89
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
1 Hasil belajar siswa Melihat dari hasil test formatif mata pelajaran IPA materi gaya
magnet yang dilakukan sebelum menerapkan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
STAD masih banyak siswa yang belum memahami materi gaya magnet tersebut sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu 58,81,
tuntas klasikal 40,74. Setelah menerapkan model Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
STAD nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 76,92, tuntas klasikal 76,92. Pada
siklus I siswa lebih termotivasi untuk memahami materi gaya magnet karena pada model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division STAD ini siswa dituntut untuk memahami materi dengan
cara berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Sehingga siswa saling memberikan pemahaman kepada siswa lain dalam satu
kelompok yang belum memahami materi tersebut. Saat berdiskusi pada siklus I setiap kelompok diberi alat peraga berupa magnet
mainan, benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet, dan benda penghalang yang dapat ditembus dan tidak dapat ditembus oleh
kekuatan gaya magnet. Dengan demikian, maka siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga hasil belajar
siswapun meningkat. Hasil belajar siswa pada siklus II juga
90
meningkat. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 87,40, tuntas klasikal 100. Jadi, hasil belajar pada
siklus II meningkat 23,08. Hasil belajar siswa meningkat pesat karena siswa lebih memahami materi melalui berdiskusi dengan teman
satu kelompoknya. 2 Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh nilai rata-rata yaitu 64,20. Siswa belum aktif dan berani untuk
bertanya serta menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh nilai rata-rata
82,47. Jadi, siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada SD N 02 Loning
Kabupaten Pemalang pada siswa kelas V, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yaitu pada aspek frekuensi siswa
saat bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru serta dalam sikap siswa saat memperhatikan penjelasan dari guru. Peneliti menyadari
bahwa masih terdapat sedikit kekurangan yaitu mengenai lembar observasi siswa dalam pembelajaran. Peneliti mengakhiri penelitian
pada siklus II karena semua indikator sudah terpenuhi atau sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang sudah ditetapkan.
3 Performansi Guru dalam Pembelajaran Performansi guru dalam pembelajaran diamati dengan
menggunakan APKG. APKG I untuk menilai kemampuan guru dalam
91
merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model STAD, sedangkan APKG II digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pada APKG I siklus I memperoleh nilai rata-rata 84,67,
Sedangkan APKG II memperoleh nilai rata-rata 77,68. Pada siklus I performansi guru sudah baik, guru sudah dapat melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD tetapi masih kurang peka terhadap bahasa siswa, siswa masih menerapkan
bahasa ibu dalam pembelajaran, guru juga belum dapat mengaktifkan seluruh siswa kelas v karena itu pada siklus II guru lebih
meningkatkan perhatian dengan bahasa yang diterapkan oleh siswa pada saat pembelajaran dan meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Guru juga meningkatkan kepercayaan diri siswa dengan cara memberikan motivasi dan hadiah kepada siswa yang mau
meningkatkan keberaniannya dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya pada siklus II APKG I memperoleh
nilai rata-rata 88,96, sedangkan APKG II memperoleh nilai rata-rata 88,50. Nilai APKG I dan APKG II pada siklus II meningkat. APKG I
meningkat 3,83 poin dari siklus I, sedangkan APKG II meningkat 11,28 poin. Nilai performansi guru sudah baik. Performansi guru
dalam pembelajaran pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Oleh karena itu, pembelajaran pada siklus II ini dikatakan
berhasil.
92
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian