Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran
10
building adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam
perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklimMenurut . Iggnes 2008,
menyatakan bahwa bangunan yang berkelanjutan haruslah memiliki konsep sebagai berikut: 1 Pemilihan material yang low energy-embody; 2 Orientasi
tata letak bangunan; 3 Hemat energi; 4 Hemat penggunaan air; 5 Memiliki recycle
air buangan; 6 Penanganan sampah 3R reuse, reduce, recycle; 7 Low heat dissipation
; 8 Memperhatikan unsur iklim lokal; 9 Penggunaan HVAC yang ramah ozon; 10 Memiliki juklakSOP pengoperasian bangunan
dengan spirit penghematan energi dan sumber-sumber yang digunakan. Selain itu, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:
05PRTM2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi diantaranya memberikan acuan untuk pembangunan Rusunawa
dengan cara sebagai berikut: 1.
Menerapkan rancangan, teknologi konstruksi, mekanikal dan elektrikal, maupun pengelolaan rumah susun hemat energi.
2. Maksimalisasi ventilasi silang secara alami untuk menaikkan tingkat nisbi dan
menurunkan suhu ruangan. 3.
Minimalisasi pemakaian lampu dengan memaksimalkan pencahayaan alami. 4.
Menggunakan peralatan managemen air, udara, tinja dan lain lain yang hemat energi.
5. Menggunakan sistem utilitas daur ulang seperti daur ulang pembuangan air
untuk menyiram taman. 6.
Mengunakan bahan bangunan maupun teknologi pembangunan yang tidak mengkonsumsi banyak energi.
7. Melaksanakan pembangunan dengan menggunakan seminimal mungkin bahan
baku dari alam 8.
Menata lingkungan dan lanskap di sekitar bangunan gedung dengan menanam banyak pohon juga merupakan salah satu upaya penghematan energi yang
juga dapat mengurangi pemanasan global. Di lain pihak, permasalahan pemanasan global juga sampai saat ini belum
menemukan solusi terbaik. Pertemuan para kepala negara dan pemerintahan di
11
Kopenhagen, Denmark beberapa waktu lalu, belum menghasilkan kesepakatan bersama yang mengikat untuk mengurangi emisi CO
2
, sebagai salah satu gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global sampai perubahan iklim.
Indonesia sebagai salah satu peserta, berpartisipasi secara mandiri akan mengurangi emisi CO
2
sebesar 26 pada 2020, melalui pengurangan laju luasan hutan deforestasi, baik penebangan pohon, maupun akibat kebakaran.
Melihat kondisi tersebut dan kaitan dalam mencapai target pembangunan 1.000 menara rusuna, maka diperlukan suatu optimasi atau eksplorasi tata cara
pembangunan rumah susun yang ramah lingkungan, dengan seminimal mungkin menggunakan sumber daya alam, khususnya kayu. Salah satu metoda pelaksanaan
konstruksi yang saat ini sedang dikembangkan adalah dengan sistem beton pracetak pre cast
Dengan sistem ini, beton dicetak terlebih dahulu, baik di pabrik atau di lapangan, selanjutnya baru dirakit di lapangan sesuai kebutuhan perencanaan.
Cetakan beton bekisting biasanya terbuat dari besi yang dapat dipakai berulang- ulang Ervianto 2006. Pada pelaksanaan beton biasa konvensional, beton
dicetak di lapangan sesuai bentuk strukturnya, dengan sistem beton biasa dibutuhkan banyak kayu untuk cetakan beton bekisting berikut penyangganya,
cetakan kayu ini umumnya hanya bisa dipakai 1-2 kali saja, selanjutnya dibuang, karena setelah dipakai akan terjadi perubahan bentuk kayu karena kembang-susut
pengaruh akibat air beton. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat bukti potensial akan
manfaat teknologi dan sistem beton pracetak ini. Untuk penggunaan beton pracetak bagi pembangunan rusunawa, telah ditemukan beberapa hal seperti di
bawah ini Nurjaman dan Sijabat, 2007: •
Efisiensi biaya bisa mencapai 20 jika dibandingkan pada rancangan awal dengan sistem konvensional.
• Efisiensi waktu pelaksanaan pembangunan misalnya dengan sistem
konvensional waktu pelaksanaan 8 bulan, pada sistem pracetak dapat menjadi 6 bulan.
• Ketahanan bangunan terhadap gempa lebih besar dibandingkan dengan
sistem konvensional.
12
• Mengurangi pemakaian bahan bangunan, khususnya penggunaan kayu yang
bisa dihemat sampai lebih dari 95 , tergantung metoda yang digunakan. Dengan demikian diharapkan, selain secara perencanaan sudah ramah
lingkungan green design, secara pelaksanaan konstruksi juga ramah lingkungan green construction. Berkurangnya pemakaian bahan bangunan pada sistem ini,
khususnya kayu, sudah barang tentu akan mengurangi penebangan pohon di hutan deforestasi, sehingga memberikan kontribusi dalam mempertahankan luasan
hutan, yang berfungsi sebagai penyerap CO
2
. Adapun kerangka pemikiran yang penelitian sebagaimana tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian