20
5 membina kerjasama antar sekolah dan masyarakat, 6 pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, 7 pembelajaran menjadi hidup dan
menyenangkan. Berdasarkan beberapa manfaat aktivitas yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa aktivitas bermanfaat untuk mengembangkan peran aktif siswa dalam pembelajaran yang meliputi seluruh aspek pribadi siswa.
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar siswa identik dengan prestasi belajar. Hal ini menekankan pada pemerolehan perubahan perilaku yang terjadi pada individu yang mengalami
proses belajar. Hasil belajar kita kenal dengan nilai belajar. Apabila seorang siswa mendapatkan nilai yang baik, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa
tersebut juga baik. Menurut Anni, dkk 2007: 5 hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. perolehan aspek- aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dialami oleh
pembelajar. Sedangkan menurut Gerlach dan Ely dalam Rifa’i dan Anni 2009: 85 hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Sedangkan menurut Soediarto dalam Solihatin 2012: 6 mendefiniskan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan suatu
pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan sebagai wujud dari tingkat penguasaan terhadap
21
suatu pengetahuan yang disampaikan yang dimiliki oleh siswa, setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar yang mencakup tiga ranah belajar yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.1.6 Karakteristik Siswa SD
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memahami betul karakteristik masing-masing siswanya. Hal ini dikarenakan karakteristik
siswa SD itu berbeda-beda. Pemahaman tentang karakteristik masing-masing siswa ini ditujukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni 2009: 26 tahap-tahap perkembangan kognitif mencakup tahap sensorimotorik, tahap preoperasional,
tahap operasional kongkret, dan tahap operasional formal. Tahap sensori motorik yaitu pada usia 0-2 tahun, pada tahap ini perilaku yang dimiliki masih terbatas
pada respon motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan. Tahap praoperasional yaitu pada usia 2-7 tahun pada tahap ini anak mulai
menggunakan penalarannya sendiri, mereka meyakini apa yang ada dalam diri mereka. Tahap operasional kongkret yaitu usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak
mampu mengoperasionalkan berbagai logika, tetapi masih dalam bentuk benda kongkret. Tahap oprasional formal yaitu usia 7-15 tahun, pada tahap ini anak
sudah mulai berpikir abstrak, idealis, dan logis. Berdasarkan teori perkembangan yang dipaparkan oleh Piaget, siswa
sekolah dasar masuk dalam tahap operasional kongkret, dimana anak berpikir dengan hal-hal yang kongkret. Jadi, anak akan lebih memahami suatu hal dengan
menggunakan benda-benda nyata. Pada tahap ini, anak memahami suatu konsep
22
yang dikenalkan dengan bantuan benda nyata atau kehidupan nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan penelitian ini, bahwa pembelajaran dengan CTL dikaitkan dengan hal-hal nyata yang ada dalam diri siswa, sehingga lebih bisa memahami
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2.1.7 Pendidikan Kewarganegaraan