Implikasi Kebijakan Kebijakan Solusi Kendala Pengembangan

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil penelitian tentang model pengembangan ru rusunawa yang ramah lingkungan green building dengan melalui optimasi pelaksanaan konstruksi green construction dihasilkan beberapa kesimpulan: 1. Bahan bangunan yang mempunyai daur hidup lebih panjang tree diagram, cenderung mempunyai potensi dampak ligkungan yang lebih besar, seperti besi beton, baja ringan, semen dan , keramik. Namun demikian kayu dan bata merah pun yang mempunyai daur hidup lebih pendek tree diagram berpotensi memberikan dampak lingkungan yang besar apabila dipakai dalam jumlah cukup banyak. Hasil LCA, kebutuhan energi dan AHP menunjukan sistem pembangunan rusunawa dengan beton semi pracetak lebih ramah lingkungan. Karena .Pembangunan rusunawa dengan sistem semi pracetakini memberikan potensi dampak lingkungan lebih kecil dibanding dengan sistem konvensional yang pemakaian besi beton dan kayu lebih banyak, dan dengan sistem pracetak yang membutuhkan semen dan besi lebih banyak. Hasil LCA dan AHP menunjukan sistem pembangunan rusunawa dengan beton semi pracetak lebih ramah lingkungan. 2. . Pembangunan rusunawa dengan sSistem semi pracetak juga membutuhkan energi paling kecil 175 Kwhm 2 luas bangunan dan masih dibawah standar kebutuhan energi konstruksi bangunan rusunawa ramah lingkungan 240 KWhm 2 3. Pemangku kepentingan utama yang berperan penting dalam mendorong pembangunan rusunawa melalui sistem semi pracetak adalah Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum dengan Bappenas dan Kemenkeu. Sedangkan kendala utama adalah kurangnya sosialisasi dan keterbatasan sumber daya manusia yang menguasai teknologi beton semi pracetak. 187 4. Beberapa model pengembangan rusunawa melalui konstruksi yang ramah lingkungan yang diperoleh: a. Rusunawa hanya membutuhkan lahan 20 dari rumah tapak, kebutuhan lahan rumahr u mah tapak pada tahun 2030 adalah 7.464 ha, sedangkan untuk rusunawa adalah 1.555 ha. b. Lahan yang disediakan untuk kawasan permukiman di Kota Batam seluas 14.136,14 ha akan habis pada tahun 2024, apabila pembangunan perumahan dilakukan secara horizontal rumah tapak, namun belum akan habis sampai tahun 2050 apabila 30 kebutuhan rumah pekerja dilakukan secara vertikal rumah susun c. Pembangunan rusunawa dengan beton semi pracetak dapat menghemat penggunaan kayu 398.021 m 3 pada tahun 2010 yang setara dengan luas hutan 6.636 ha dan sebesar 1.889.819 m 3 pada tahun 2030 yang setara dengan luas 31.496 ha. d. Penghematan hutan tersebut akan menyerap CO 2 sebanyak 10.345 tonhari pada tahun 2010 dan 49.102 tonhari pada tahun 2030. e. Setiap meter persegi pembangunan rusunawa semi pracetak memberi penghematan kayu 0,26 m3, setara dengan 0,0044 ha hutan yang berpotensi menyerap CO2 sebesar 6,18 kghari, besi beton 0,02 ton, potensi dampak lingkungan 1,04 pt dan energi 97 KWh bila dibanding dengan sistem rusunawa konvensional f. Secara nasional, pembangunan rusunawa ramah lingkungan dengan green construction dapat menghemat kayu pada tahun 2010 sebanyak 358.800 m 3 , setara dengan luas hutan 5.980 ha, dengan potensi penyerapan CO 2 sebanyak 9.322 tonhari. Pada tahun 2020 penghematan menjadi 3.946.800 m3 kayu, setara dengan 65.780 ha hutan dengan potensi penyerapan CO 2 sebesar 102.551 tonhari. Penghematan ini akan meningkat pada 2030 menjadi 7.534.800 m 3 kayu olahan, setara dengan 125.580 ha dengan potensi penyerapan CO 2 sebesar 195.779 tonhari. Penghematan tersebut akan berkontribusi terhadap komitmen pemerintah menurunkan emisi CO 2