Tabel 23 Perbandingan kebutuhan bahan pembangunan rusunawa berdasarkan volume dan harga
Kebutuhan Bahan Bangunan No. Uraian
Satuan
Berat Volume Konvensional
Volume Semi Precast Volume Precast
Jenis Isi
Berat kg Isi
Berat Kg Isi
Berat Kg 1 Semen PC
zak 9.764
488.220 9.982
499.106 12.352
617.599 2 Batu pecah
m3 1,45
339 491.819
398 576.464
642 931.511
3 Pasir m3
1,40 3.483
4.875.983 3.354
4.695.333 687
961.505 4 Air
ltr 1,00
188.814 188.814
174.447 174.447
233.784 233.784
5 Besi beton kg
180.234 77.771
122.753 7 Besi biasa
kg 92
92 92
8 Baja ringan atap kg
16.163 16.163
16.163 9 Baja scafolding
kg 7.836
7.836 10 Baja cetakan
kg 7.900
9.200 11 Oli Cetakan
ltr 12 Aluminium
kg 2.316
2.316 2.316
13 Kaca tebal 5 mm m2
1,289 339
2.186 339
2.186 339
2.186 14 Kayu penyangga
m3 1,02
562 573.219
10 10.574
10 10.574
15 Kayu cetakan Multiplex Lembar
1,10 1.547
45.579 81
2.395 81
2.395 ukuran 1,22 x 2,44 x 0,009 m
16 Kayu panel pintu tebal 10 mm m2
1,10 536
5.896 536
5.896 536
5.896 17 Bata merah
buah 1,096
413.216 452.884
413.216 452.884
1,096 kgbuah 18 Keramik Sanitair
m2 14,80
4.337 64.186
4.337 64.186
4.337 64.186
14,8 kgm2 Biaya Rp x 1 jt
13.657 11.500
11.434 Tenaga Kerja OH :
100 75
55 Terampil
org 20
30 40
Kurang terampil org
80 45
15
85
86
4.4.2 LCA Beton Konvensional
Diagram pohon menggambarkan berbagai bahan yang digunakan dan bahan pendukung dalam membangun rumah susun yang menggunakan beton
konvensional Gambar 17. Selain itu digambarkan juga berbagai bahan penyusun turunannya beserta proses pembentukannya daur hidup atau life cycle yang bisa
berdampak terhadap lingkungan. Secara umum, terlihat bahwa pada layer pertama bahan dasar penyusun
rusun dengan beton konvensional yang berdampak pada lingkungan adalah batu pecah, pasir, semen, bata merah, keramik dan sanitari, besi beton, besi biasa, baja
ringan, alumunium, kaca, kayu penyangga, kayu cetakan, kayu panel pintu, oli bekisting, dan penggunaan truk. Diagram pohon menunjukkan bahwa baja ringan
merupakan bahan yang memiliki tahapan proses daur hidup life cycle paling panjang. Bahan yang memiliki tahapan proses daur hidup paling pendek adalah
pasir dan bata merah. Diagram ini juga menunjukkan bahwa besi beton Gambar 18 semen Gambar 19 dan kayu penyangga Gambar 20 merupakan elemen
terbesar yang berdampak terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan proses pembuatan ketiganya memerlukan energi yang cukup tinggi dalam berbagai
tahapan proses. Analisis single score skor tunggal menunjukkan secara lebih rinci kontribusi
setiap elemen terhadap dampak lingkungan yang diakibatkannya. Dampak terhadap lingkungan yang dikaji adalah: 1 pemanasan global global warming;
2 deplesi ozon ozone depletion; 3 pengasaman acidification; 4 etrofikasi eutrophication; 5 kabut fotokimia photochemical smog; 6 kandungan racun
lingkungan perairan kronis ecotoxicity water chronic; 7 kandungan racun lingkungan perairan akut ecotoxicity water acute; 8 kandungan racun
lingkungan tanah kronis ecotoxicity soil chronic; 9 kandungan racun udara bagi manusia human toxicity air; 10 kandungan racun perairan bagi manusia
human toxicity water; 11 kandungan racun tanah bagi manusia human toxicity soil; 12 limbah terbuang bulk waste; 13 limbah berbahaya hazardous
waste; 14 limbah radioaktif radioactive waste; 15 sisa ampasabu slagashes; 16 sumber daya resources, all.
PR Konvensional
Truck 16t B250
Heat diesel B250
Air untuk Beton
Water for PUR A
Oil Bekesting Residual oil
stock CH T Keramik
Sanitair Electricity
UCPTE High Voltage
Ceramics I Truck I
Bulk carrier I Natural gas I
Bata Merah Electricity
UCPTE High Voltage
Gravel from pit ETH T
Kayu Panel Pintu
Electricity UCPTE High
Voltage Mengkulang I
Bulk carrier I Trailer I
Chain sawing I
Crude oil I Petrol I
Energy oil I Energy Asia I
Energy Asia I Kayu Cetakan
Electricity UCPTE High
Voltage Mahogani,
African I Bulk carrier I
Trailer I Powerplant oil
I Electricity
Netherlands ETH I
Energy oil I Chain sawing
I Crude oil I
Petrol I Kayu
Penyangga Electricity
UCPTE High Voltage
Meranti I Bulk carrier I
Trailer I Powerplant oil
I Electricity
Netherlands ETH I
Energy oil I Chain sawing
I Crude oil I
Petrol I Kaca
Electricity UCPTE High
Voltage Glass virgin
Glass green B250
Glass white B250
Aluminium Electricity
UCPTE High Voltage
Aluminium 0 recycled ETH
T Besi Biasa
Electricity UCPTE High
Voltage Iron
Crude coal bj Diesel engine
truck B Oxygen bj
Electricity UCPTE High
Voltage Lime stone bj
Sinter, pellet Coke S
Furnace gas B
Natural gas B Electricity
UCPTE High Voltage
Crude coal B Iron ore
Diesel engine truck B
Baja Ringan Electricity
UCPTE High Voltage
Steel sheet 20 rec. bj
Electricity UCPTE High
Voltage Steel bj
Furnace coal B
Crude coal B Oxygen bj
Electricity UCPTE High
Voltage Lime stone bj
Iron Crude coal bj
Diesel engine truck B
Oxygen bj Electricity
UCPTE High Voltage
Lime stone bj Sinter, pellet
Coke S Furnace gas
B Natural gas B
Electricity UCPTE High
Voltage Crude coal B
Iron ore Diesel engine
truck B Pasir
Electricity UCPTE High
Voltage Sand ETH T
Besi Beton Electricity
UCPTE High Voltage
GG35 I Silicon I
Manganese I Scrap iron I
Barge I Trailer I
Crude iron I Train I
Train I Bulk carrier I
Bulk carrier I Train I
Bulk carrier I Bulk carrier I
Bulk carrier I Energy
Australia I Scrap iron I
Barge I Trailer I
Semen Electricity
UCPTE High Voltage
Cement Portland
Electricity Holland B
Portland clinker
Electricity Holland B
Batu Pecah Electricity
UCPTE High Voltage
Gravel I Barge I
Electricity Netherlands
ETH I
Semen
Electricity UCPTE High
Voltage Cement
Portland Besi Beton
Electricity UCPTE High
Voltage GG35 I
Gambar 17 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup beton konvensional.
87
Gambar 18 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup semen.
Gambar 19 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup besi beton
89
Gambar 20 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup kayu penyangga.
Hasil analisis diagram pohon menunjukkan besi beton dan semen sebagai elemen yang paling banyak memberikan dampak terhadap lingkungan,
sebagaimana dalam hasil analisis skor tunggal Gambar 21. Hasil analisis skor tunggal menunjukkan bahwa besi beton merupakan elemen yang bisa memberikan
dampak paling besar 8,19 kPt, disusul oleh semen 4.55 kPt. Elemen yang memberikan dampak paling kecil adalah air untuk beton 3,93 x 10
-7
kPt dan penggunaan truk 1,66 x 10
-5
kPt. Hampir seluruh elemen berpotensi menimbulkan tiga dampak lingkungan dominan impact categories, yaitu: 1
kandungan racun lingkungan perairan kronis; 2 kandungan racun lingkungan perairan akut; 3 kandungan racun lingkungan tanah kronis.
90
Gambar 21 Hasil analisis single score beton konvensional.
Adanya kandungan racun di lingkungan perairan dan tanah akibat penggunaan bahan bangunan, sangat mungkin terjadi karena menurut
Soemarwoto 1990; Davis dan Cornwell 1991 serta Connell dan Miller 1995 bahwa pada saat bahan pencemar yang dihasilkan dari aktivitas manusia dibuang
ke lingkungan, akan menyebabkan perubahan yang buruk terhadap ekosistem penerimanya, apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau
penggunaan zat tersebut. Dalam kondisi tersebut bahan-bahan pencemar akan menjadi racun bagi mahluk hidup yang ada di dalamnya Klaassen et al. 1986.
Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang memperlihatkan bahwa hampir seluruh elemen berpotensi menimbulkan tiga dampak lingkungan dominan yakni
kandungan racun lingkungan perairan kronis; kandungan racun lingkungan perairan akut; dan kandungan racun lingkungan tanah kronis.
Hasil rincian single score ini disajikan dalam Tabel 24 yang menunjukkan besarnya skor setiap komponen terhadap setiap jenis dampak. Kontributor proses
yang memberikan dampak paling besar terhadap setiap kategori adalah penggunaan besi beton, semen, dan bata merah.
Tabel 24 Single score setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton konvensional
No Kategori
Dampak Satuan
Batu Pecah
Semen Besi
Beton Pasir
Baja Ringan
Baja Biasa
Alumu nium
Kaca Kayu
Penyangga Kayu
Cetak Kayu
Panel Bata
Merah Keramik
Sanitari Oli
Bekesting Air
untuk Beton
Truk Total
1 Global
Warming GWP 100
Pt 1,420 210,000 224,000 5,170 17,300 0,089 14,800 1,350
124,000 9,070 0,849 42,500 32,600 0,195 0,000
0,001 683,344 2
Ozone Depletion
Pt 0,063 8,380 15,200 2,000 1,050 0,005 1,840
0,157 0,743 0,159
0,010 3,090 2,200 0,626
0,000 35,524 3
Acidification Pt 0,825 74,100 100,000 1,970 7,220 0,037 6,180
0,588 137,000 8,440 0,723 18,400 13,800
0,087 0,001 369,370
4 Eutrophication Pt 0,340 21,100 20,700 0,723 1,510
0,008 1,140 0,107
43,000 2,540 0,240 3,550 2,760
0,031 0,000 97,749
5 Photochemical
Smog Pt 0,029 2,110 5,210 0,138 1,080
0,004 0,191 0,020
6,690 0,478 0,047 0,548 0,477
0,017 0,000 17,039
6 Ecotoxicity
Water Chronic Pt
11,400 1.400,000 2.540,000 109,000 174,000 0,862 188,000 12,600 179,000 30,500 1,790 510,000 366,000
28,100 0,000 5.551,252
7 Ecotoxicity
Water Acute Pt
10,600 1.300,000 2.370,000 104,000 163,000 0,806 176,000 11,600 157,000 27,900 1,610 477,000 342,000
27,300 0,000 5.168,816
8 Ecotoxicity Soil Chronic
Pt 7,920 1.060,000 1.940,000 23,500 133,000 0,658 122,000 9,370
139,000 22,900 1,710 389,000 280,000 0,423
0,000 4.129,481 9
Human Toxicity Air
Pt 0,230 22,300 57,700 1,620 4,780 0,027 2,910
3,940 32,100 2,320
0,232 8,100 6,150 0,140
0,001 142,549 10
Human Toxicity
Water Pt
1,100 127,000 254,000 3,690 16,300 0,081 18,700 1,510 24,600 3,270 0,192 46,500 33,400
0,124 0,000 530,467
11 Human
Toxicity Soil Pt
2,570 260,000 518,000 21,900 48,700 0,269 37,900 2,950 454,000 32,000 3,560 95,300 68,400
5,850 0,014 1.551,413
12 Bulk
Waste Pt 0,589 61,700 112,000 0,932 7,700
0,038 5,370 0,682
11,100 1,590 0,078 22,500 17,100
0,000 241,379
13 Hazardous
Waste Pt
- 14
Radioactive Waste
Pt -
15 SlagAshes Pt
0,006 44,600
0,218 0,002
44,826 Total
Pt 37,092 4.546,690 8.201,410 274,643 575,640 2,883 575,031 44,874 1.308,451 141,167 11,041 1.616,488 1.164,889
62,894 0,000 0,017 18.563,210
91
Gambar 22 Besarnya dampak penggunaan besi beton pada pembangunan rusunawa menggunakan beton konvensional untuk setiap kategori
Pt.
Gambar 23 Besarnya dampak penggunaan semen pada pembangunan rusunawa menggunakan beton konvensional untuk setiap kategori Pt.
93
Gambar 24 Besarnya dampak penggunaan bata merah pada pembangunan rusunawa menggunakan beton konvensional untuk setiap kategori
Pt. Tabel 25 menunjukkan bahwa kandungan racun lingkungan perairan dan
tanah kronis berasal dari proses pembuatan besi beton dan semen. Sementara kandungan racun lingkungan perairan akut berasal dari kontributor proses besi
beton dan almunium. Dampak terbesar pada kandungan racun lingkungan perairan kronis disebabkan kontributor proses besi beton 2.540 pt dan semen
1.400 pt. Adanya racun lingkungan perairan dan tanah kronis
diduga karena
dari proses pembuatan besi beton
dihasilkan logam berat.
Menurut Bryan 1976 ada 18 unsur logam yang dipertimbangkan ada kaitannya dengan masalah pencemaran air
dan tanah yakni aluminium, antimon, arsen, kadmium, krom, kobalt, tembaga, besi, timbal, mangan, merkuri, molibdenum, nikel, selenium, perak, timah putih,
vanadium dan seng. Namun beberapa di antara unsur-unsur logam tersebut, ada unsure logam yang merupakan unsur yang esensial bagi kehidupan organisme.
Sebagai contoh Cu yang merupakan unsur-unsur esensial bagi kehidupan organisme, dalam jumlah berlebih akan bersifat racun dan biasanya akan
menghambat kerja enzim karena logam tersebut akan berikatan dengan kelompok sulfhidril yang bertanggung jawab pada aktivitas katalitik Horng, 2009
.
94
Tabel 25 Kontributor utama untuk kategori dampak beton konvensional
No Kategori Dampak
Lingkungan Kontributor Proses
SkorPt
1 Kandungan racun lingkungan
perairan kronis besi beton
2.540 Semen
1.400 2
Kandungan racun lingkungan perairan akut
besi beton 2.370
Aluminium 188
3 Kandungan racun lingkungan
tanah kronis besi beton
1.940 Semen
1.060 Hasil pembobotan weighting menunjukkan bahwa dampak terbesar berupa
kandungan racun lingkungan perairan kronis sebesar 5,55 kPt, disusul oleh kandungan racun lingkungan perairan akut sebesar 5,17 kPt, dan kandungan
racun lingkungan tanah kronis sebesar 4,13 kPt Gambar 25. Dampak yang cukup menonjol lainnya adalah kandungan racun tanah bagi manusia 1,56 kPt
dan pemanasan global 0,683 kPt. Selain besi beton dan semen, kontributor proses yang cukup menonjol lainnya adalah bata merah, serta keramik dan
sanitari.
Gambar 25 Hasil pembobotan weighting dampak lingkungan penggunaan beton konvensional.
Selain analisis di atas, bisa juga dilakukan karakterisasi Gambar 26 dan normalisasi Gambar 27 terhadap semua jenis dampak. Hasilnya menunjukkan
hal yang sejalan dan mendukung hasil analisis sebelumnya. Hasil yang cukup menarik dari hasil karakterisasi adalah munculnya kayu penyangga sebagai salah
satu kontributor proses yang cukup berpengaruh terhadap dampak lingkungan,
95
setelah besi beton dan semen. Hasil karakterisasi juga menunjukkan bahwa semua kontributor proses tidak berpotensi menimbulkan limbah radioaktif. Hal
ini diduga karena pada semua bahan baku kontributor tidak terdapat unsur radioaktif di dalamnya.
Gambar 26 Hasil karakterisasi setiap kontributor proses beton konvensional. Hasil rincian karakterisasi ini disajikan dalam Tabel 25 yang menunjukkan
besarnya hasil karakterisasi setiap komponen terhadap setiap jenis kategori dampak.
Gambar 27 Hasil normalisasi pada setiap jenis dampak lingkungan menggunakan beton konvensional.
Hasil rincian normalisasi ini disajikan dalam Tabel 26 yang menunjukkan besarnya hasil normalisasi setiap komponen terhadap setiap jenis kategori
dampak.
Tabel 26 Hasil karakterisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton konvensional
No Kategori
Dampak
Satuan Batu
Pecah Semen
Besi Beton
Pasir Baja
Ringan Besi
Biasa Aluminium Kaca
Kayu Penyangga
Kayu Cetak
Kayu Panel
Bata Merah
Keramik Sanitari
Oil Bekestin
Air Untuk
Besi Truck
16t B
1 Global
Warming GWP 100
g CO2 9.48E+06 1.40E+09 1.50E+09 3.46E+07 1.16E+08 5.94E+05 9.89E+07 9.00E+06 8.27E+08 6.06E+07 5.68E+06 2.84E+08 2.18E+08 1.30E+06 1.76E+03 3.65E+03
2 Ozone
Depletion g
CFC 5.55E-01 7.36E+01 1.34E+02 1.75E+01 9.20E+00 4.55E-02 1.62E+01 1.38E+00 6.53E+00 1.40E+00 9.00E-02 2.72E+01 1.93E+01 5.50E+00 x 1.74E-03 3 Acidification
g SO2 7.88E+04 7.07E+06 9.59E+06 1.88E+05 6.89E+05 3.48E+03 5.90E+05 5.61E+04 1.30E+07 8.05E+05 6.90E+04 1.76E+06 1.32E+06 8.33E+03
x 4.82E+01
4 Eutrophication g NO3 8.43E+04 5.24E+06 5.12E+06 1.79E+05 3.74E+05 1.92E+03 2.82E+05 2.65E+04 1.07E+07 6.31E+05 5.94E+04 8.79E+05 6.85E+05 7.78E+03
x 8.42E+01
5 Photochemical
Smog g
ether 4.83E+02 3.51E+04 8.69E+04 2.30E+03 1.79E+04 6.53E+01 3.19E+03 3.32E+02 1.11E+05 7.97E+03 7.83E+02 9.13E+03 7.95E+03 2.81E+02 x 6.32E-01 6
Ecotoxicity Water Chronic
m3g 2.33E+06 3.84E+07 5.18E+08 2.23E+07 3.56E+07 1.76E+05 3.84E+07 2.58E+06 3.65E+07 6.23E+06 3.66E+05 1.04E+08 7.48E+07 5.73E+06 x 2.85E+01 7
Ecotoxicity Water Acute
m3g 2.22E+05 2.70E+07 4.95E+07 2.17E+06 3.40E+06 1.68E+04 3.68E+06 2.42E+05 3.28E+06 5.83E+05 3.37E+04 9.97E+06 7.16E+06 5.71E+05 x 2.69E+00 8
Ecotoxicity Soil Chronic
m3g 1.03E+05 1.39E+07 2.53E+07 3.06E+05 1.74E+06 8.59E+03 1.59E+06 1.22E+05 1.81E+06 2.99E+05 2.23E+04 5.07E+06 3.65E+06 5.52E+03 x 4.50E-01 9
Human Toxicity Air
m3g 7.54E+08 7.30E+10 1.89E+11 5.32E+09 1.57E+10 8.76E+07 9.54E+09 1.29E+10 1.05E+11 7.59E+09 7.61E+08 2.65E+10 2.01E+10 4.60E+08 x 1.80E+06 10
Human Toxicity
Water m3g 2.60E+04 3.01E+06 6.00E+06 8.73E+04 3.86E+05 1.92E+03 4.43E+05 3.58E+04 5.82E+05 7.74E+04 4.53E+03 1.10E+06 7.91E+05 2.94E+03 x 3.79E+00
11 Human
Toxicity Soil m3g 3.19E+02 3.22E+04 6.41E+04 2.71E+03 6.03E+03 3.33E+01 4.70E+03 3.65E+02 5.62E+04 3.96E+03 4.41E+02 1.18E+04 8.47E+03 7.24E+02 x 1.73E+00
12 Bulk Waste
kg 7.22E+02 7.57E+04 1.38E+05 1.14E+03 9.45E+03 4.67E+01 6.58E+03 8.36E+02 1.36E+04 1.95E+03 9.61E+02 2.76E+04 2.10E+04 x 1.60E-01 x
13 Hazardous
Waste kg
x x x x x x X x x x x x x x x x 14
Radioactive Waste
kg x x x x x x X x x x x x x x x x
15 SlagAshes kg
1.77E+00 x 1.42E+04 x x
x X
x 6.92E+01 4.11E+00
5.03E-01 x 6.72E-01 x x
x Total
kg 1.13E-01 9.62E+00 37.100 6.06E-01 1.53E+00 8.17E-03 1.24E+00 1.01E-01 9.82E+00 7.11E-01 6.76E-02 3.37E+00 2.71E+00 1.38E-01 x 4.29E+05
96
Tabel 27 Hasil normalisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton konvensional
No Kategori
Dampak Satuan
Batu Pecah
Semen Besi
Beton Pasir
Baja Ringan
Besi Biasa
Aluminium Kaca Kayu
Penyangga Kayu
Cetak Kayu
Panel Bata
Merah Keramik
9 Oil
Bekestin Air
untuk Besi
Truck 16t B
1 Global
Warming GWP 100
g CO2 1.09E+00 1.61E+02 1.72E+02 3.98E+00 1.33E+01 6.83E-02 1.14E+01 1.04E+00 9.51E+01 6.97E+00 6.53E-01 3.27E+01 2.51E+01 1.50E-01
2.02E- 04
4.20E-04 2
Ozone Depletion
g CFC 2.75E-03 3.65E-01 6.62E-01 8.68E-02 4.55E-02 2.25E-04 8.02E-02 6.83E-03 3.23E-02 6.93E-03 4.46E-04 1.34E-01 9.57E-02 2.72E-02 x
8.61E-06 3 Acidification g
SO2 6.35E-01 5.70E+01 7.73E+01 1.51E+00 5.55E+00 2.80E-02 4.76E+00 4.53E-01 1.05E+02 6.49E+00 5.56E-01 1.42E+01 1.06E+01 6.71E-02 x 3.88E-04
4 Eutrophication g NO3 2.83E-01 1.76E+01 1.72E+01 6.02E-01 1.26E+00 6.44E-03 9.46E-01 8.91E-02 3.59E+01 2.12E+00 2.00E-01 2.95E+00 2.30E+00 2.61E-02
x 2.83E-04 5
Photochemical Smog
g ether 2.41E-02 1.75E+00 4.34E+00 1.15E-01 8.97E-01 3.26E-03 1.59E-01 1.66E-02 5.57E+00 3.99E-01 3.91E-02 4.56E-01 3.97E-01 1.41E-02 x
3.16E-05 6
Ecotoxicity Water Chronic
m3g 4.97E+00 6.07E+02 1.10E+03 4.74E+01 7.58E+01 3.75E-01 8.17E+01 5.49E+00 7.77E+01 1.33E+01 7.80E-01 2.22E+02 1.59E+02 1.22E+01 x 6.08E-05
7 Ecotoxicity
Water Acute m3g 4.63E+00 5.67E+02 1.03E+03 4.51E+01 7.08E+01 3.50E-01 7.66E+01 5.03E+00 6.82E+01 1.21E+01 7.00E-01 2.07E+02 1.49E+02 1.19E+01 x
5.60E-05 8
Ecotoxicity Soil Chronic
m3g 3.44E+00 4.63E+02 8.42E+02 1.02E+01 5.78E+01 2.86E-01 5.30E+01 4.08E+00 6.04E+01 9.97E+00 7.42E-01 1.69E+02 1.22E+02 1.84E-01 x 1.50E-05
9 Human
Toxicity Air m3g 8.22E-02 7.95E+00 2.06E+01 5.80E-01 1.71E+00 9.54E-03 1.04E+00 1.41E+00 1.15E+01 8.27E-01 8.29E-02 2.89E+00 2.20E+00 5.01E-02 x
1.97E-04 10
Human Toxicity
Water m3g 4.39E-01 5.09E+01 1.01E+02 1.47E+00 6.52E+00 3.25E-02 7.49E+00 6.06E-01
9,83 1.31E+00 7.66E-02 1.86E+01 1.34E+01 4.97E-02
x 6.40E-05 11
Human Toxicity Soil
m3g 1.03E+00 1.04E+02 2.07E+02 8.75E+00 1.95E+01 1.08E-01 1.52E+01 1.18E+00 1.82E+02 1.28E+01 1.42E+00 3.81E+01 2.73E+01 2.34E+00 x 5.57E-03
12 Bulk Waste
kg 5.35E-01 5.61E+01 1.02E+02 8.47E-01 7.00E+00 3.46E-02 4.88E+00 6.20E-01 1.01E+01 1.45E+00 7.12E-02 2.04E+01 1.56E+01 x
1.18E- 04
X 13
Hazardous Waste
kg x x x x x x x x x x x x x x
x X
14 Radioactive
Waste kg
x x x x x x x x x x x x x x x
X 15
SlagAshes kg 5.06E-03 x 4.05E+01 x
x x
x x 1.98E-01
1.18E-02 1.44E-03 x 1.92E-03 x
x X Total
kg 1.72E+01 2.09E+03 3.71E+03 1.21E+02 2.60E+02 1.30E+00
2.57E+02 2.00E+01 6.52E+02 6.78E+01 5.32E+00 7.28E+02 5.27E+02 2.70E+01 3.20E-
04 7.09E-03
97
4.4.3 LCA Beton Semi Pracetak Semi PC
Diagram pohon tree diagram bahan bangunan penyusun rusunawa dengan beton semi pracetak Lampiran 1 pada dasarnya hampir sama dengan tree
diagram pada beton konvensional Gambar 17. Seperti halnya dengan diagram pohon pada beton konvensional, selain semen dan besi beton, bata merah juga
merupakan kontributor proses terbesar yang berdampak terhadap lingkungan Gambar 28. Hal ini juga disebabkan proses pembuatan memerlukan energi yang
cukup tinggi, baik energi listrik electricity UCPTE high volta yang banyak digunakan di negara-negara maju, maupun energi dari hasil pembakaran kayu di
negara-negara berkembang.
Gambar 28 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup bata merah Analisis single score penggunaan beton semi pracetak menunjukkan secara
lebih rinci dampak lingkungan yang diakibatkan setiap kontributor proses. Sama halnya dengan penggunaan beton konvensional, dampak lingkungan yang dikaji
berjumlah 16 buah dengan subtansi item yang sama Gambar 29. Berbeda terbalik dengan hasil pada penggunaan beton konvensional, hasil analisis skor
tunggal penggunaan beton semi pracetak menunjukkan bahwa semen merupakan elemen yang bisa memberikan dampak paling besar 4,7 kPt, disusul oleh besi
beton 3,59 kPt. Kontributor proses yang memberikan dampak paling kecil adalah air untuk beton 3,57 x 10
-7
kPt dan penggunaan truk 1,66 x 10
-5
kPt. Hampir seluruh kontributor proses juga berpotensi menimbulkan tiga dampak
lingkungan dominan impact categories, yaitu: 1 kandungan racun lingkungan perairan kronis; 2 kandungan racun lingkungan perairan akut; 3 kandungan
racun lingkungan tanah kronis.
99
Gambar 29 Hasil analisis single score beton semi pracetak. Hasil rincian single score ini disajikan dalam Tabel 27 yang menunjukkan
besarnya skor setiap komponen terhadap setiap jenis dampak. Kontributor proses yang memberikan dampak paling besar terhadap setiap kategori adalah
penggunaan semen Gambar 30, besi beton Gambar 31, dan bata merah Gambar 32
Gambar 30 Besarnya dampak penggunaan semen pada pembangunan rusunawa menggunakan beton semi pracetak untuk setiap kategori Pt.
100
Gambar 31 Besarnya dampak penggunaan besi beton pada pembangunan rusunawa menggunakan beton semi pracetak untuk setiap kategori
Pt.
Gambar 32 Besarnya dampak penggunaan bata merah pada pembangunan rusunawa menggunakan beton semi pracetak untuk setiap kategori
Pt.
101
Pada Tabel 27 terlihat bahwa, semen, baja ringan, alumunium, baja scaffolding, bata merah dan keramik merupakan kontributor yang dapat
menimbulkan pemanasan global cukup berarti. Hal ini terjadi karena pada produksi contributor- contributor tersebut diperlukan panas yang cukup tinggi,
sehingga untuk memproduksinya dilakukan pembakaran sumberdaya alam terutama dari BBM. Di lain pihak hingga saat ini bahan bakar yang digunakan
untuk tujuan tersebut adalah bahan bakar yang berasal fosil seperti batu bara, solar dan bensin.
Proses pembakaran ini akan menghasilkan emisi CO
2
sebagai penyumbang terjadinya pemanasan global, yang pada akhirnya berujung pada terjadinya
perubahan iklim global, sehingga menimbulkan berbagai bencana. Di lain pihak adanya pembakaran BBM pun juga akan menghasilkan dioksin dan furan
Suminar, 2003. Selain dioksin dan furan dari pembakaran BBM fosil, juga akan dihasilkan logam berat terutama timbal atau Pb Volesky, 2000.
Terdapatnya dioksin, furan dan logam berat Pb di atmosfir ini dapat berdampak negatif pada manusia. Oleh karenanya maka sangat wajar jika pencemaran akan
berimplikasi terhadap masalah kesehatan, yang pada akhirnya akan berakibat pada berkurangnya pendapatan. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang tertera pada
Tabel 28 bahwa kontributor-kontributor yang digunakan untuk konstruksi rusunawa menyebabkan berbagai dampak lingkungan yang mengakibatkan
terjadinya gangguan kesehatan pada manusia baik melalui air, tanah maupun udara
Tabel 28 Single score setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton semi pracetak
No Kategori
Dampak
Satuan Batu
Pecah Semen
Besi Beton
Pasir Baja
Ringan Baja
Biasa Alumu
nium Kaca
Baja Cetakan
Baja Scafolding
Kayu Panel
Bata Merah
Keramik Sanitari
Oli Bekesting
Air untuk
Beton Truk Total
1 Global Warming
GWP 100 Pt
1,660 215,000 97,900 4,780 17,300 0,089 14,800 2,720 3,280 7,370 0,849 42,500 32,600
0,100 0,0002
0,001 440,949 2
Ozone Depletion Pt 0,074 8,660 6,680
1,840 1,050
0,005 1,840
0,317 0,198 0,443 0,010 3,090 2,200 0,322
x 0,000 26,730
3 Acidification
Pt 0,967 76,200 44,100 1,820 7,220 0,037 6,180
1,190 1,540 3,460
0,723 18,400 13,800 0,045 x
0,001 175,682 4
Eutrophication Pt 0,399 21,600 9,020
0,667 1,510
0,008 1,140
0,216 0,336 0,758 0,240 3,550 2,760 0,016
x 0,000 42,220
5 Photochemical
Smog Pt 0,034 2,170 2,270
0,127 1,080
0,004 0,191
0,040 0,232 0,529 0,047 0,548 0,477 0,009
x 0,000 7,758
6 Ecotoxicity Water
Chronic Pt
13,400 1.440,000 1.110,000 101,000 174,000 0,862 188,000 25,600 34,200 76,600 1,790 510,000 366,000
14,400 x
0,000 4.055,852 7
Ecotoxicity Water Acute
Pt 12,500 1.340,000 1.040,000 95,700 163,000 0,806 176,000 23,500 30,900
69,200 1,610 477,000 342,000 14,000
x 0,000 3.786,216
8 Ecotoxicity Soil
Chronic Pt
9,280 1.100,000 847,000 21,800 133,000 0,658 122,000 19,000 25,100 56,200 1,710 389,000 280,000
0,217 x
0,000 3.004,965 9
Human Toxicity Air
Pt 0,270 24,200 26,100 1,510 4,780 0,027 2,910
7,910 1,620 3,690
0,232 8,100 6,150 0,072 x
0,001 87,571 10
Human Toxicity Water
Pt 1,290 131,000 111,000 3,420 16,300 0,081 18,700 3,060 7,260
16,500 0,192 46,500 33,400 0,064
x 0,000 388,767
11 Human Toxicity
Soil Pt 3,020 272,000 229,000 20,200 48,700
0,269 37,900 6,020 7,470 16,800 3,560 95,300 68,400
3,000 x
0,014 811,653 12
Bulk Waste
Pt 0,690 64,500 49,800 0,881 7,700 0,038 5,370
1,390 1,470 3,300
0,078 22,500 17,100 x
0,0001 x
174,818 13
Hazardous Waste
Pt x x x x x
x x x x x x x x x x
x x 14
Radioactive Waste
Pt x x x x x
x x x x x x x x x x
x x 15
SlagAshes Pt
0,007 x 19,200 x x x x x 0,000 0,001 0,002
0,002 x x x
19,211 Total
Pt 43,591 4.695,330 3.592,070 253,745 575,640 2,883 575,031 90,963 113,606
254,851 11,043 1.616,488 1.164,889 32,245 0,0004 0,017 13.022,392
102
Tabel 29 menunjukkan bahwa kandungan racun lingkungan perairan dan tanah kronis berasal dari proses pembuatan semen dan besi beton. Sementara
kandungan racun lingkungan perairan akut berasal dari kontributor proses semen dan bata merah. Dampak terbesar pada kandungan racun lingkungan perairan
kronis disebabkan kontributor proses semen 1.440 pt dan besi beton 1.110 pt. Tabel 29 Kontributor utama untuk kategori dampak beton semi pracetak
No Kategori Dampak
Lingkungan Kontributor Proses
Skor pt
1 Kandungan racun lingkungan
perairan kronis semen 1.440
besi beton
1.110 2
Kandungan racun lingkungan perairan akut
semen 1.340 bata
merah 477
3 Kandungan racun lingkungan
tanah kronis semen
1.100 besi
beton 847
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa dampak terbesar berupa kandungan racun lingkungan perairan kronis sebesar 4,06 kPt, disusul oleh kandungan racun
lingkungan perairan akut sebesar 3,79 kPt, dan kandungan racun lingkungan tanah kronis sebesar 3,00 kPt Gambar 33. Dampak yang cukup menonjol
lainnya adalah kandungan racun tanah bagi manusia 0,811 kPt dan pemanasan global 0,441 kPt. Selain semen dan besi beton, kontributor proses yang cukup
menonjol lainnya adalah bata merah, serta keramik dan sanitari. Adanya racun kronis tersebut dapat difahami karena selain dari racun yang
berasal dari bahan yang terkandung di dalam bahan tersebut, kandungan racun juga berasal dari pembakaran yang suhu pembakarannya kurang dari 800
C, karena berpotensi untuk menghasilkan senyawa dioksin dan furan Bramono
2004. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyatmoko 1999 yang mengatakan bahwa emisi dioksin dan furan juga malah terjadi pada pembuangan akhir sampah
atau TPA serta Connell dan Miller 1995 yang mengatakan bahwa dioksin dan furan tidak diproduksi secara sengaja, tapi dihasilkan sebagai produk samping
pada proses pembakaran dan beberapa proses industri. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Smit 2004 yang menyatakan bahwa senyawa dioksin
dan furan akan terbentuk bila terdapat kondisi suhu pembakaran antara 200–800
104
o
C, namun suhu pembakaran paling ideal untuk menghasilkan dioksin dan furan adalah 200– 400
o
C. Adapun yang dimaksud dengan senyawa dioksin dan furan adalah senyawa organoklor yang terdiri atas klor dan fenil gugus cincin
benzena. Senyawa ini mempunyai daya urai baik di tanah, udara, dan air yang sangat lambat Gorman dan Tynan, 2003. Racun yang cukup menonjol dari
semen dan besi beton, bata merah, serta keramik dan sanitari diduga karena selain dari bahan yang terkandung pada bahan bakunya juga karena pada produksi
bahan-bahan tersebut dilakukan dengan pembakaran yang sangat intensif. Selain itu dari bahan bakar sendiri akan dihasilkan bahan pencemar logam berat terutama
Pb Volesky, 2000.
Gambar 33 Hasil pembobotan weighting dampak lingkungan penggunaan beton semi pracetak.
Hasil karakterisasi dan normalisasi menunjukkan hal yang sejalan dan mendukung hasil analisis sebelumnya. Hasil karakterisasi Gambar 34
menunjukkan bahwa penggunaan beton semi pracetak memerlukan tambahan baja cetakan dan baja scafolding, tetapi di sisi lain mereduksi secara signifikan
penggunaan kayu. Penggunaan kayu hanya dibutuhkan untuk pemasangan panel pintu saja. Hasil ini juga menunjukkan bahwa semua kontributor proses tidak
berpotensi menimbulkan limbah berbahaya dan limbah radioaktif.
105
Gambar 34 Hasil karakterisasi setiap kontributor proses beton semi pracetak. Hasil rincian karakterisasi ini disajikan dalam Tabel 29 yang menunjukkan
besarnya hasil karakterisasi setiap komponen terhadap setiap jenis kategori dampak. Hasil normalisasi tidak jauh berbeda dengan hasil skor tunggal dan hasil
pembobotan. Hasil normalisasi menunjukkan kandungan racun lingkungan perairan kronis, kandungan racun lingkungan perairan akut, dan kandungan racun
lingkungan tanah kronis sebagai dampak lingkungan terbesar akibat penggunaan beton semi pracetak Gambar 35.
Gambar 35 Hasil normalisasi pada setiap jenis dampak lingkungan penggunaan beton semi pracetak.
Hasil rincian normalisasi ini disajikan dalam Tabel 31 yang menunjukkan besarnya hasil normalisasi setiap komponen terhadap setiap jenis kategori
dampak.
Tabel 30 Hasil karakterisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton semi pracetak
No Kategori
Dampak Satuan
Air untuk
Besi Aluminium
S Baja
Cetakan Baja
Ringan Baja
Scafolo Bata
Merah Batu
Pecah Besi
Beton Besi
Biasa 9 Kaca
SPC Kayu
Panel
Keramik dan
Sanitari Oli
Bekesting Pasir
SPC Semen
SPC Truck
16t B
1 Global Warming
GWP 100 g
CO2 1.60E+03 9.89E+07 2.20E+07 1.16E+08 4.93E+07 2.84E+08 1.11E+07 6.55E+08 5.94E+05 1.82E+07 5.68E+06 2.18E+08 6.69E+05 3.20E+07 1.44E+09 3.65E+03 2
Ozone Depletion g
CFC x
1.62E+01 1.74E+00 9.20E+00 3.89E+00 2.72E+01 6.51E-01 5.86E+01 4.55E-02 2.78E+00 9.00E-02 1.93E+01 2.83E+00 1.61E+01 7.61E+01 1.74E-03 3
Acidification g
SO2 x
5.90E+05 1.47E+05 6.89E+05 3.30E+05 1.76E+06 9.23E+04 4.20E+06 3.48E+03 1.14E+05 6.90E+04 1.32E+06 4.28E+03 1.74E+04 7.27E+06 4.82E+01 4
Eutrophication g
NO3 x
2.82E+05 8.34E+04 3.74E+05 1.88E+05 8.79E+05 9.88E+04 2.24E+06 1.92E+03 5.37E+04 5.94E+04 6.85E+05 4.00E+03 1.65E+05 5.36E+06 8.42E+01 5
Photochemical Smog
g ether
x 3.19E+03 3.86E+03 1.79E+04 8.81E+03 9.13E+03 5.66E+02 3.78E+04 6.53E+01 6.73E+02 7.83E+02 7.95E+03 1.44E+02 2.12E+03 3.61E+04 6.32E-01
6 Ecotoxicity Water
Chronic m3g
x 3.84E+07 6.97E+06 3.56E+07 1.56E+07 1.04E+08 2.74E+06 2.27E+08 1.76E+05 5.23E+06 3.66E+05 7.48E+07 2.94E+06 2.05E+07
2.94E+08 2.85E+01 7
Ecotoxicity Water Acute
m3g x
3.68E+06 6.46E+05 3.40E+06 1.45E+06 9.97E+06 2.61E+05 2.17E+07 1.68E+04 4.91E+05 3.37E+04 7.16E+06 2.93E+05 2.00E+06 2.81E+07 2.69E+00
8 Ecotoxicity Soil
Chronic m3g
x 1.59E+06 3.28E+05 1.74E+06 7.34E+06 5.07E+06 1.21E+05 1.11E+07 8.59E+03 2.48E+05 3.23E+04 3.65E+06 2.83E+03 2.84E+05
1.43E+07 4.50E-01 9
Human Toxicity Air
m3g x
9.54E+09 5.32E+09 1.57E+10 1.21E+10 2.65E+10 8.84E+08 8.55E+10 8.76E+07 2.59E+10 7.61E+08 2.01E+10 2.36E+08 4.96E+09 7.93E+10 1.80E+06
10 Human Toxicity
Water m3g
x 4.43E+05 1.72E+05 3.86E+05 3.90E+05 1.10E+06 3.05E+04 2.63E+06 1.92E+03 7.25E+04 4.53E+03 7.91E+05 1.51E+03 8.09E+04
3.10E+06 3.79E+00 11
Human Toxicity Soil
m3g x
4.70E+03 9.25E+02 6.03E+03 2.08E+03 1.18E+04 3.74E+02 2.83E+04 3.33E+01 7.46E+02 4.41E+02 8.47E+03 3.71E+02 2.50E+03 3.36E+04 1.73E+00
12 Bulk
Waste kg
1.45E-01 6.58E+03 1.81E+03 9.45E+03 4.05E+03 2.76E+04 8.46E+02 6.12E+04 4.67E+01 1.71E+03 9.61E+01 2.10E+04
x 1.08E+03 7.91E+04
x 13
Hazardous Waste
kg x x x x x X x x x x x x x x x x
14 Radioactive
Waste kg
x x x x x X x x x x x x x x x x 15 SlagAshes
kg x
x 9.27E-02
x 2.09E-01
X 2.08E+00 6.11E+03
x x
5.03E-01 6.72E-01
x x
x X
Total kg
x 1.24E+00
0.673 1.53E+00 1.46E+00 3.37E+00 1.32E-01 1.87E+01 8.17E-03 2.62E-01 6.76E-02 2.71E+00 7.08E-02 6.05E-01 1.32E+01 4.29E-05
106
Tabel 31 Hasil normalisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton semi pracetak
No Kategori
Dampak
Satuan Air
untuk Besi
Aluminium S
Baja Cetakan
Baja Ringan
Baja Scafolo
Bata Merah
Batu Pecah
Besi Beton
Besi Biasa 9
Kaca SPC
Kayu Panel
Keramik dan
Sanitari Oli
Bekesting Pasir
SPC Semen
SPC Truck
16t B
1 Global Warming
GWP 100 g
CO2 1.84E-04 1.14E+01
2.53E+00 1.33E+01 5.67E+00 3.27E+01 1.28E+00 7.53E+01 6.83E-02 2.09E+00 6.53E-01 2.51E+01 7.70E-02 3.68E+00 1.65E+02 4.20E-04 2
Ozone Depletion g CFC
x 8.02E-02
8.59E-03 4.55E-02
1.92E-02 1.34E-01 3.22E-03 2.90E-01 2.25E-04 1.38E-02 4.46E-04 9.57E-02 1.40E-02 7.99E-02 3.77E-01 8.61E-06
3 Acidification g
SO2 x
4.76E+00 1.18E+00 5.55E+00 2.66E+00 1.42E+01 7.44E-01 3.39E+01 2.80E-02 9.17E-01 5.56E-01 1.06E+01 3.45E-02 1.40E+00
5.86E+01 3.88E-04 4 Eutrophication
g NO3
x 9.46E-01
2.80E-01 1.26E+00
6.31E-01 2.95E+00 3.32E-01 7.52E+00 6.44E-03 1.80E-01 2.00E-01 2.30E+00 1.34E-02 5.55E-01
1.80E+01 2.83E-04
5 Photochemical
Smog g ether
x 1.59E-01
1.93E-01 8.97E-01
4.41E-01 4.56E-01 2.83E-02 1.89E+00 3.26E-03 3.36E-02 3.91E-02 3.97E-01 7.22E-03 1.06E-01 1.80E+00 3.16E-05 6
Ecotoxicity Water Chronic
m3g x
8.17E+01 1.49E+01 7.58E+01 3.33E+01 2.22E+02 5.83E+00 4.83E+02 3.75E-01 1.11E+01 7.80E-01 1.59E+02 6.27E+00 4.37E+01 6.26E+02 6.08E-05
7 Ecotoxicity
Water Acute m3g
x 7.66E+01
1.34E+01 7.08E+01 3.01E+01 2.07E+02 5.42E+00 4.51E+02 3.50E-01 1.02E+01 7.00E-01 1.49E+02 6.10E+00 4.16E+01 5.85E+02 5.60E-05 8
Ecotoxicity Soil Chronic
m3g x
5.30E+01 1.09E+01 5.78E+01 2.44E+01 1.69E+02 4.03E+00 3.68E+02 2.86E-01 8.26E+00 7.42E-01 1.22E+02 9.44E-02 9.47E+00
4.77E+02 1.50E-05 9
Human Toxicity Air
m3g x
1.04E+00 5.80E-01 1.71E+00 1.32E+00 2.89E+00 9.63E-02 9.32E+00 9.54E-03 2.82E+00 8.29E-02 2.20E+00 2.57E-02 5.41E-01 8.64E+00 1.97E-04
10 Human Toxicity
Water m3g
x 7.49E+00 2.90E+00 6.52E+00 6.59E+00 1.86E+01 5.15E-01 4.44E+01 3.25E-02 1.22E+00 7.66E-02 1.34E+01 2.56E-02 1.37E+00
5.35E+01 6.40E-04 11
Human Toxicity Soil
m3g 1.08E-
04 1.52E+01
2.99E+00 1.95E+01 6.71E+00 3.81E+01 1.21E+00 9.16E+01 1.08E-01 2.41E+00 1.42E+00 2.73E+01 1.20E+00 8.09E+00 1.09E+02 5.57E-03 12 Bulk
Waste kg
x 4.88E+00
1.34E+00 7.00E+00 3.00E+00 2.04E+01 6.27E-01 4.53E+01 3.46E-02 1.27E+00 7.12E-02 1.56E+01
x 8.01E-01 5.86E+01
X 13
Hazardous Waste
kg x x
x x x x x x x x x x x x x X 14
Radioactive Waste
kg x x
x x x x x x x x x x x x x X 15 SlagAshes
kg x
x 2.65E-04
x 5.98E-04
x 5.94E-03
1.75E+01 x x
1.44E-03 1.92E-03
x x x X Total
kg x
0.00E+00 -
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
107
108
4.4.4 LCA Beton Pracetak PC
Diagram pohon tree diagram bahan bangunan penyusun rusunawa dengan beton pracetak Lampiran 2 pada dasarnya hampir sama dengan tree diagram
beton konvensional Gambar 17 dan beton semi pracetak Lampiran 1. Hal yang membedakan material yang digunakan dalam pembuatan rusunawa menggunakan
beton pracetak dengan semi pracetak adalah pengurangan penggunaan bahan baku bagi pembuatan dinding dan plesterannya, seperti semen, pasir dan bata merah.
Pengurangan bahan baku dinding ini disubtitusi seluruhnya oleh beton pracetak, sehingga dampak lingkungan akibat penggunaan bata merah berkurang secara
signifikan, tetapi di sisi lain meningkatkan volume penggunaan beton pracetak yang mengakibatkan peningkatan penggunaan semen dan besi beton.
Seperti halnya diagram pohon dalam penggunaan beton konvensional dan beton semi pracetak, selain semen, besi beton, kayu penyangga dan bata merah,
bahan bangunan lain berupa keramik dan saniter juga merupakan kontributor proses terbesar yang berdampak terhadap lingkungan Gambar 36.
Gambar 36 Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup keramik dan sanitari
Hasil analisis skor tunggal menunjukkan besi beton dan semen sebagai kontributor proses yang paling banyak memberikan dampak terhadap lingkungan
109
Gambar 37. Hasil tersebut menunjukkan bahwa besi beton merupakan kontributor proses yang bisa memberikan dampak paling besar 6,81 kPt, disusul
oleh semen 3,82 kPt. Elemen yang memberikan dampak paling kecil adalah air untuk beton 5,75 x 10
-7
kPt dan penggunaan truk 1,12 x 10
-5
kPt. Pada penggunaan beton pracetak, hampir seluruh elemen berpotensi menimbulkan tiga
dampak lingkungan dominan impact categories, yaitu: 1 kandungan racun lingkungan perairan kronis; 2 kandungan racun lingkungan perairan akut; 3
kandungan racun lingkungan tanah kronis.
Gambar 37 Hasil analisis single score
beton pracetak
. Hasil rincian single score ini disajikan dalam Tabel 32 yang menunjukkan
besarnya skor setiap komponen terhadap setiap jenis dampak. Berupa kandungan racun lingkungan perairan kronis dan tanah akut berasal dari proses pembuatan
besi beton dan semen. Sementara kandungan racun lingkungan tanah kronis berasal dari kontributor proses semen, serta keramik dan sanitari. Dampak
terbesar pada kandungan racun lingkungan perairan kronis disebabkan kontributor proses besi beton 2.010 dan semen 1.170
110
Tabel 32 Single score setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton pracetak
No Kategori
Dampak Satuan
Batu Pecah
Semen Besi
Beton Pasir
Baja Ringan
Baja Biasa
Alumu nium
Kaca Baja
Cetakan Baja
Scafolding Kayu
Panel Bata
Merah Keramik
Sanitari Oli
Bekesting Air
untuk Beton
Truk 40t
Total
1 Global Warming
GWP 100 Pt 2,680 176,000 222,000 2,470 17,900
0,089 12,800 2,560 13,800 10,300 1,280 -
32,600 0,089 0,0004 0,0004 494,568
2 Ozone
Depletion Pt 0,120 7,040 12,200 0,952 1,580 0,005
0,742 0,299 0,452 0,435 0,014 - 2,200 0,314
0,0001 26,353 3
Acidification Pt 1,560 62,200 292,000 0,939 6,870 0,037
6,990 1,090 19,800 14,300 1,360 - 13,800 0,038
0,0003 420,984 4 Eutrophication
Pt 0,644 17,800
19,000 0,344
1,380 0,008 1,170 0,230 1,150
0,886 0,422
- 2,760
0,013 0,0002 45,807
5 Photochemical
Smog Pt 0,055 1,770 3,440 0,066 1,280
0,004 0,184
0,035 0,373 0,349 0,066 - 0,477 0,007 0,0000 8,105
6 Ecotoxicity
Water Chronic Pt
21,700 1.170,000 2.010,000 52,000 254,000 0,862 124,000 25,100 72,900 74,600
2,850 -
366,000 14,100
0,0001 4.188,112 7
Ecotoxicity Water Acute
Pt 20,200 1.100,000 1.880,000 49,500 236,000 0,806 116,000 23,100 66,600
68,300 2,560
- 342,000
13,700 0,0001 3.918,766
8 Ecotoxicity Soil
Chronic Pt 15,000 895,000 1.510,000 11,200 126,000 0,658 93,900 18,700 54,000
55,300 2,200 -
280,000 0,194
0,0000 3.062,152 9
Human Toxicity Air
Pt 0,436 18,700 59,800 0,774 8,340 0,027
2,200 6,400 3,520 3,100 0,327 - 6,150 0,061
0,0004 109,835 10
Human Toxicity Water
Pt 2,080 107,000 194,000 1,760 35,700 0,081
11,300 2,900 12,500 12,300 0,339 - 33,400 0,050
0,0001 413,411 11
Human Toxicity Soil
Pt 4,870 219,000 469,000 10,400 59,700 0,269 23,800 5,760 25,900
19,100 4,580 -
68,400 2,830
0,0094 913,618 12
Bulk Waste
Pt 1,090 51,800 121,000 0,444 6,590 0,038 5,520 1,210 3,190 3,270 0,157 -
17,100 0,0002
211,409 13 Hazardous
Waste Pt
- -
14 Radioactive
Waste Pt
- -
15 SlagAshes Pt
0,011 20,200
0,017 0,002 0,002 - 0,002 20,233
Total Pt 70,445 3.826,310 6.812,640 130,849 755,340 2,883 398,606 87,384 274,202
262,242 16,157 - 1.164,889
31,396 0,0006 0,0112 13.833,355
110
111
Tabel 33 Kontributor utama untuk kategori dampak penggunaan beton pracetak
No Kategori Dampak
Lingkungan Kontributor Proses
Skor Pt
1 Kandungan racun lingkungan
perairan kronis besi beton
2.010 semen
1.170 2
Kandungan racun lingkungan perairan akut
besi beton 1.880
semen 1.100
3 Kandungan racun lingkungan
tanah kronis semen 895
keramik sanitari
280 Hasil pembobotan menunjukkan bahwa dampak terbesar berupa kandungan
racun lingkungan perairan kronis sebesar 4,19 kPt, disusul oleh kandungan racun lingkungan perairan akut sebesar 3,91 kPt, dan kandungan racun lingkungan tanah
kronis sebesar 3,06 kPt Gambar 38. Selain besi beton dan semen, kontributor proses yang cukup menonjol lainnya adalah alumunium, baja ringan, serta
keramik dan sanitari.
Gambar 38 Hasil pembobotan weighting dampak lingkungan penggunaan
beton pracetak
. Hasil karakterisasi Gambar 39 menunjukkan bahwa penggunaan beton
pracetak mereduksi penggunaan bata merah dan bahan plesteran, tetapi di sisi lain meningkatkan penggunaan bahan beton pracetak, seperti besi beton dan semen.
Seperti halnya pada penggunaan beton semi pracetak, pada beton pracetak juga penggunaan kayu hanya dibutuhkan untuk pemasangan panel pintu saja. Hasil ini
juga menunjukkan bahwa semua kontributor proses tidak berpotensi menimbulkan limbah berbahaya dan limbah radioaktif.
112
Gambar 39 Hasil karakterisasi setiap kontributor proses
beton pracetak
. Hasil rincian karakterisasi ini disajikan dalam Tabel 35,menunjukkan
besarnya hasil karakterisasi tiap komponen terhadap setiap jenis kategori dampak. Sementara secara urutan, hasil normalisasi pada penggunaan beton pracetak tidak
jauh berbeda dengan hasil skor tunggal dan hasil pembobotan pada penggunaan beton semi pracetak. Hasil normalisasi menunjukkan kandungan racun
lingkungan perairan kronis, kandungan racun lingkungan perairan akut, dan kandungan racun lingkungan tanah kronis sebagai dampak lingkungan terbesar
akibat penggunaan beton pracetak Gambar 40.
Gambar 40 Hasil normalisasi pada setiap jenis dampak lingkungan penggunaan
beton pracetak
. Hasil rincian normalisasi ini disajikan dalam Tabel 34 yang menunjukkan
besarnya hasil normalisasi setiap komponen terhadap setiap jenis kategori dampak.
113
Tabel 34 Hasil karakterisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton pracetak
No Kategori
Dampak Satuan
Air untuk
Besi Aluminium
S Baja
Cetakan Baja
Ringan Baja
Scafolo Bata
Merah Batu
Pecah Besi
Beton Besi
Biasa 9 Kaca PC
Kayu Panel
Keramik dan
Sanitari Oli
Bekesting Pasir PC
Semen PC
Truck 40t B
1 Global Warming
GWP 100 g
CO2 2.57E+03 8.55E+07 9.24E+07 1.20E+08 6.88E+07 0.00E+00 1.79E+07 1.48E+09 5.94E+05 1.71E+07 8.59E+06 2.18E+08 5.94E+05 1.65E+07 1.18E+09 2.47E+03
2 Ozone Depletion
g CFC
x 6.51E+00 3.74E+00 1.39E+01 3.82E+00 0.00E+00 1.05E+00 1.07E+02 4.55E-02 2.63E+00 1.22E-01 1.93E+01 2.76E+00 8.36E+00 6.19E+01 1.18E-03
3 Acidification g
SO2 x
6.67E+05 1.89E+06 6.56E+05 1.37E+06 0.00E+00 1.49E+05 2.70E+07 3.48E+03 1.04E+05 1.29E+05 1.32E+06 3.66E+03 8.96E+04 5.94E+06 3.26E+01 4 Eutrophication
g NO3
x 2.90E+05 2.85E+05 3.43E+05 2.20E+05 0.00E+00 1.60E+05 4.71E+06 1.92E+03 5.72E+04 1.05E+05 6.85E+05 3.15E+03 8.54E+04 4.41E+06 5.70E+01
5 Photochemical Smog
g ether
x 3.07E+03 6.22E+03 2.13E+04 5.82E+03 0.00E+00 9.14E+02 5.74E+04 6.53E+01 5.80E+02 1.09E+03 7.95E+03 1.17E+02 1.10E+03 2.95E+04 4.28E-01
6 Ecotoxicity Water Chronic
m3g x
2.53E+07 1.49E+07 5.18E+07 1.52E+07 0.00E+00 4.42E+06 4.11E+08 1.76E+05 5.13E+06 5.81E+05 7.48E+07 2.87E+06 1.06E+06 2.39E+08 1.93E+01 7 Ecotoxicity
Water Acute m3g
x 2.42E+06 1.39E+06 4.94E+06 1.43E+06 0.00E+00 4.21E+05 3.92E+07 1.68E+04 4.83E+05 5.36E+04 7.16E+06 2.86E+05 1.03E+06 2.29E+07 1.82E+00
8 Ecotoxicity Soil Chronic
m3g x
1.23E+06 7.06E+05 1.64E+06 7.22E+05 0.00E+00 1.96E+05 1.97E+07 8.59E+03 2.45E+05 2.87E+04 3.65E+06 2.53E+03 1.46E+05 1.17E+07 3.05E-01 9 Human
Toxicity Air m3g
x 7.21E+09 1.15E+10 2.73E+10 1.02E+10 0.00E+00 1.43E+09 1.96E+11 8.76E+07 2.10E+10 1.07E+09 2.01E+10 2.00E+08 2.54E+09 6.13E+10 1.22E+06
10 Human Toxicity
Water m3g
x 2.67E+05 2.96E+05 8.45E+05 2.92E+05 0.00E+00 4.92E+04 4.60E+06 1.92E+03 6.86E+04 8.03E+03 7.91E+05 1.19E+03 4.16E+04 2.53E+06 2.56E+00
11 Human Toxicity Soil
m3g x
2.94E+03 3.20E+03 7.39E+03 2.37E+03 0.00E+00 6.04E+02 5.81E+04 3.33E+01 7.14E+02 5.67E+02 8.47E+03 3.51E+02 1.29E+03 2.71E+04 1.17E+00 12 Bulk
Waste kg
2.34E-01 6.77E+03 3.92E+03 8.09E+03 4.01E+03 0.00E+00 1.34E+03 1.48E+05 4.67E+01 1.49E+03 1.93E+02 2.10E+04
x 5.45E+02 6.36E+04 X
13 Hazardous Waste
kg x x x x x x x x x x x x x x x X
14 Radioactive Waste
kg x x x x x x x x x x x x x x x X
15 SlagAshes kg
x x 5.28E+00 x 6.30E-01 x 3.35E+00
6.44E+03 x x 6.66E-01
6.72E-01 x x
x X
Total kg
x 1.18E+00 114.000 4.61E+00 8.63E+01 0.00E+00 2.13E-01 1.44E+03 8.17E-03 1.99E-01 1.02E-01 2.71E+00 6.47E-02 2.89E-01 8.08E+00 2.90E-05
113
114
Tabel 35 Hasil normalisasi setiap kontributor terhadap setiap kategori dampak beton pracetak
No Kategori
Dampak Satuan
Air untuk
Besi Aluminiu
m S Baja
Cetakan Baja
Ringan Baja
Scafolo Bata
Merah Batu
Pecah Besi
Beton Besi
Biasa 9 Kaca PC
Kayu Panel
Keramik dan
Sanitari Oli
Bekesting Pasir PC
Semen SPC
Truck 40t B
1 Global Warming
GWP 100 g CO2
2.96E- 04
9.83E+00 1.06E+01 1.38E+01 7.91E+00 0.00E+00 2.06E+00 1.70E+02 6.83E-02 1.97E+00 9.88E-01 2.51E+01 6.83E-02 1.90E+00 1.36E+02 2.84E-04 2 Ozone
Depletion g
CFC x 3.22E-02 1.85E-02 6.87E-02 1.89E-02 0.00E+00 5.20E-03 5.30E-01 2.25E-04 1.30E-02 6.06E-03 9.57E-02 1.37E-02 4.14E-02 3.06E-01 5.83E-06
3 Acidification g
SO2 x 5.38E+00 1.52E+01 5.28E+00 1.10E+01 0.00E+00 1.20E+00 2.24E+02 2.80E-02 8.40E-01 1.04E+00 1.06E+01 2.95E-02 7.22E-01 4.79E+01 2.63E-04
4 Eutrophication g
NO3 x 9.73E-01 9.58E-01 1.15E+00 7.38E-01 0.00E+00 5.37E-01 1.58E+01 6.44E-03 1.92E-01 3.52E-01 2.30E+00 1.06E-02 2.87E-01 1.48E+01 1.91E-04
5 Photochemical Smog
g ether x
1.53E-01 3.11E-01
1.06E+00 2.91E-01 0.00E+00 0,0457
2.87E+00 3.26E-03 2.90E-02 5.46E-02 3.97E-01 5.84E-03 5.48E-02 1.47E+00 2.14E-05 6 Ecotoxicity
Water Chronic m3g x
5.40E+01 3.17E+01 1.10E+02 3.24E+01 0.00E+00 9.41E+00 8.75E+02 3.75E-01 1.09E+01 1.24E+00 1.59E+02 6.11E+00 2.26E+01 5.10E+02 4.12E-05 7 Ecotoxicity
Water Acute m3g x
5.04E+01 2.90E+01 1.03E+02 2.97E+01 0.00E+00 8,76 8.16E+02 3.50E-01 1.01E+01 1.12E+00 1.49E+02 5.95E+00 2.15E+01 4.76E+02 3.79E-05
8 Ecotoxicity Soil Chronic
m3g x 4.08E+01 2.35E+01 5.47E+01 2.40E+01 0.00E+00 6.52E+00 6.55E+02 2.86E-01 8.15E+00 9.56E-01 1.22E+02 8.43E-02 4.86E+00 3.89E+02 1.01E-05
9 Human Toxicity Air
m3g x 7.86E-01 1.26E+00 2.98E+00 1.11E+00 0.00E+00 1.56E-01 2.13E+01 9.54E-03 2.29E+00 1.17E-01 2.20E+00 2.18E-02 2.76E-01 6.68E+00 1.33E-04
10 Human Toxicity
Water m3g x
4.52E+00 5.00E+00 1.43E+01 4.93E+00 0.00E+00 8.32E-01 7.78E+01 3.25E-02 1.16E+00 1.36E-01 1.34E+01 2.02E-02 7.03E-01 4.27E+01 4.33E-05 11 Human
Toxicity Soil m3g
1.73E- 04
9.51E+00 1.03E+01 2.39E+01 7.64E+00 0.00E+00 1.95E+00 1.88E+02 1.08E-01 2.30E+00 1.83E+00 2.73E+01 1.13E+00 4.17E+00 8.75E+01 3.77E-03 12 Bulk
Waste kg
x 5.02E+01 2.90E+00 5.99E+00 2.97E+00 0.00E+00 9.90E-01 1.10E+02 3.46E-02 1.10E+00 1.43E-01 1.56E+01 x
4.04E-01 4.71E+01 x 13 Hazardous
Waste kg
x x x x x x x x x x x x x x x x
14 Radioactive Waste
kg x
x x x x x x x x x x x x x x x 15 SlagAshes
kg x
x 1.51E-02 x 1.80E-03
x 9.59E-03 1.84E+01
x x 1.91E-03 1.92E-03
x x x x Total
kg x
0.00E+00 -
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
114
115
4.4.5 Perbandingan Alternatif
Perbandingan alternatif berdasarkan analisis daur hidupnya life cycle analysis, LCA dilakukan terhadap tiga pilihan, yaitu pembangunan rusunawa
menggunakan beton konvensional, beton semi pracetak, dan beton pracetak. Hasil karakterisasi Gambar 41 menunjukkan bahwa hampir seluruh dampak
lingkungan terbesar didominasi oleh kontributor proses pada pembuatan rusunawa menggunakan beton konvensional, kecuali pada dampak pengasaman dan
sumberdaya. Penggunaan beton semi pracetak dan pracetak secara umum bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Gambar 41 Perbandingan hasil karakterisasi pada setiap alternatif. Setelah dilakukan normalisasi Gambar 42, terlihat bahwa dampak terhadap
lingkungan didominasi oleh dampak kandungan racun lingkungan perairan kronis, kandungan racun lingkungan perairan akut, dan kandungan racun lingkungan
tanah kronis. Penggunaan beton semi pracetak dan pracetak mampu mengurangi dampak tersebut secara signifikan. Penggunaan beton semi pracetak dan pracetak
tersebut menurunkan tingkat dampak pada tingkatan yang hampir sama. Penggunaan beton semi pracetak sedikit lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan beton pracetak dilihat dari sisi dampaknya terhadap lingkungan berdasarkan daur hidup kontributor proses penyusunnya.
116
Gambar 42 Perbandingan hasil normalisasi pada setiap alternatif. Hasil pembobotan menunjukkan bahwa dampak kandungan racun
lingkungan perairan kronis akibat penggunaan beton konvensional sebesar 5,55 kPt bisa diturunkan menjadi 4,15 kPt jika menggunakan beton pracetak dan
menjadi 4,06 kPt jika menggunakan beton semi pracetak. Hampir semua kontributor proses penggunaan beton semi pracetak dan beton pracetak bisa
menurunkan dampak lingkungan antara 20 hingga 30 dibandingkan dengan penggunaan beton konvensional Gambar 43. Hal yang sedikit berbeda terjadi
pada dampak pengasaman, di mana penggunaan beton pracetak memiliki dampak terbesar 1,42 kPt dibandingkan penggunaan beton konvensional 0,32 kPt dan
penggunaan beton semi pracetak 0,17 kPt.
Gambar 43 Perbandingan hasil pembobotan pada setiap alternatif. Secara agregat, hasil skor tunggal juga menunjukkan penggunaan beton
semi pracetak memiliki kinerja sedikit lebih baik dibandingkan dengan penggunaan beton pracetak dalam hal dampak lingkungan yang ditimbulkan.
117
Dampak lingkungan secara keseluruhan yang ditimbulkan akibat daur hidup kontributor proses penggunaan beton konvensional sebesar 18,6 kPt. Hal ini bisa
diturunkan menjadi hanya 13,8 kPt dengan penggunaan beton pracetak dan menjadi hanya 13,0 kPt dengan penggunaan beton semi pracetak Gambar 44 dan
Tabel 36.
Gambar 44 Perbandingan hasil skor tunggal pada setiap alternatif. Tabel 36 Perbandingan kontributor utama pada setiap alternatif
Alternatif Pelaksanaan dan Bahan Bangunan Utama
Katagori Dampak Lingkungan Pt
Racun perairan
kronis Racun
perairan akut
Racun tanah
kronis Konvensional:
-besi beton -semen
-aluminium 2.540
1.400 188
2.370 1.300
176 1.940
1.060 122
Semi Pracetak: -semen
-besi beton -bata merah
1.440 1.110
510 1.340
1.040 477
1.100 847
389
Pracetak: -besi beton
-semen -keramik sanitari
2.010 1.170
366 1.880
1.100 342
1.510 895
280
118
Kebutuhan Energi dan Pemanasan Global
Bahan bangunan diambil dari alam, diangkut ke pabrik, diolah menjadi bahan bangunan siap pakai, dipasang sebagai konstruksi, dipakai, dipelihara
sampai dibuang kembali ke alam pada saat habis masa pakai sesuai siklus daur hidupnya, memerlukan sumber daya energi. Energi yang dibutuhkan dalam satu
siklus tersebut untuk masing-masing alternatif adalah sebagaimana Tabel 37 Moughtin, 2005
Tabel 37 Kebutuhan energi setiap alternatif KWh Beton Konvensional
Beton Semi Pracetak Beton Pracetak
1.253.774 806.981 1.008.199 Konsumsi energi dengan menggunakan metoda beton semi pracetak lebih
efisien bila dibanding dengan metoda beton pracetak dan metoda konvensional. Jika luas bangunan masing-masing alternative pembangunan rusunawa tersebut
4.600 m
2
, maka kebutuhan energi pembangunan sistem konvensional merupakan yang terboros dengan 272 KWhm
2
, disusul sistem pracetak penuh 219 KWhm
2
, dan yang paling hemat adalah sistem pracetak sebagian yaitu 175 KWhm
2
. Kebutuhan energi konstruksi yang dianggap wajar untuk bangunan perumahan
adalah 240 KWhm
2
Sabbarudin 2011, sehingga pembangunan rusunawa dengan semi precast dapat dianggap memenuhi kriteria ramah lingkungan.
Energi tersebut dibutuhkan pada pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi, pengangkutan dari sumber pengambilan ke pabrik, dari pabrik ke distributor
sampai ke lokasi kegiatan untuk pelaksanaan pembangunan konstruksi. Energi tersebut ada yang sudah berupa listrik untuk kebutuhan pabrikasi, maupun masih
berupa bahan bakar fosil yang memerlukan pengolahan menjadi energi. Sumber energi primer Indonesia tahun 2005 adalah seperti Gambar 45.
119
Gambar 45 Konsumsi energi di Indonesia tahun 2005 ESDM, 2006 Energi yang dikonsumsi sebagagian besar berasal dari minyak bumi, yang
menghasilkan polutan utama khususnya CO
2
dan timbal. Kegiatan pembangunan konstruksi rusunawa tidak terlepas dari konsumsi energi yang berasal dari bahan
bakar fosil. Tingginya konsumsi energi, disebabkan oleh adanya pemahaman
keliru yang menyatakan bahwa Indonesia sangat kaya akan minyak, gas dan batubara, dimana cadangannya tidak akan pernah habis. Kita seringkali lupa
bahwa untuk mendapatkan bahan bakar fosil kita harus menunggu ribuan hingga jutaan tahun. Sementara cadangan bahan bakar fosil yang ada saat ini di Indonesia
dan juga di dunia sudah mulai menipis. Dengan cadangan terbukti sekitar 5 milyar barel dan tingkat produksi sekitar 500 juta barel, maka minyak bumi
Indonesia akan habis kurang dari 10 tahun mendatang
.
Untuk gas alam dengan kapasitas produksi sekitar 3 TSCF, maka cadangan terbuktinya yang hanya 90
TSCF akan habis dalam 3 dekade 30 tahun mendatang. Sementara, batubara dengan cadangan terbukti sebesar 50 ton hanya mampu bertahan selama 50 tahun,
jika produksi tetap dipertahanan seperti sekarang yaitu sebesar 100 juta tontahun. Namun, seperti yang telah diuraikan di atas, pemanfaatan batubara akan
berpengaruh buruk terhadap lingkungan, karena menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dibanding minyak maupun gas bumi Meivina, 2004 sebagaimana
Tabel 38 Tabel 38 Kandungan emisi karbon tiap jenis bahan bakar
Jenis Bahan Bakar Emisi CO
2
KWh gr CO
2
Batubara 940 Minyak bumi
798 Gas alam cair
581
120
Pemanfaatan energi secara berlebihan, terutama energi fosil, merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim secara global. Hutan yang semakin
terdegradasi akibat deforestisi, baik karena kejadian alam maupun penebangan liar, juga berakibat menambah jumlah gas rumah kaca GRK yang dilepas
kan ke atmosfer. Padahal di lain pihak, fungsi hutan juga sebagai penyerap emisi GRK
yang utama. Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah berperan sebagai penyumbang GRK berupa gas metana CH4 yang ternyata memiliki potensi
pemanasan global 21 kali lebih besar daripada gas karbondioksida CO2. Dapat dikatakan kehidupan manusia saat ini tak bisa lepas dari energi
listrik dan bahan bakar fosil. Ketergantungan itu ternyata membawa dampak yang buruk bagi kehidupan umat manusia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batubara dan gas alam dalam berbagai kegiatan, misalnya pada pembangkit-an listrik, transportasi dan industri, akan memicu bertambahnya
jumlah emisi GRK di atmosfer. Gas-gas rumah kaca GRK utama ini antara lain karbondioksida CO
2
, metana CH
4
, nitroksida N
2
O dan CFC Chlorofluorcarbon. Gas-gas ini akan menghalangi dan menyerap sebagian gelombang panas yang dipantulkan bumi
ke luar angkasa akibat radiasi matahari. Radiasi matahari yang terperangkap dalam atmosfer bumi secara berulang kali ini akan terakumulasi dan
menyebabkan peningkatan suhu bumi. Kejadian ini dikenal dengan istilah efek rumah kaca green house effect. Berdasarkan pengamatan, CO
2
merupakan GRK yang paling banyak berkeliaran di atmosfer. GRK sendiri banyak dihasilkan dari
kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil minyak, gas dan batubara. Selain itu, GRK juga dihasilkan dari pembakaran,
penggundulan hutan, perubahan tata guna lahan, aktivitas pertanian dan peternakan, serta penggunaan alat-alat yang memakai CFC sebagai mana Gambar
46
121
Gambar 46. Penyebab utama emisi CO2 Jatro 2010
Secara glogal pelepasan GRK akibat konsumsi energi tersebut akan mendorong pemanasan global global warming. Meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut,
meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola
iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim Climate Change. Perubahan temperatur permukaan bumi selama 3 abad terakhir
menunjukkan adanya peningkatan yang relatif drastis setelah adanya revolusi industri.
Hal ini memiliki korelasi dengan dilepaskannya gas-gas rumah kaca ke atmosfer akibat kegiatan manusia sejak jaman revolusi industri hingga saat ini.
Perubahan iklim maupun pemanasan global merupakan proses yang berlangsung secara perlahan, dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan tahun.
Proses ini tidak terjadi dalam seketika, tetapi melalui proses sebab akibat yang cukup panjang. Berbagai kejadian bencana alam yang dipicu perubahan iklim dan
kerusakan alam juga merupakan sebuah proses sebab dan akibat. Jika proses ini dibiarkan, maka bencana akan terus menerpa kita dengan intensitas dan magnitude
yang makin besar. Mereduksi bahkan kalau mungkin menghilangkan penyebab pemanasan global adalah salah satu cara memperbaiki kondisi iklim yang tidak
beraturan. Hal ini diharapkan akan mereduksi bencana alam yang dipicu ketidakteraturan iklim tersebut. Di sisi lain, memperbaiki sistem kesetimbangan
lingkungan juga hal yang perlu dilakukan.
122
Berhemat dalam menggunakan bahan bakar dan energi, memerangi penggundulan hutan, serta tidak mendukung penggunaan peralatan yang
menggunakan CFC merupakan contoh-contoh aktifitas dalam menghambat pemanasan global. Mempersiapkan diri dan masyarakat akan datangnya bencana
juga dapat mereduksi korban jiwa yang bisa ditimbulkan. Sesungguhnya kebijakan tentang hal tersebut sudah banyak dituangkan dalam berbagai bentuk
konvensi PBB. Bahkan pemerintah Indonesia telah banyak meratifikasinya dan membuat berbagai strategi pembangunan yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal
ini tidak akan serta merta memperbaiki kondisi iklim dan lingkungan, serta menghentikan bencana secara seketika. Diperlukan proses dan keteguhan dalam
melaksanakannya. Saat ini yang diperlukan adalah pelaksanaan dari semua peraturan tersebut, serta niat baik seluruh kalangan masyarakat untuk mendukung
pelaksanaannya. Mulai berhemat dalam penggunaan listrik dan kendaraan akan membantu mengurangi emisi GRK. Bahkan sebatang pohon yang ditanam dan
dirawat di halaman rumah kita, mungkin saja suatu saat akan menyelamatkan kita dan anak cucu kita dari bencana yang akan datang.
Hasil penelitian tentang potensi dampak yang ditimbulkan berdasarkan LCA dan kebutuhan energi masing-masing alternatif, terlihat bahwa pembangunan
rusunawa dengan metoda beton semi pracetak lebih ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pemakaian bahan bangunan yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan dan kebutuhan energi pada alternatif beton semi pracetak lebih sedikit bila dibandingkan dengan metoda beton konvensional dan pracetak.
4.5. AHP
Penelitian ini bertujuan menentukan alternatif pelaksanaan pembangunan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan berdasarkan preferensi pakar.
Preferensi pakar ini dikaji menggunakan AHP untuk menentukan alternatif prioritas kebijakannya Saaty, 1991; Muhammadi et al., 2001; Marimin, 2005;
Eriyatno Sofyar, 2007. AHP salah satu teknik analisis yang merupakan bagian dari pendekatan sistem Eriyatno, 1999; Jackson, 2000.
Struktur hirarki yang dihasilkan dalam FGD, dianalisis dengan metode AHP menurut Saaty 1993. Menurut Marimin 2005 dan Latifah 2005, prinsip kerja
123
AHP terdiri dari penyusunan hirarki decomposition, penilaian kriteria dan alternatif comparative judgement, penentuan prioritas synthesis of priority,