilihat pada Lampiran 41.
2.1.11 Segiempat