Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Mathematics Circuit

pada LKS. Saat itu siswa akan mencoba membuktikan bahwa konsep yang telah ditemukan benar. Kemudian fase VI Generalisasi, siswa menyimpulkan kegiatan pada LKS yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama. Kesimpulan ini akan didapat ketika siswa melakukan penalaran dari hasil kegiatan sebelumnya. Siswa akan mengkomunikasikan hasil diskusinya di depan kelas.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk Widyantini, 2008. Sintaks STAD sama dengan sintaks pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah Indikator Tingkah Laku Guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar Guru menginformasikan pengelompokkan siswa Langkah 4 Membimbing kelompok belajar Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok – kelompk belajar Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah

2.1.7 Mathematics Circuit

Mathematics Circuit Sirkuit Matematika merupakan media permainan edukatif, produktif, dan menyenangkan. Media ini merupakan hasil pengembangan dari permainan ular tangga yang dikembangkan oleh Yusuf dan Auliya 2009. Menurut Yusuf dan Auliya Damayanti Sukestiyarno, 2014 sirkuit matematika dapat meningkatkan konsentrasi peserta didik sehingga muatan kognitif yang ada dalam pembelajaran semakin cepat diserap. Selain aspek kognitif, muatan afektif dan psikomotorik juga meningkat. Aspek afektif dapat terjadi akibat interaksi antar peserta didik dalam bersaing menjadi yang terbaik. Mereka saling mengoreksi, mengingatkan, berdiskusi, bermain dengan jujur, dan saling menghormati satu sama lain ketika mendapat giliran bermain, seakan – akan tutor sebaya terbentuk secara otomatis tanpa dipandu dan diperintah oleh guru. Sementara itu, aspek psikomotorik dapat diperlihatkan dari keaktifan peserta didik dalam bertanya, bermain, dan berdiskusi. Aturan permainan mathematics circuit hampir mirip dengan ular tangga dengan beberapa modifikasi untuk menyisipkan muatan pembelajaran. Dadu yang dipakai tidak berisi titik yang menunjukkan angka, tetapi berisi rumus luas. Sedangkan papan permainannya terdapat gambar bangun datar disetiap kotak. Jika peserta didik mendapat rumus yang muncul pada pelemparan, peserta didik tersebut harus menjalankan bidaknya pada bangun datar pada kotak permainan yang mempunyai rumus luas yang sesuai. Setelah itu, siswa dilaksanakan Langkah 6 Memberikan Penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok Lanjutan Tabel 2.3 mengerjakan soal yang ada pada kotak permainan sesuai dengan berhentinya motor yang berjalan sesuai munculnya dadu dan mengikuti bidak yang telah disediakan. Siswa melakukannya secara bergiliran sampai semua soal dikerjakan.

2.1.8 Kemampuan Representasi Matematik

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) terhadap kemampuan Representasi matematis siswa: penelitian kuasi eksperimen di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

9 68 187

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

1 44 410

KOMPARASI KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA KELAS X MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN INDEX CARD DAN WORKSHEET

8 56 387

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK

1 14 207

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI Implementasi Pendekatan Saintifik Dengan Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 15

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI Implementasi Pendekatan Saintifik Dengan Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA Peningkatan Penalaran Matematik Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas VIII E MTs Muhammadiyah Blimbing ( PTK Siswa

0 2 17

PENDEKATAN PENGAJUAN MASALAH SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL MATEMATIK SISWA SMP.

0 1 37

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA

0 0 61

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN GEOGEBRA DI LINGKUNGAN PESANTREN

0 0 10