Interpretative Structural Modeling ISM

Tabel 14. Structural self interaction matrix SSIM awal elemen 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Setelah structural self interaction matrix SSIM terisi sesuai pendapat responden, maka simbol V, A, X, O dapat digantikan dengan simbol 1 dan 0 sesuai dengan ketentuan sehingga dari situ akan dapat diketahui nilai dari hasil reachability matrix RM final elemen. Bentuk pengisian hasil reachability matrix RM final elemen disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil reachability matrix RM final elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 DP R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 D L Keterangan : DP = driver power ; R = rangking; D = dependence; L = levelhierarki Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui nilai driver power, dengan menjumlahkan nilai subelemen secara horizontal; untuk nilai rangking ditentukan berdasarkan nilai dari driver power yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil; nilai dependence diperoleh dari penjumlahan nilai subelemen secara vertikal; untuk nilai level ditentukan berdasarkan nilai dari dependence yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. 2. Klasifikasi sub-elemen Secara garis besar klasifikasi sub-elemen digolongkan dalam 4 sektor yaitu: a Sektor 1, weak driver-weak dependent variabels autonomous. Sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sub-elemen yang masuk pada sektor 1 jika: Nilai DP ≤ 0.5 X dan nilai D ≤ 0.5 X, X adalah jumlah sub-elemen. b Sektor 2; weak driver-strongly dependent variabels dependent. Umumnya sub-elemen yang masuk dalam sektor ini adalah sub-elemen yang tidak bebas. Sub-elemen yang masuk pada sektor 2 jika : Nilai DP ≤ 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub-elemen. c Sektor 3; strong driver- strongly dependent variabels lingkage. Sub- elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub-elemen akan memberikan dampak terhadap sub-elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Sub-elemen yang masuk pada sektor 3 jika : Nilai DP 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. d Sektor 4; strong driver-weak dependent variabels independent. Sub- elemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub-elemen yang masuk pada sektor 4 jika : Nilai DP 0.5 X dan nilai D ≤ 0.5 X, X adalah jumlah sub-elemen. Hasil analisa matrik dari klasifikasi sub-elemen tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor Marimin, 2004.

3.8 Pendekatan Sistem a.

Analisis kebutuhan Model kebijakan pengembangan rumah susun sederhana sewa rusunawa yang ramah lingkungan green building dalam operasionalisasinya harus dapat memenuhi kebutuhan stakeholders secara optimal, oleh karenanya maka pada penelitian ini akan dilakukan analisis kebutuhan terhadap stakeholders terkait. Pelakustakeholders yang terlibat dalam pengembangaan rumah susun yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah, baik pusat maupun daerah yang akan diwakili oleh, Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, dan Pemerintah Kota Batam 2. Pengelola Rusunawa: Pemkot Batam, Jamsostek, industri 3. Pelaku usaha: kontraktor, konsultan, supplier 4. Akademisi, profesional Ikatan Ahli Beton Pracetak Prategang Indonesia IAPPI 5. Masyarakat: penghuni dan penduduk sekitar lokasi Rusunawa Independent Variable Sektor IV Dependent Variable Sektor II Autonomous Variable Sektor I Lingkage Variablel Sektor III Ketergantungan Dependence Daya Dorong Drive Power

b. Formulasi Masalah

Identifikasi permasalahan yang ada merupakan tahapan awal dalam melakukan pendekatan sistem sehingga dengan mengidentifikasi masalah-masalah awal dan mendasar maka diharapkan diperoleh alternatif penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat permasalahan yang diangkat. Adapun permasalahan yang dapat muncul dari pengembangan rumah susun melalui optimasi pelaksanaan konstruksi di lokasi penelitian diformulasikan dalam berbagai keterbatasan sebagai berikut : 1. Sumberdaya manusia dalam melaksanakan teknologi kontruksi yang hemat sumberdaya alam, sehingga berdampak pada rendahnya inovasi dan kreativitas , akhirnya berakibat pada semakin hebatnya tekanan terhadap lingkungan. 2. Kemampuan kontraktor dalam menciptakan dan menerapkan teknologi berwawasan lingkungan pada setiap proses produksi, pelaksanaan, sampai yang masih tetap berakibat pada tingginya tingkat pencemaran. 3. Peralatan yang dipakai untuk melakukan perakitan konstruksi 4. Bahan bangunan bermutu tinggi yang ramah lingkungan. 5. Keraguan masyarakat menghuni Rusunawa yang dilaksanakan dengan sistem pracetak 6. Infrastruktur usaha seperti: energi listrik, perijinan, komunikasi, perpajakan, retribusi berdampak kurang kondusifnya iklim usaha.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem pada dasarnya merupakan hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyatan khusus dari masalah yang akan diselesaikan dalam rangka mencukupi kebutuhan dan digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat untuk perancangan model dari sistem yang dikaji. Identifikasi pengembangan rusun yang berwawasan lingkungan direpresentasikan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop dan kotak hitam black box. Adapun tujuan dari